Chapter 3:
The Triple Date
Keesokan harinya gosip masih beredar, tapi keenam pelajar itu tetap melakukan kegiatan mereka seperti biasa saja. Ada beberpa yang bertanya ingin memastikan dan mereka menjawab dengan enggan kalau mereka mulai berpacaran.
"Uwaaaah, Luna! Kamu beneran pacaran dengan salah satu cowo terkenal di sekolah", seru teman sekelas Luna.
"Iya... Linda kami berpacaran, tapi tolong ya, lebih baik ini dijadikan rahasia sekolah. Jangan sampe sekompleks tahu."
Linda terlihat khawatir dan mulai greget, "Katanya Miya yang mulai ya? Kok, dia jadi anak nakal kaya gitu sih? Bukannya dia itu gal yang alim? Apa dia udah mulai berpikir dewasa? Uwaah, kenapa kamu jadi tertarik ikut-ikutan Miya, Luna."
Dalam pikiran Luna, ia teringat kata-kata yang dilampirkan Joko, Gosip itu akan menyebar dan mengikutimu.
Aku kesel banget. Kata-kata itu masih saja ada dibenakku. Tapi saat mengingat itu dan melihat tingkah Linda. Mungkin apa yang dikatakannya ada benernya juga. Seru Luna dalam pikirannya.
Luna terbangun dari lamunnya saat Linda menggoyangkan badannya, "Uwaa, Luna kamu bahkan nggak denger aku. Kamu lagi ngelamunin siapa? Bimo? Joko? Armando?"
Luna menyesal karena sudah melamun dan berseru, "Linda tolonglah jangan goyang-goyang badanku. Kacamataku bisa terbang dari mukaku."
Linda melepaskan tangannya dan menenagkan diri, "Ah... maaf! Tapi serius Luna kamu beneran bakal baik=baik saja dalam situasi ini?"
Luna menahan diri untuk tidak melamun lagi melainkan ia dengan tegas berseru kepada Linda dengan bersenyum, "Aku sudah setuju menjadi pacar mereka. Aku nggak bisa menolaknya lagi."
Linda melihat Luna tersenyum dan ia pun berhenti cerewet, "Kamu beneran oke-oke aja, Luna?"
"Iya Linda", lalu Luna bersenyum lebar sambil menutup mata, "aku baik baik saja", itu sih katanya tapi dihati lain serunya, Siapa yang bakal baik-baik aja disituasi seperti ini?
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
"Miya! Miya! Seriusan nih? Kamu sama Arji?"
"Yo bro, ma man! Lu mantep juga dapet cewe kaya Miya."
Suara yang sangat keras terdengar dari kelas sebelas MIPA A, dimana Arji dan Miya berada.
Keduanya berteriak dalam hati, Tolong aku! Selagi siswa siswi mengerumuni kedua pelajar tersebut.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
"Heeeeh. Kamu udah jadian sama salah satu cowo terkenal disekolah?" Tanya teman sekelas Ruko.
"Sebenernya aku juga masih ragu-ragu, Ki. Kejadian ini tuh tiba-tiba dan hatiku belum siap", jawab Ruko.
"Ehh, jadi kamu merasa seperti temen rasa pacar sama mereka dong? Nggak kasian sama cowo-cowo yang udah nembak kamu?"
Ruko tersinggung dan menjawab, "Untuk catatan, mereka belum memberikan isi hati mereka ke aku. Jadi nih ya, Kiky Sahahihi, aku belum sah berpacaran."
Kiky terasa tersinggung juga dan berseru, "Ngapain dah manggil nama panjangku. Nggak jelas ah!"
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Didalam kelas Bimo (IPS A) dan Joko (IPS B), tidak ada satu pun yang membicarakan tentang gosip tersebut. Jadi saat dilkelas, mereka merasa terabaikan dan melewati hari kedua mereka dengan nyaman dan tentram.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Jam bel istirahat pun berbunyi, Bimo memanggil semua kru ke lantai satu untuk bertemu.
Luna sampai pertama ditempat yang ditentukan dan melihat Bimo sedang berada di depan ruang osis. Ia menghampiri Bimo dan berseru, "Jadi ngapain kita disini?"
Bimo menengokan kepalanya ke arah Luna sejenak, lalu kembali melihat kearah kertas yang sedang dia tulis. Sambil menuliskan sesuatu ia berseru kepada Luna, "Kita perlu mendaftarkan diri untuk membuka klub tertutup."
Luna bingung dan bertanya, "Klub tertutup?"
Bimo dengan antusias menjawab, "Yup, benar sekali. Kita tidak mau ada siswa atau siswi lain masuk ke klub kita, kan?"
Luna melebarkan matanya, terkejut, lalu ia berseru, "Kau bisa mengusulkan yang seperti itu?"
Bimo mendorong kacamatanya dengan jari telujuk tangan kanannya yang masih memegang pensil dan menatap Luna, "Kamu udah lupa? Aku anggota osis. Aku bisa minta apa aja ke guru atau sekte Organisasi Operasi Klub atau yang biasa disebut OOK."
Luna tidak puas mendengar penjelasan Bimo dan menlontarkan pendapatnya, "Kamu sering banget ya kaya gitu? Kayak anak guru amet."
Bimo kembali menulis dan berfokus ke kertas yang sedang ia tulis, sambil menjawab, "Joko dan Arji nggak pernah menegur aku seperti itu. Aku memang suka aja lebih teliti, disiplin dan juga dapat diandalkan."
Luna ingin membalas Bimo tapi kata-katanya disela oleh Ruko yang berteriak, "YOOO, maaf kami telat."
Luna dan Bimo berpaling untuk melihat Ruko yang berteriak, dan secara bersamaan mereka melihat Miya, Arji dan Joko.
Bimo langsung kepoinnya dan berkata, "Aku sudah isi formulir pembentukan klub tertutup kita yang baru. Aktivitas akan dimulai minggu ini pada hari sabtu."
Arji dan Joko hanya tersenyum dari pernyataan Bimo, sedangkan Miya dan Ruko bingung, mereka pun bertanya, "Klub tertutup?"
Luna mengangkat tangannya sedadanya dan berkata, "Aku bisa jelasin nanti."
Setelah itu Bimo berseru, "Sip, kita tinggal tunggu jawaban dari sekte OOK untuk menyetujui klub kita. Sekarang mungkin semuanya bertanya-tanya, kenapa aku mengumpulkan kalian disini?"
Joko dan Arji sekali lagi hanya bersenyum lebar karena mereka sudah tahu apa yang Bimo rencanakan, sedangkan Luna, Miya dan Ruko bertanya, "Kenapa?"
Bimo menghela nafas dan menjawab, "Kita perlu guru pembimbing."
Ketiga perempuan itu bingung, Luna pun meresponi jawaban Bimo, "Huh? Gitu aja."
Joko membalas Luna dengan berkata, "Susah loh nyari guru pembimbing yang mau bimbing klub random kaya kita gini."
Miya mengangkat tangan dan dengan ceria mengusulkan, "Ow, ow. Aku tau siapa yang bisa."
Bimo mempersilahkan Miya dengan menundukkan kepalanya sambil memberi tangan dan berkata, "Silahkan Miya."
"Bagaimana kalau Pak Hardi? Dia orangnya paling seru diajak ngobrol kan", usul Miya langsung dipandang jelek kelima pelajar disitu. Hal itu membuat Miya menunjukan muka kucingnya, dan berkata, "Kenapa kalian melihatku seperti itu?"
Arji menjawab dengan lantang, "Elu mau guru aktif seperti dia terus-menerus berjaga di ruangan kita?"
Luna menghela nafas dan berkata, "Meskipun aku benci mengakuinya, tapi apa yang dikatakan Arji benar, Miya. Kita perlu cari guru yang malas dan jarang peduli siswa-siswinya."
Miya kebingungan, dia pun bertanya sambil memiringkan mukanya sedikit, "Ehhh? Kenapa perlu kriteria seperti itu?"
Ruko merangkul pundak Miya dan menjawab, "Kenapa? Ya atuh kita kan pengennya klub yang tenang. Kamu mau diliatin guru pas kamu kencan?"
Baru sadar pada apa yang dibicarakan, Miya mengeluarkan uap dari kepalanya malu, "Ahh, jadi itu maksud kalian."
Bimo menegaskan kepada semuanya, "Well, kita nggak perlu menentukannya sekarang. Masih ada tiga hari lagi sih. Jadi tak perlu buru-buru."
Setelah itu, Joko dan Arji berusaha berbaur dan ngobrol sedikit dengan Miya dan Ruko, sedangkan Luna dan Bimo kembali ke topik awal.
"Tadi aku belum sempat ngomong sesuatu", seru Luna.
Bimo hanya mendengung, "Hmm?"
"Memang gol dari klub ini apa?" Luna berhenti sejenak, lalu melanjutkan kalimatnya dengan tangannya disilang, bersender ke tembok dan juga kaki kanan bersilang diatas kaki kiri, "Kamu sadar kan, walau kita memang membuat klub ini hanya untuk bersenang-senang, kita tetap perlu punya gol."
Bimo tersenyum, melihat teman-temannya bersama teman-temannya Luna, dan berkata, "Kalau perlu jujur nih, Luna. Sebenarnya banyak gol yang ingin aku dan temanku capai", Luna melirik Bimo dengan muka yang ingin tau, "Tapi untuk sekarang... kami nggak mau cerita dulu sebelum kita semua jadi lebih dekat."
Luna tidak puas dengan jawaban itu tapi malah membuat dirinya semakin curiga dan heran.
Please log in to leave a comment.