Chapter 8:
The Triple Date
"Udah sih! Lu maksain banget dah. Gua aja yang bawa!" Seru Arji sambil membawa sapu dan pengki.
Luna membalas seruan Arji, "Lah aku juga punya hak buat bawa nih pelan. Kamu nggak usah ngatur-ngatur."
Arji dengan enggannya membalas, "Bukan gitu cuy, gua tawarin biar lu nggak perlu cape-cape. Lu kira gua nggak bisa liat make up lu luntur?"
Arji melihat seberapa sulitnya Luna mengangkat pelan dan ember yang penuh dengan air. Arji menghela nafas dan dengan paksa, ia mengambil pelan dan ember tersebut.
Luna terkejut dan berseru, "Hey!"
Arji membalas seruan itu dengan cepat, "Kalo memang nggak kuat bilang aja sih. Gua disini cowonya, lu jangan maksa. Kalo nanti lu kenapa-napa, gua yang kena masalahnya."
Luna ingin membalas seruan Arji tapi ia menghetikan dirinya.
Tak lama kemudian mereka berdua bertemu MIya dan Joko. Arji menyapa mereka, "Yo! Udah punya list barang-barang yang mau dibeli?"
Joko menjawab, "Yup!"
Arji membalas, "Nice! Gue pengen toss sama elu tapi seperti yang dilihat kedua tangan gue penuh."
Joko membalas, "Yeah, no problem, kok."
Selagi kedua laki-laki itu saling berujar, Luna dan Miya pun melakukan hal yang sama. Luna memulai percakapan mereka, "Bagaimana? Joko nggak ngapa-ngapain kamu kan?"
Miya dengan muka terkejut membalas, "Eh... kami tadi nggak banyak ngobrol sih... hehe"
Luna mengangkat salah satu alisnya, menginterogasi Miya, "Oh iya kah?" Dan tersenyum lebar.
Muka Miya memerah dan membalas, "Ihh, Luna!" sambil mendorong temannya secara pelan.
Luna pun tertawa.
Joko dan Arji melihat mereka. Joko pun berseru kepada Miya, "Miy, ayo langsung ke toko, sebelum panas."
Miya dengan gembira membalas, "Ah benar. Ayoooo!"
Joko dan Miya pun jalan menuruni tangga meninggalkan Luna dan Arji.
"Arji!" Seru Luna.
Arji pun menengok ke Luna dan berdengung, "Hm?"
"Embernya miring tuh", seru Luna sambil menujuk ember yang dibawa Arji.
Arji melihat kebawah dan berteriak, "Uwaaa, tidaaaak! Celana gua!"
Luna hanya dapat mengamatinya dengan kecewa.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Sesampainya di lantai empat mereka bertemu dengan Ruko didepan ruang gudang. Ruko menyapa dengan girang, "Yahoo, gimana kencan kalian?"
Sebelum Arji menjawab, Luna menyela, "Dia gentlemen juga ternyata. Nggak nyangka dari cowo narsis."
Arji menjadi sedikit kesal dari komentar tersebut. Saat ia ingin berbicara, ia terkena selak lagi dari Ruko, "Lah, Arji. Celana kamu kenapa?" yang menujuk ke celana Arji.
Dan disitulah Arji dapat berbicara, "... Abis kebanjiran ember", dengan muka yang lesuh.
Bimo keluar dari ruang gudang sambil berbicara, "Ok berarti Sofa, Meja dan..."
Bimo menatap ketiga temannya tapi langsung berkomentar tentang celana Arji, "Kebanjiran ember?"
Arji hanya bisa mengangguk. Bimo pun langsung menjawab, "Celana panjang ada dikoper hitam bagian depan. Toilet berada diujung yang berbeda dari ruangan kita."
Arji langsung menaruh semua alat-alat bersih dan mengambil celana yang ditunjuk oleh Bimo. Luna dan Ruko menyaksikan kejadian tersebut dan heran, "Huh?"
Sebelum Bimo bisa berjalan menuju ruangan klub mereka, Luna menggenggam pundak kanan Bimo dan berseru, "Kalian saling mengenakan pakaian satu sama lain?"
Bimo merengutkan mukanya dan menjawab, "Iya... memangnya kenapa?"
Kedua perempuan tersebut hanya bisa membatu dengan raut wajah jijik.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Arji mengganti celananya dan sedang berjalan kembali menuju ruang klubnya, tetapi dalam perjalanannya ia dengan tidak sengaja berhenti dan mendengar suara Sijay. Setelah mendengar apa yang diobrolkan Sijay dengan teman klubnya, dengan muka keruh, kembali berjalan menuju ruang klubnya.
Sesampainya di depan ruangan klub, Arji melihat Luna sedang memasang plak baru ruang klub mereka. Luna berucap, "Kamu lama banget sih, ngapain a...."
Sebelum menyelesaikan kalimatnya, Arji memegang kedua pundak Luna dengan muka khawatir dan ia bertanya, "Tadi lu ngomong apa sama Sijay?"
Luna menghalu bunga-bunga disekitar muka Arji dan menjawab, "Eh... Aku... lupa..."
Arji semakin khawatir dan membalas, "Mengekspresikan kesukaan?"
Luna kebingungan dan hanya bisa mendengung, "Hm?!"
"Luna! Lu baru aja membuat Sijay jatuh hati. Dia menghalu tentang lu, dan menyombongkan diri didepan teman klubnya. Jadi aku tanya sekali lagi, lu tadi ngomong apa? Kok bisa sampe segitunya dia halu?"
Lalu Luna teringat tentang hal yang dia lakukan sebelum Arji memanggilnya. Mukanya memerah lagi dan menggenggam kerah baju Arji untuk kedua kalinya. Ia pun berteriak, "AAAAAARRRRRJIIIIII!"
Arji dengan cepat melepaskan tangannya dari pundak Luna dan menutup telinganya. Ia mecoba menenagkan Luna, "Oi, oi, oi. Nggak usah ngamuk lagi. Gua cuman pengen tau aja."
Bimo dan Ruko mendengar suara tersebut dan dengan segera keluar dari ruangan.
Bimo menyaut teriakan Luna dengan seruan, "Ada apa dengan Arji?"
Sedangkan Ruko menyaut, "Apa yang kamu lakukan kepada Luna, Arji?"
Bimo dan Ruko melihat posisi Arji dan Luna sekarang, dimana Arji tertarik keatas karena kerahnya digenggam ke atas oleh Luna sedangkan Luna bermuka merah dengan asap keluar dari kepalanya.
Arji pun menjawab, "Kayanya Luna hari ini sangat overload ya. Udah tiga kali dia marah kayak gini sama gua. Padahal dua kali setelah tadi pagi bersama Rendy, itu salah dia."
Luna membatu dan mempertahankan posisinya dengan Arji.
Sebelum Bimo dan Ruko sempat membantu, Luna menyadarkan diri dan menarik Arji menjauhi Bimo dan Ruko. Arji pun berucap, "Oi, woi, woi, woi. Baju gua cuk!"
Arji dilepaskan Luna saat mereka sampai di depan toilet. Luna menghela nafasnya untuk mengembalikan staminanya.
Arji membetulkan bajunya dan berkata, "Ah, bener bener lu ya. Kalo sampai baju gua longgar itu salah lu ya."
Berjalan mendekati Arji, Luna mengeluarkan auranya sekali lagi. Arji menatapnya, merinding, dan berjalan mundur mecoba menjauhi Luna. Arji berseru, "Luna... Luna..."
Saat Arji sudah terpojok ditembok, Luna menghantam tembok tepat disebelah muka Arji. Disitulah Luna berseru, "Kamu... kamu harus tanggung jawab. Aku mau kamu tanggung jawab menjadi pacarku yang benar. Kalau sampai Sijay macam-macam dengan aku, kamulah yang harus terlebih depan dan buat dia tau tempatnya. Ngerti!"
Arji bengong mendengar permintaan Luna, dengan bingung Arji pun berseru, "Lu... sadarkan barusan bilang apa."
Luna dengan lantang menjawab, "Aku... Gua udah setuju jadi pacar elu. Jadi sekarang tanggung jawab! Gua nggak mau tau!"
Arji bergeming dan hanya bisa menatap Luna yang sangat mengamuk. Luna pun lepas dari posisinya dan berseru, "Udahlah! Stress lama-lama sama elu. Gua balik ke ruang klub aja."
Arji masih bergeming, tetapi karena kakinya yang tidak dapat menyokong badannya sendiri, ia pun jatuh terduduk. Dalam pikirannya ia berseru, Anjir lah, gua masuk masalah apa lagi ini? Mana gitu sama si cewe jutek pula. Moga-moga kencan berikutnya nggak sama dia lagi. Kalo iya mampus gua.
Stat revealed:
Luna's Weakness: Too Naive Around People with the Same Interest (Terlalu Naif di Sekitar Orang-Orang dengan minatnya yang Sama)
Please log in to leave a comment.