Chapter 10:
The Triple Date
Joko dan Miya sedang berada di parkiran motor yang berada tepat disebelah sayap kiri, mereka menyaksikan sesuatu yang brutal disana. Banyak siswa sedang bermain gansing sambil merokok. Bahkan ada beberapa botol bir kosong disekitar mereka.
"Ah, oooii, Joko! Elu ikut klub juga?" Teriak pelajar yang sedang merokok.
Menutup hidupnya Joko menjawab, "Yo. Gimana kabar kalian?"
"Hah ha! Good one! Gua baik-baik aja", seru siswa yang sedikit mabuk.
Dengan menutup hidungnya, Miya berbisik dengan Joko, "Mereka siapa, Joko? Kamu kenal mereka?"
Joko berbisik balik, "Mereka para senior kita. Mereka itu dari klub motor."
Miya dengan besar mata terkejut dan berbisik lagi, "Memang diperbolehkan yang seperti itu?"
Joko menjawab bisik, "Iya, bisa... kata Bimo sih."
Setelah percakapan itu, Joko berseru, "Eh, permisi kak. Kami ingin mengambil sepeda kami buat dipake."
Salah satu dari mereka mendekat dan menatap Miya dengan tidak pantas dicontoh, mereka melirik Miya dengan dekat dan berkata, "Weh he he. Lu jago juga, Jo, dapet cewe. Gabung bentar lah Jo, cerita-cerita. Cara dapet cewe gimana gitu?"
Joko melihat Miya yang ketakutan, lalu dengan tegas Joko merangkul Miya kepelukannya dan berseru, "Maaf kak, tapi kami buru-buru."
Senior yang mendekati Miya tidak berpaling muka, melainkan semakin mengada-ngada, "Ehehe, lu jago banget ya, Jo. Bisa-bisanya lu peluk cewe lu di depan muka gua."
Setalah berbicara itu, Joko langsung lebih tegas lagi dan berkata, "Kakak mau aku panggilin, Pak Kubo?"
Muka mereka langsung terkejut seperti Joko sedang menelpon polisi dan senior itu pun merespon dengan mundur dan berseru, "Iya deh, Joko. Ambil dah tuh sepeda lu."
Joko berseru, "Terima kasih, kak. Saya permisi dulu", dan berjalan melewati kakak kelas itu sambil masih memeluk Miya.
Miya berbisik, "Terima kasih, Joko."
Joko membalasnya dengan berbisik juga, "Sama-sama, Miya. Kamu bisa bergantu padaku. Jadi santai saja."
Miya pun berpelukan dengan Joko lebih erat, bahkan saat mereka bersepeda ke arah pasar swalayan di dekat sekolah mereka.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Sesampainya di pasar itu, jam sudah menunjuk pukul 10.
"Ok, jadi kita perlu box yang nggak gede-gede banget, sticker, medikasi...", seru Joko mengingatkan daftar beli mereka.
Tetapi kata-kata tersebut diselak oleh seseorang yang kenal Joko, "Ah, Kak Joko! Beli kerupuk aku lagi, Kak. Kami udah punya stok baru", seru anak itu.
Joko melihat anak-anak itu dan berseru, "Wah, iya dek. Nanti kapan-kapan ya, kakak akan beli. Sekarang kakak lagi bareng temen kakak beli barang-barang yang lain."
Anak itu pun melihat Miya dan berseru, "Uwwaaaaa, kakak cantik banget. Kakak pake apa? Kok warna rambutnya bisa kuning-kuning gitu?"
Joko ingin membalas pertanyaan tersebut tetapi Miya langsung berjongkok untuk menyamai tinggi seorang anak tersebut dan berseru, "Aduh gemesin amet ini. Kamu namanya siapa?"
Anak itu menjawab, "Namaku Patricia. Biasa temen-temenku manggil aku Pat-Pat."
Miya mecubit kedua pipi Patricia dan berseru, "Kamu mau tau banget gimana biar terlihat seperti kakak?"
Patricia dengan girang serta muka yang cerah berkata,"Ahhh, bisakah?"
Melihat interaksi Miya dan Patricia, Joko berseru dipikirannya, Aku nggak nyangka Miya jago berinteraksi dengan anak-anak. Syukurlah Patricia sudah mendapatkan idolanya. Semoga kamu bisa bertumbuh seperti MIya ya, Patricia.
Setelah berpikir seperti itu, Joko yang melamun terbangunkan dari goyangan oleh Patricia, "Kak Joko, boleh nggak Kak Miya aku pinjam disini?"
Joko berdengung, "Hm?"
Patricia berkata, "Kak Miya janji mau bantu aku sebentar buat berdagang dengan bunda. Boleh tidak?"
Joko pun secara cepat berpikir, Tapi dia masih gampang terpengaruh. Dan ia berseru, "Huh? Miya, kamu seriusan? Nanti nggak kelamaan?"
Miya mengeluarkan muka kucingnya dan melakukan isyarat bermohon kepada Joko serta berkata, "Apa nggak boleh?" Mukanya pun bersinar-sinar.
Tanpa ada sedetik, hidung Joko menembakan mimisan. Ia menutupnya dengan cepat dan berbalik, membelakangi MIya dan Patricia.
Patricia khawatir saat melihat apa yang terjadi dengan Joko. Secara cepat Patricia mendekati Joko dan bertanya, "Kakak? KAK JOKO? Kakak nggak apa-apa?"
Dalam situasi ini, Miya membatu dan berpikir, Oops. Seharusnya aku hati-hati saat menggunakan mukaku.
Joko menjawab Patricia, "Tenang saja, dek. Kakak nggak apa-apa."
Joko menatap muka Miya dan secara natural Miya merasakan tatapan Joko yang sedang berseru, Apa maksudnya berusan?
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Kegiatan membeli barang di pasar swalayan menjadi agak lama. Joko berakhir harus membeli barang-barang itu sendiri sedangkan Miya membantu Patricia berdagang dengan bundanya.
Saat Joko kembali ke tempat pertemuan dengan Patricia pertama kali pagi itu, Patricia berseru saat melihat Joko sudah kembali, "KAKAK! KAK JOKO! Aku dan Kak Miya berhasil membuat orang-orang membeli krupuk bunda. Kak Miya hebat sekali tadi! Dia membantu seperti sudah pernah berdagang."
Joko menatap Miya yang sedang berbicara dengan ibu dari Patricia. Joko pun berjongkok dan berseru sambil mengusap kepala Patricia, "Syukurlah ya. Aku senang mendengar itu."
Patricia tertawa dengan senyuman yang besar.
Miya keluar dari tempat dagangan itu dan Joko pun bertanya, "Bagaiman Miya? Kamu sudah lebih refresh lagi?"
Miya dengan ekspresi lebih terang berseru, "Iya. Aku udah merasa lebih baik dari sebelumnya. Bahkan melebihi yang sebelumnya."
Joko ikut senang dan bersru, "Aku senang mendengar itu. Sepertinya pekerjaan yang Bimo berikan pada kita sangat cocok untukmu ya."
MIya tersenyum dan mengangguk-angguk.
"Kalau begitu, ayo kita balik. Sudah siang nih dan barang-barangnya udah aku beliin semua."
"Iya, ayo kita balik."
Mereka pun bersepeda kembali ke sekolah mereka.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Sesampainya di depan gerbang sekolah, Joko berseru, "Miya, kamu bisa turun duluan, dan menungguku di depan pintu gedung."
Miya terkejut dan bertanya, "Huh? Kenapa begitu?"
Joko dengan lembut berseru, "Kamu mau lewatin kakak-kakak kelas tadi?"
Hati Miya berdebar, mukanya memerah dan menjawab, "Ah ha ha, benar juga."
Miya pun turun dari kursi penumpang dan berjalan ke depan gedung utama, sedangkan Joko memarkir sepedanya ditempat yang sama. Kakak kelas yang tadi pun berkunjung dekat dan bertanya, "Weh he he. Udah balik lu, Jo. Kemana pacar lu?"
Joko dengan tegas menjawab, "Maaf kak, saya lagi buru-buru."
Kakak kelas itu pun merangkul Joko dan berseru, "Ih gitu amet sih, lu. Biasanya nggak sampe gini amat. Kenapa lu? Bucin ya."
Joko menjawab dengan tenang, "Maaf Kak Bohdi, saya harus bertanggung jawab atas keselamatan pacar saya. Kalau dia dapat masalah sama kakak, nanti kira-kira...", Joko menatap Kak Bohdi dengan tatapan tajam, "Yang kena masalah sama orang tuanya dia siapa ya?"
Dada Bohdi berdebar ketakuatan, ia terkejut Joko bisa membalasnya seperti itu. Dia berseru, "Lu... lu memang bakal laporan sama orang tuanya?"
Dengan tegas, sekali lagi, Joko berseru, "Kalau mereka dateng, siap-siap aja sih kalau aku bilang..." Joko mendorong rangkulan tangan Bohdi dan berjalan menjauhinya. Dan mengakhiri kalimatnya dengan, "Selamat siang, kak. Saya balik ke ruang klub saya dulu ya. Semoga hari kakak semua menyenangkan."
Dengan itu, Bohdi dan teman-temannya terdiam melamun dari pembicaraan yang baru saja mereka dengar oleh Joko.
Joko pun berjalan ke gedung utama dan bertemu Miya. Ia berseru, "Barang-barangnya lengkap kan?"
Miya membalas, "Yup! Ayo kita kembali", dengan senyum lebar.
Dengan lembut Joko menawarkan bantuan, "Sini aku bawain beberapa."
Miya memberikan satu kantong plastik kepada Joko dan berseru, "Wow, such a gentleman."
Joko membalas, "Ain't I?"
Miya sangat senang beban yang ia bawa tadi pagi sudah tiada maka dari itu dia dengan senang berlali untuk menemui teman-temannya di ruang klubnya. Tetapi takdir berkata berbeda, air tumpah bekas Arji belum di bersihkan dan membuat Miya terpeles.
Melihat Miya terpelesat, Joko melempar kantong plastiknya dan berlari berusaha menangkapnya. Joko pun berhasil menjadikan dirinya bantalan untuk landasan Miya jatuh.
Miya sangat ketakutan tetapi senang Joko telah menangkapnya sebelum jatuh, ia pun berseru, "Oh mai god, my hero!"
Tetapi balasan yang akan dijawab Joko hanya membuat Miya kesal, "Aduuuuh berat, berat!"
Muka Miya pun memerah dan cemberut mendengar apa yang baru saja dikatakan Joko.
Stat revealed:
Miya's Advantage: Very Kind with Children (Sangat Ramah dengan anak-anak)
Joko's Weakness: Lack of Strength (Kurang Kuat)
Please log in to leave a comment.