Chapter 20:

Setelah kedua karakter sampingan mendapat sorotan, kita kembali ke karakter utama!

The Triple Date


"Kamu mau langsung ke tempat ekskul, Ruko?" tanya Luna.
"Tentu saja, aku langsung pergi ya! Kalian pulang, langsung pulang aja!" Seru Ruko sambil perlahan mempercepat jalannya.
"Dah Ruko, jangan lari-lari!" Seru Luna.
"Sampai jumpa besok, Ruko", seru Miya sambil melambaikan tangannya. Ruko membalasnya dengan melambaikan tangannya juga.

Ruko berlari menuju ke tangga, tetapi ia menabrak seseorang dalam perjalanannya. Saat terjatuh, ia melihat ke atas dan menatap Arji.
"Eh, pendek, lu udah pernah nabrak sama gua sekarang nabrak lagi. Bukannya belajar dari kesalahan", seru Arji sambil menundukan kepalanya.
Dengan muka kesal, Ruko berdiri, menujuk muka Arji, dan berkata, "Lah kamu sendiri kenapa tiba-tiba keluar dari ruangan?"
Sebel dengan telunjuk Ruko, Arji menampar tangannya dengan tangan kanannya dan menyaut, "Huh? Memang keluar dari kelas harus lapor ke lu gitu? Dimana-mana tuh yang salah pastinya yang lari tanpa sadar tempat."

Beberapa menit kemudian, Bimo dan Joko yang sedang berjalan menuju tangga melihat dan mendengar perkelahian antara Ruko dan Arji.
"Kalau bukan Luna, pasti sama Ruko. Arji bener-bener ya", ujar Bimo.
"Mereka akan terbiasa, aku yakin itu", sahut Joko.

"Hey, Ruko bukankah kamu ada ekskul?" tanya Joko sambil mendekati Ruko dan Arji.
"Uwaa, aku bakal telat", Ruko berteriak sambil melihat jam tangannya. Lalu dia berlari dengan badan setengah balik menunjuk Arji, "Kita bahas lagi besok, Arnjing!"

Arnjing?! Seru Arji dipikirnya.
"Dah lah Ji, nggak sehat marah-marah melulu. Lebih baik kita pulang", seru Joko sambil menepuk kepala Arji.
"Huff, iya, iya. Kita jalan balik, yuk", seru Arji sambil menyingkirkan tangan Joko.

Disudut lain, Luna dan Miya telah menatap adegan itu dari awal hingga akhir. Luna pun berseru, "Mereka memang terlihat seperti saudara dekat daripada teman ya, Miy."
MIya memutar kepalanya untuk menatap Luna dan berseru, "Iya, iya. Joko kayak kakak besar, Bimo anak tengah, dan Arji kayak anak bontot."
Luna melipat tangannya dan berkata, "Aku jadi tambah penasaran."
Miya melihat Luna kebingungan tapi tidak berani bertanya.

Sesampainya diruang olahraga indoor, Ruko berteriak minta maaf kepada Pak Farris, "Bapak! Maaf saya telat!"
Pak Farris memutarkan badannya dan berseru, "Ah Ryu, santai saja. Saya paham kok."
Ruko menarik nafasnya perlahan-lahan untuk mengembalikan staminanya, tetapi terhentikan oleh pernyataan Pak Farris, "Huh? Maksud bapak apa?"
Pak Farris menjawab dengan santainya, "Lah, bukannya kamu punya tiga pacar? Bapak paham kok. Kamu pasti abis mesra-mesraan dulu sama mereka dengan kedua temanmu, kan?"

Saat mendengar pernyataan Pak Farris, muka Ruko memerah, kepalanya berasap dan matanya berubah menjadi spiral. Ia tidak pernah menyangka Pak Farris akan dengan santainya menyatakan hal yang tidak masuk akal kepadanya. Ruko pun berseru, "Pak Gentong, saya minta maaf ya."
Pak Farris pun menyahutnya, "Tidak apa-apa nak. Kalian masih remaja. Hal romansa seperti ini sudah biasa kok."

Setelah itu, kegiatan ekskul pun dimulai dan kegiatan itu berlajut sangat menarik.
"Ryu! Bisa kita berbicara sebentar?" panggil seorang perempuan lain.
"Oh, Yumo dan Rere. Ada apa?" sahut Ruko sebelum melempar bola basket ke ring basket.
"Maaf ya, Ryu. Kami cuman ingin bertanya sebentar", seru Yuuka.

"Armando, Bimo, dan Garda itu pacarmu, kan? Kami boleh tanya sesuatu nggak tentang Armando, tidak?" seru Riena.
Mendengar seruan Riena, muka Ruko menjadi murung tetapi tetap ingin menyahuti mereka, "Iya? Kenapa dengan Arji?"

"Kamu udah seberapa deket sama dia?" tanya Riena.
"Dia makan apa, bisa sekeren itu?" tanya Yuuka.
"Kamu udah pernah kena rizznya belum?"
"Oh, oh. Dia itu orangnya suka dengan cewe yang gimana?"
"Kalian udah pernah pegangan tangan belom?"
"Kalian berdua jago olahraga kan? Udah pernah duel satu lawan satu belom?"

Rentetan pertanyaan yang diberikan oleh Riena dan Yuuka membuat muka Ruko memerah lagi, kepalanya kembali berasap, dan mata berspiral lagi.
"Wuaaah, kalian kenapa sih? Kenapa nanyanya ke aku?"

Riena dan Yuuka berseru, "Kami malu. Dia cowo tertampan setelah Christoper."
Mendengar pernyataan itu, Ruko kembali ke dirinya yang normal dan berkata, "Kalau kalian suka Christoper, kenapa nggak target dia aja? Arji kan... mi... mi mi mi... milik... cowo a... aku."
Aku nggak nyangka aku ngomong gitu di depan muka mereka. Seru Ruko dalam pikirannya.

Riena dan Yuuka terkesan dengan Ruko saat dia mempertahankan Arji. Riena pun berteriak dan berseru, "Kyaaa, aku kira kamu nggak bakal jatuh hati. Ternyata beneran pacaran. Rumor tentang kalian pacaran beneran ya?"
Yuuka berseru, "Kamu tumbuh dengan cepat ya, Ruko. Aku tak menyangka hatimu bertumbuh lebih cepat dari tinggi badanmu."
Ruko menarik tangan Yuuka untuk bergulat dengannya saat mendengar sindiran itu, "HEH!"

"Aduh. Aaaaaduh, aduuh. Maaaf maap, Ruko", teriak Yuuka.
Setelah bergulat dengan Yuuka, Ruko berdiri dan berseru, "Udahlah kalian itu maunya apa sih? Udah tau ini lagi pelajaran ekskul, malah bahas-bahas yang kaya gituan."
Riena menarik bangun Yuuka dan mereka berdua menyahut Ruko, "Ih kamu nggak seru."

Walau memang itulah yang diserukan oleh Ruko, dia masih memikirkannya, Apa sih? Mereka lebih tertarik sama Arji daripada aku sendiri. Aku... Kenapa ya? Aku selalu saja berada dipaling belakang. Dalam melamunnya, lemparan bola Ruko meleset dan tidak masuk ring, Ah, kutu kupret. Aku jadi nggak fokus.

Beberapa jam berlalu dan jam ekskul pun berlalu. Semua murid yang mengikuti kegiatan ekskul pun pulang. Ruko baru saja mengganti pakaiannya menjadi seragam sekolah. Diperjalanannya ke gerbang sekolah, ia melihat seseorang yang familiar.
"Huh? Arji?"

Arji memutar badannya dan menyapa, "Yo! Baru pulang?"
Ruko membatu melihat penampilannya yang terlihat seperti badut. Ia pun bertanya, "Ehh... Kamu kenapa pake kostum gituan?"
Arji berseru, "Gua lagi kerja. Hari ini ada orang tua dari anak sekolah SD minta gua jadi badut buat ulang tahun anaknya."
Sebelum Ruko menyahut, anak yang ulang tahun itu pun berlari dan menarik Arji sambil berseru, "Om badut, ayo kita jalan kesana!"
"Iya dek, pelan-pelan atuh. Om nggak bisa cepet-cepet."

Ruko hanya bisa berdiam saja dan matanya membentuk spiral lagi. Tak lama kemudian mobil orang tuanya datang untuk menjemputnya. Ruko masuk mobil itu dan teler.
Ibunya menyetir sambil bertanya, "Ada apa nak? Kamu kecapean?"
Ruko berseru, "Iya mak, kecapean mikir."
Ibunya kebingungan tetapi tetap melaju-jalankan mobil.

Sesampainya dirumah, Ruko langsung bergegas ke ruangannya tanpa makan malam bersama keluarganya, ibunya berseru, "Eh, loh, loh, loh. Kok langsung naik ke kamar."
Ruko menyahuti, "Udah kenyang mak!"
Di dalam ruangannya, dia langsung membuka hapenya dan membuka grup chat.

Sweat Dream Team

Ryuuuchi
Luna, miya kalian pernah liat arji pake baju badut belom?

Luna
Huh? Badut? Apa maksudmu?

ABC~Manis
Belum, memangnya kenapa Ruko?

Ryuuuchi
Dia ternyata kerja sebagai badut keliling. Aku nggak nyangka dia bakal jalan lewat sekolah pake kostum kaya gituan.

Luna
Eh, memang iya?

ABC~Manis
OMG, kasian banget.

Luna
Kamu nggak salah liat kan, Ruk?

Ryuuuchi
Nggak lah, masa aku salah liat. Dia litereli tepat didepan aku.

ABC~Manis
Dia bilang sesuatu nggak ke kamu?

Ryuuuchi
Dia bilang ortu dari anak sd minta dia jadi badut.

Luna
Eh, mau aja dia jadi badut.

Ryuuuchi
Apa jgn2 dia dibayar mahal kali ya?

Luna
Bisa jadi.

ABC~Manis
Masa segitunya sih, seputus asanya cari duit?

Luna
Udah daripada kita berteori mending tanya dia langsung besok.

Knowledge Unlocked:
Arji's Job: Traveling Clown (Badut Keliling)

MyAnimeList iconMyAnimeList icon