Chapter 1:

Jadi gini! Ayo kenalan dulu! (Bagian 1)

The Triple Date


"Miya, kamu ngomong apa sih tadi?" Luna bertanya kepada Miya.
"Iya, iya. Kok kamu tiba-tiba nembak mereka! Kita aja nggak kenal mereka" tambah Ryu.
Sambil jalan ke toilet mereka berulang-ulang bertanya temannya yang baru saja menembak ketiga laki-laki terkenal di sekolah.

Miya melihat kedua temannya dan dengan ragu-ragu berseru, "Eh... aku... hanya asal ngomong aja."
Luna menatap dengan tajam, mengatur kacamatanya dan membalas, "Tapi tadi kamu dengan muka dan nada kebingungan bertanya aku salah ngomong apa. Itu menunjukan kamu nggak asal ngomong dong?"
"Iya, iya. Kamu kaya lagi bener-bener nembak. Kamu lagi ngelamunin apa sebelum ngomong gitu? Masa iya kamu ngomong tanpa arah."

Miya terbingung dan hanya jalan mengikuti irama jalan teman-temannya. Saat dia tidak sanggup jawab, Ryu berteriak, "AHHH, aku udah bener-bener kebelit nih. Sorry tapi aku harus pergi duluan. Bye." Ryu pun berlari dengan cepatnya menuju toilet.
Dengan muka lelah, Luna membenarkan kacamatanya dan berkata, "Yah ampun anak itu."
"Luna", seru Miya. Luna pun menengok ke Miya dan Miya melanjutkan kalimatnya, "Kamu... tiba-tiba membawa topik pacar tadi karena kenapa?"

Luna terkejut dari pertanyaan itu tapi dia tetap menjawab, "Aku hanya menyinggungnya saja."
Miya terkejut dari jawaban Luna. Sebelum ia membalas kalimat Luna, Miya mengarahkan kepalanya ke kiri dan menatap ke lantai. Lalu ia berbicara, "Kamu... kamulah yang membuat aku kepikiran tentang pacar."
Luna terdiam membuat Miya menantap muka Luna dan melanjutkan kalimatnya, "Bukannya apa, tapi tiba-tiba dihatiku... aku berpikir... mungkin kita bisa dapet pacar dengan mudah jika kita memulainya sekarang. Karena saat tadi kamu dan cowo bernama Armando itu berargumen membuatku sadar, kita ini sudah kelas sebelas SMA tapi kita belum memiliki kisah asmara kita sendiri. Aku berpikir mungkin...", sebelum melanjutkan, Miya mengusap kepalanya sendiri dengan tangan kiri sedangkan menaru tangan kanannya dipinggang, "... kalian berlima ada kemistri yang bagus. Dan..."

Luna mengangkat tangan kanannya membentuk tanda berhenti ke Miya. Lalu ia menjawab usul yang Miya lontarkan, "Ini dunia asli Miya, kita tidak bisa dengan gampang dapet pacar."
Miya kembali melihat kiri bawahnya, lalu kedua tangannya ia taruh dibelakang, dan kaki kanannya mengular ke kaki kirinya sambil berjijit. Ia berseru, "Tapi bukannya kamu denger sendiri dari salah satu dari mereka?"
Luna bergeming dan dengan suara tajam bertanya, "Si kacamata?" 
Miya menatap muka Luna sedikit takut tapi dia menjawabnya dengan ceriia, "I... Iya, dia bilang ayo aja, kan?"
Luna menghela nafas dalam dan berkata, "Cowo yang lain kan nggak jawab, Miy. Kamu nggak bisa berasumsi jawaban yang pasti dari jawaban satu pihak antar mereka saja. Jawaban mutual mereka kan belum terbentuk, maka dari itu jawaban mereka belum sah."

Miya dan Luna menatap satu sama lain dengan tegang. Tak lama kemudian terdengar suara yang keras keluar dari toilet, "Huaaaa,leganya", Ryu baru saja keluar sambil merentangkan lengannya ke atas.
Ryu melihat kedua temannya menatapnya, "Apa... ada yang salah?" tanya Ryu sambil membuka kedua telapak tangannya kesamping.

Bel masuk kelas terdengar. Luna menghela nafasnya lagi dan berseru, "Sudahlah kita lupakan pembicaraan ini. Bel sudah berbunyi, kita harus cepat-cepat kembali ke kelas."

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

"Hey! Stop dorong-dorong aku dong, kalian kenapa sih?", seru Bimo yang sedang didorong kedua temannya setelah bertukar tutur dengan ketiga perempuan terkenal disekolah.
"Lu bego ya, Bim, napa lu jawab iya aja?" Seru Armando, "Gua sama Joko aja belom setuju."

Ketiga laki-laki tersebut berhenti di ujung lorong lantai 3 gedung utama sekolah, tempat dimana siswa-siswa jarang lewati. Yaitu ruangan lab lama yang konon berhantu.

"Bro, kenapa kita kesini?" Tanya Joko sambil mencengkam seragam Armando.
"Perlu penjelasan apa lagi? Kita kan panik", jawab Armando sambil mengusap seragamnya untuk melepas cengkeraman Joko.

"Udahlah! Daripada itu yang dibahas mending bahas jawaban Bimo tadi dulu", seru Armando sambil melipat tangannya.
Bimo menatap temannya lalu membetulkan posisi kacamatanya dengan tangan kanan, dan tangan kirinya ia masukan kedalam sakunya. Ia berseru, "Pertama-tama, aku nggak ngomong setuju seratus persen. Aku hanya menjawab boleh-boleh saja. Itu nggak kehitung aku setuju. Lalu kedua, kita pernah bahas tentang waktu luang, bukan? Setiap hari kita sangat sibuk dan hari sabtu kita kadang tidak ada kegiatan yang membuat otak jenuh kita refresh lagi."

Kedua temannya saling tukar pandang, lalu Bimo melanjutkan, "Lagi pula, bukankah ini kesempatan yang bagus?" Kalimat tersebut membuat Joko dan Armando menatap Bimo dengan wajah elok, "Joko menyinggung tentang pengalaman kita dengan perempuan. Dia bilang", Bimo melepas tangan kanannya dari kacamatanya dan mengeluarkan tangan kirinya dari sakunya, setelah itu ia menggunakan kedua tangannya untuk meragakan gerakan kutipan, "None!" setelah itu kedua temannya kembali saling tukar pandang.

Melihat Bimo kembali, Joko menjawab, "Eh... kejadian ini memang sangat tiba-tiba, tapi bisakah kita sepakat dengan jawaban kita dulu? Mana tau yang punya pikiran yang sama hanya kamu dan cewe pirang itu..."
Bimo menyela Joko, "Miya"
Joko terkejut dan bertanya, "Maaf?"
Bimo membalas, "Nama cewe itu, Anermia Bercia Celestia. Panggilannya Miya."
Armando dan Joko melihat Bimo dengan wajah merinding, lalu Bimo melanjutkan, "Apa yang kamu duga dari seseorang yang bekerja untuk osis? Aku kenal banyak orang disini."

Joko mendekati Bimo dan memegang pundaknya. Ia berkata, "Sebaiknya kamu jangan ngomong ke cewe itu kalau kamu tau nama dia. Aku yakin dia bakal merasa takut."
Armando dengan wajah khawatir bertanya, "Tunggu, jangan jangan kamu juga tau nama cewe kacamata jutek itu dan cewe pendek rambut pendek itu juga?"
Bimo dengan santainya menjawab, "Hmm? Maksudmu, Sirluna Wirlanjueng dan Ryuruko Kamala?"
Mendengar nama kedua cewe tersebut Joko memegang pundak Bimo lebih erat dan bilang, "Plis bro, kamu terdengar seperti penguntit. Jangan sampe mereka bertiga tau kalo kamu tau nama mereka."

Setelah perbincangan mereka selesai, mereka mendengar suara bel berbunyi. Armando berseru, "Kalian balik langsung aja ke kelas masing-masing. Aku harus pergi dulu."
Joko melepas pegangannya dari pundak Bimo dan melihat Armando, dia bertanya, "Mau ke rumah sakit lagi?"
Armando terdiam sejenak, lalu menjawab, "Kita akan bahas cewe-cewe itu lagi setelah pulang. Pas pelajaran Bu Endang tolong absen namaku ya, Jo. Thanks."

Kedua temannya saling tatap, kembali ke kelas mereka masing-masing dan kelas pun kembali diadakan.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Untuk hari pertama sekolah, tidak banyak yang terjadi, pelajaran pun hanya membahas tentang apa saja yang akan dipelajari di semester pertama ini. Namun mulai hari ini, gosip mulai beredar tentang tiga perempuan dan tiga laki-laki mulai pacaran. Banyak siswa siswi, bahkan guru membicarakannya. Suasana itu membuat keenam pelajar tersebut menjadi tegang dan merasa terbebani.

Waktu pun terus berjalan hingga bel berbunyi kembali menandakan saatnya pulang.

"Luna, kita harus berbicara", seru Miya dari luar kelas sebelas MIPA C.
Luna membereskan barang-barangnya dan dengan cepat meranjak dari mejanya menuju pintu kelasnya. Ia membalas sapa Miya, "Bicara apa?"
Miya dengan muka datar berseru, "Cowo-cowo tadi bilang iya."
Luna memerlukan waktu untuk memproses yang dibilang Miya. Saat sampai diotaknya ia bertanya untuk menyakinkan apa yang dibilang Miya benar, "Maaf? Maksudnya iya apa?"
Miya dengan muka yang sama menjawab, "Mereka mau jadi pacar kita."
Luna terdiam sebentar dan berteriak, "HUUUUH?"

MyAnimeList iconMyAnimeList icon