Chapter 2:

Jadi gini! Ayo kenalan dulu! (Bagian 2)

The Triple Date


Miya menuntun Luna ke depan kelas 11 IPS B, kelas dimana Joko duduk. Sesampainya di kelas tersebut Miya dan Luna melihat ketiga cowo itu dengan Ryu.
"Hey!" Teriak Luna. Sebelum ia kembali berteriak, ia berseru kepada Miya, "Maaf, Miy. Kamu nggak perlu pegang tangan aku lagi.
"Miya manjawab, "Oh iya, maaf", dan melepaskan genggamannya dari tangan Luna.

Luna dengan gesitnya berjalan kedepan muka Bimo, ia pun berhenti satu centimeter jauhnya dari Bimo. Bimo mengangkat tangannya kedepan badannya seperti ingin menahan kedekatannya dengan Luna. Dengan lantang Luna menunjuk muka Bimo dan bilang, "Apa maksudnya kalian setuju?"
Bimo melihat Armando dan Joko untuk konfirmasi, mereka pun mengangguk berjamaah, mensyairi persetujuan mereka.

Bimo berseru, "Kami masih belum bisa setuju kalo kamu dan Ruko belum setuju."

Ryu, atau yang biasa disebut Ruko, menjawab, "Kami baru saja membicarakannya."
Dengan muka khawatir, Luna berseru, "Kamu yakin, Ruko? Bukannya kamu dan cowo sok narsis..."Armando menyela, "Arji."
Luna melihat kearahnya dengan muka kesal, tapi Armando tetap melanjutkan kalimatnya, "Panggil gue Arji. Armando Zirmanjuntak. Arji."
Luna mengabaikan Arji, membuat Arji kesal karena ia menoleh kembali ke muka Ruko dan melanjukan kalimatnya, "Kamu sama dia tadi kan bertengkar."
Ruko membalas dengan santai duduk diatas meja, "Meh. Aku sebenernya biasa aja sih. Lagipula, tadi aku berada di abang tekanan ingin buang air kecil."

"Jadi maksudmu... kamu ikut setuju dengan rencana ini?" Tanya Luna kecewa.
"Nope", Ruko jawab sambil menutup matanya, sebelum Luna berseru lagi, Ruko membuka matanya dan menahan Luna dengan merentangkan tangan kirinya didepan temannya itu, "Tapi bukan berarti aku seratus persen nggak ingin ikutan. Aku ingin dengar dulu, faedahnya apa dari tiga cobel ini."
Joko bertanya, "Cobel?"
"Cowo bawel", Ruko menjelaskan dan setelah itu ia menunjuk Arji, "Terutama Arji."

Arji berdiri dengan gaya, tangan disaku, menjawab, "Tadi memang kita bertiga berpikir tentang ini secara teliti dan seksama. Aku sendiri, merasa tidak suka dengan perkara ini, tapi Bimo meyakinkanku."

Luna melirik Bimo dan mendekati mukanya lagi, Bimo menjawab, "Aku, Bimo Harnanjaya, sebagai salah satu anggota osis ingin menyampaikan kalo pelajar Sekolah Mentari Jaya bisa membuka club untuk meningkatkan nilai studi mereka."
Luna bingung dan bertanya, "Apa hubungannya sama topik ini dah."

Joko menjawab Luna, "Yang Bimo maksud kita bisa bawa topik ini hanya didalam club saja. Jadi kita nggak usah mikirin masalah cinta ditengah-tengah pelajaran. Dan Bimo bakal pastikan club ini membuahkan hasil yang baik supaya nilai akademi kita dikasih point plus."
Miya menepuk kedua bahu dan berseru dari belakang Luna, "Nilai akademi kita naik loh. Itu positif kan."

Tanpa sadar urat nyali Luna membesar dan membentuk tanda plus dibagian atas kiri dahinya. Ia perlahan-lahan mengangkat tangannya dan menarik dasi Bimo. Lalu ia berseru, "Jadi gitu ya? Kamu menggunakan taktik ini untuk mengambil hati Miya dan Ruko", Bimo mulai merasa takut, dan mencoba menenangkan Luna, tapi Luna malah tambah marah, "Taktik ini mungkin berhasil buat Miya dan Ruko, tapi nggak buat aku", Bimo tidak tahu apa yang terjadi tapi ia melihat neraka untuk sesaat.

Miya dan Ruko ingin menenangkan Luna, tapi keduluan Joko yang berseru, "Bukankah itu sedikit kejam?"
Luna berpaling muka ke Joko, Joko melanjutkan, "Aku mengerti perasaanmu. Temanmu tiba-tiba nembak tiga cowo nggak dikenal dan kamu harus ikut-ikutan."

Luna melepaskan dasi Bimo dan berfokus hadapannya ke Joko, Joko kembali menjelaskan, "Aku juga sebenarnya nggak setuju, dan aku tetap tidak setuju, tapi pikirlah begini. Kamu nggak ingat apa yang terjadi setelah kejadian di lorong pas istirahat tadi? Siswa siswi lain mulai bergosip, bahkan menyebar dengan cepat sampai ke guru dan kemungkinan besar bakal tersebar sampai keseluruh kompleks ini. Kamu mau dihantui gosip itu selama belajar di sekolah ini?"

Tanpa sadar kelima pelajar tersebut melamun mendengar pernyataan Joko.
Luna membalas, "Aku tinggal pindah rumah dan sekolah saja."
Joko langsung menjawabnya, "Dan gosip itu pun masuk ke lingkunagn barumu karena gosip tidak akan jauh-jauh dari sumbernya."

Luna bergeming dan menjawab, "Apa arti semua ini?"
Joko tanpa takut menjawab, "Bukankah lebih baik hidup menjalani selayaknya gosip itu tidak ada. Dari pengalamanku dan teman-temanku, kalau kita buat gosip itu terjadi, maka gosip itu cepat pergi, bahkan bisa aja nggak menyebar."

Semuanya tetap terdiam, Luna mendekati Joko dan berdiri tegak seperti sedang mendominasi Joko. Ia berseru, "Jadi kamu mau aku tunduk sama kamu dan menjadi pacarmu, begitu?"
Arji dan Bimo tersenyum dan menikmati adengan ini, sedangkan Miya dan Ruko ketakutan.
Joko membalas Luna kembali, "Ya... kalau kamu liat sisi buruknya memang begitulah kelihatannya. Tapi aku akan selalu mencoba untuk melihat dari sisi baiknya. Aku, Arji, dan Bimo setuju melakukan ini bukan untuk mencuri hatimu atau kedua temanmu. Kami melakukan ini untuk istirahat dan bersenang-senang bersama teman baru."

"Huh?" Miya, Ruko, dan Luna kebingungan.
Joko menjawab dengan nada pura-pura kaget, "Oh iya lupa. Kami nggak pernah bilang ya..."
Bimo dan Arji berseru bersamaan dengan Joko, "Kami berkerja setelah pulang sekolah."

Ketiga perempuan itu kaget atas pernyataan tersebut.

Ruko berseru dengan terkaget-kaget, "Loh, loh, loh. Kalian nggak kecapean abis sekolah, kerja? Kok aku baru tau?"
Miya juga berseru, "Kenapa kalian bekerja? Orang tua kalian kemana?"
Arji menjawab dengan tegas, "Maaf, kami tidak ingin membicarakannya. Ini persoalan personil."

Tanpa sadar Luna kalah argumen, dan berseru kembali dengan Joko, "Aku sudah nggak habis pikir sama kalian bertiga..."
Joko dengan tenang bertanya, "Jadi gimana? Kamu mau membantu menjadi teman baru kami atau keluar dari sekolah ini dan membawa gosip itu sampai akhir hidupmu?"
Luna agak kesal dengan pernyataan itu, tapi dia sadar kalau dia nggak bisa menolak. Dia sudah berpikiran negatif tentang gosip itu sampai ke orang tuanya dan kejadian akan semakin kacau.

Luna menghela nafasnya dalam-dalam dan menjawab, "Oke, aku ikut permainanmu, dan teman-temanmu. Aku agak kesal dengan caramu berpikir seperti itu, tapi aku tidak ingin gosip itu menyebar luas ke orang tuaku... atau bahkan ke berita."

Joko tersenyum dan memberikan tangannya kepada Luna, lalu ia berseru, "Kalau begitu salam kenal, namaku Garda Joko Rimbawa. Kamu bisa panggil aku, Joko."
Luna membalasnya dan bersalam, "Namaku Sirluna Wirlanjueng. Kamu bisa panggil aku, Luna."

Setelah pembicaraan itu selesai, waktu telah menunjukan pukul setengah tujuh belas sore. Setengah jam setelah bunyi bel pulang sekolah dibunyikan. Luna berjalan ke depan sekolah bersama Miya dan Ruko dengan diam. Aura disekeliling mereka bertiga terasa berbeda dan membuat banyak siswa siswi ketakutan.

Miya memecah keheningan tersebut dengan berkata, "Maaf ya, Luna. Gara-gara aku, kamu jadi..."Luna melihat ke muka Miya dan menjawab, "Nggak apa-apa, Miya. Aku udah maafin kamu. Hanya saja... apa yang dikatakan Joko tadi benar-benar berat. Seperti dia pernah mengalaminya dan membuat dirinya jadi lebih tangguh. Seperti dia mancoba agar apa yang terjadi terhadap dirinya dan temannya tidak terulang lagi kepada orang lain."Miya dan Ruko kebingungan. Mereka memperlahan jalan dan menatap satu sama lain, lalu mereka kaget karena Luna memutarkan badanya seratus delapan puluh derajat untuk melihat mereka dan berkata, "Aku jadi penasaran dengannya. Mungkin... eksperimen ini akan menjadi menarik", seru Luna sambil tersenyum kecil.

Knowledge unlock:
Name; Anermia Bercia Celestia_Nickname; Miya
Name; Sirluna Wirlanjeung_Nickname; Luna
Name; Ryuruko Kamala_Nickname; Ruko
Name; Armando Zirmanjuntak_Nickname; Arji
Name; Bimo Harnanjaya_Nickname; Bimo
Name; Garda Joko Rimbawa_Nickname; Joko

MyAnimeList iconMyAnimeList icon