Chapter 11:
The Triple Date
"Ok, kalian sudah dapet tugas masing-masing ya. Ruko ayo, kita siap-siap", seru Bimo setelah selesai melakukan briefing tugas pasangan masing-masing.
"Siap, boss", seru Ruko sambil memberi hormat.
Setiap tim sudah bergegas melakukan kencan mereka masing-masing. Bimo dan Ruko berada di dalam ruang klub untuk mendisain ruangan tersebut sedemikian rupa agar terlihat bagus dan nyaman untuk digunakan.
Bimo memulainya dengan berseru kepada Ruko, "Sebagai cowo gentleman, aku mempersilahkanmu untuk memberi pendapat", sambil tersenyum dan memegang pecil serta buku gambar.
Ruko menaru tangan kirinya dibawah dadanya untuk mepertahankan posisi tangan kanannya yang memegang dagunya dan ia berpikir, "Hmm... entahlah, aku nggak pernah mendesain ruangan seperti ini."
Bimo dengan santai berseru, "Santai saja, aku juga belom pernah."
Lalu Ruko berpendapat, "Kalo gitu aku boleh memilih sesuai keinginanku kan?"
Bimo tersenyum dan menjawab, "Tentu, tapi jangan lupa. Kita kan berenam. Nggak mungkin selera kita semua sama. Jadi berikanlah ruang untuk semua orang berpendapat."
Ruko melihat Bimo dengan muka datar, "Lah terus kita ini desain apa kalau semuanya punya desain masing-masing?"
Bimo membalas, "Dasarnya! Misalnya...", Bimo melangkah ke bagian pojok kiri dekat pintu ruangan klub mereka dan melanjutkan kalimatnya, "Ini buat tempatmu...", lalu Bimo menujuk kearah pojok kiri dekat jendela, "Itu bagian aku..." Bimo menujuk ke arah tengah ruangan, "Dan bisa saja kita gunakan bagian tengah untuk tempat diskusi."
Ruko memperhatikan ruangan klub mereka dan baru saja menyadarinya. Ia pun berseru, "Kalo aku perhatiin kayanya ruangan kita besar juga ya."
Bimo berseru, "Yup. Ruangan ini sekitar dua puluh meter panjang, sepuluh meter lebar dan standar tiga meter tinggi."
"Ehhh, besar juga ya, bisa muat tiga ranjang tidur", seru Ruko sambil melihat langit-langit ruangan itu.
Bimo melihat sekeliling ruangan itu dan berseru, "Bener juga ya. Mau masukin ide itu ke desain ruangan kita?"
Ruko terkejut atas usul Bimo dan berseru, "Eh?? Nggak salah nih? Ranjang tidur?"
Bimo dengan santainya berkata, "Ada apa dengan ranjang tidur? Kamu yang berpendapat kan."
Ruko memerah dan berseru dengan tegas, "Bi... Bimo! Kamu ini keterlaluan polos ya! Nggak! Jangan ada ranjang tidur di klub ini!"
Bimo kebingungan dan berseru sambil menghapus gambar desain yang dia gambar saat berdiskusi, "Iya. Oke, oke. Jangan ada ranjang tidur."
Kejadian itu membuat Ruko melamun dan berpikir, Sekarang aku ngerti kenapa dia jawab boleh-boleh saja saat Miya menawarkan jadi pacar. Nih cowo polosnya kebangetan.
Bimo kembali bertanya, "Kalau kamu beneran nggak ada ide, aku ingin berpendapat nih!"
Ruko berjalan dan berhenti didepan meja pelajar. Ia duduk diatas meja itu dan melipat kakinya. Setelah itu dia menaru tangan kanannya ke dagunya dan tangan kirinya ke dengkulnya.
Ia pun berseru, "Oke. Ayo denger saranmu."
Setelah mendengar apa yang diberi tahu oleh Joko saat Bimo pertama kali menggunakan "skill"nya. Ruko dengan cepat beradaptasi dengan Bimo.
Sesaat Bimo selesai menjelaskan, Ruko pun dapat menyimpulkan apa yang Bimo bicarakan. Ia berseru, "Jadi pertama-tama kita keluar-keluarin dulu nih bangku dan meja yang nggak digunakan lagi. Saat Arji dan Luna udah balik mereka bisa bersihin ruangan. Lalu mereka bersih-bersih dan mesra-mesraan kita nge-cek gudang sebelah ruang kita untuk melihat barang-barang yang mungkin kita masih bisa pake untuk digunakan di ruangan kita. Benar, kan?"
Bimo bergeming sementara membuat Ruko terheran dan berseru, "Eh... salah ya?"
Dengan senang hati, Bimo mengeluarkan air mata gembira, menutup mulutnya dengan tangan kanannya dan berseru, "Oh Tuhan, ternyata nggak cuman Arji dan Joko yang bisa ikuti setiap kata-kataku. Aku senang kamu ngerti apa yang aku bicarakan, Ruko."
Ruko jijik dengan ekpresi Bimo yang seperti itu, ia pun bergemetar dan berseru, "Ah... nggak masalah kok", tapi didalam pikirannya ia berseru, Idih, nih anak lebih serem dari yang aku pikirin.
"Baiklah kalau hanya itu saja, aku siap pindah-pindahin, ya", ujar Ruko.
Bimo menatap Ruko dan bertanya, "Kamu yakin? Meja dan bangku ini berat loh..."
Ruko tersenyum lebar dan menyela Bimo, "Kamu meremehkanku?"
Setelah Ruko berkata itu, ia berdiri dan mengangkat dua kursi yang agak berat, sendirian. Ia pamer dengan berseru, "Aku masih bisa bawa satu lagi loh!"
Lalu dia mengangkan satu kursi lagi dengan tangannya yang satu lagi.
Bimo khawatir dan berseru, "Hati-hati! Itu terlihat seram dan berbahaya."
Ruko berseru, "Santailah, takut amat. Aku udah sering kok angkat-angkat barang berat kayak gini."
Dengan itu, Ruko pun bergegas dan mengeluarkan barang-barang yang tidak terpakai seperti bangku pelajar, kursi pelajar, papan tulis portabel, vas bunga, bangkai tikus and lainnya. Bimo terkesan melihat seberapa cepat kerja Ruko. Dikarenakan Ruko bekerja cepat, Bimo tidak dapat mengikuti kecepatannya, bahkan ini membuat Bimo tidak dapat membantu sedikit pun.
Bimo berseru, "Jangan berlebihan ya. Hati-hati kecapean. Berikan waktu untuk nafas juga."
Ruko membalas, "Siap boss."
Setelah selesai, Bimo keluar dari ruangan dan melihat sekitar, "Lah, kemana Joko dan Miya?"
Ruko mendengar pertanyaan itu dan menjawab, "Aku melihat mereka berjalan ke arah tangga utama. Mereka mungkin lagi...", Ruko memegang kedua pipinya dan bergoyang, "Mesra-mesraan."
Bimo berkomentar, "Jangan mengkhayal kamu."
Ruko kembali melakukan pekerjaannya. Setelah selesai dikeluarkan semua, Bimo berseru, "Oke, sekarang kita pisah-piashkan yang mana yang mau dibuang dan mana yang mau ditaro digudang. Yang ini...", Bimo menunjuk bangkai-bangkai binatang kecil, "...biarin aku aja yang urus. Kamu angkut-angkut barang yang masih bisa dipake ke depan ruang gudang."
Ruko berseru, "Siaaap", tetapi dia punya rencana lain, dipikirnya, Ini mah bukannya kencan. Sama aja kaya pekerjaan rumah tapi di sekolah. Masa Miya dan Joko mesra-mesraan dan aku nggak sih.
Ruko mendekati Bimo yang sedang berjongkok mengumpulkan sampah dan bangkai binatang. Ia merangkul Bimo dengan perlahan dan sebelum Bimo dapat melihat kebelakang, Ruko berseru di telinga Bimo dengan nada yang berat seperti suara gadis yang penuh tipu dayanya, "Oh Bimo, Ruko itu cantik ya? Kenapa malah bekerja sendirian? Tanyalah dia, mungkin dia perlu bantuan."
Bimo membatu seperti tiadak dapat berpikir dengan lurus, mukanya terlihat seperti sedang dicuci otaknya.
"Ruko menunggumu. Jangan lewatkan kesempatanmu."
Setelah itu, Ruko menjauh dan Bimo pun kembali sadar. Dia berseru, "Ruko..."
Ruko berjalan mendekati bangku dan kursi yang ia telah pindahkan dan menyahut, "Iya?"
Bimo memutarkan badannya dan berseru, "Aku akan berikan pekerjaan ini ke Luna dan Arji aja deh. Kamu mau aku bantu apa?"
Ruko masih tersenyum lebar, berseru, "Kita masuk ke ruang klub dulu yuk."
Saat mereka berdua didalam, Ruko berpikir, Apa yang harus kulakukan? Ini kan rencanaku sendiri, kok malah baperan sih. Pikirkan sesuatu!
Bimo menutup dan berdiri didepan pintu klub mereka, ia berseru, "Bukannya kamu udah keluarin semua dari dalam sini? Apa lagi yang perlu dilakukan?"
Bimo kebingungan dan Ruko berusaha menahan rasa candu dari hobinya, ia berpikir, Uwaaa, aku kenapa lagi sihh? Ini tuh bukan kencan beneran, sadar Ruko. Sadar! Stop! Stop! Stop! Kalo lebih dari ini, bukankah keterlaluan? Aku harus berkata sesuatu.
Ruko melihat ke jendela dan berseru, "... aku... aku takut ketinggian", dia salah ngomong, dan di pikirannya, ia panik, Uwaaaa kenapa itu yang keluar dari mulutku.
Bimo kebingungan dan bertanya, "Takut... ketinggian? Apa masalahnya dengan bersih-bersih?"
Ruko kembali menenangkan dirinya dan berseru, "Gorden jendelanya... sebaiknya kamu aja... yang menurunkannya."
Bimo berseru dengan senyum yang kecil, "Ah... itu. Kamu bener juga ya, tapi kita perlu tangga. Jadi itu urusannya nanti saja. Apa itu saja yang mau kamu serukan?"
Kepala Ruko memanas dan dia pun keluar sebelum Bimo, ia berseru, "Aku akan angkut semua barang ke depan ruang gudang. Kamu lakuin yang lain saja. Nanti kita ketemuan lagi didepan ruang klub."
Bimo masih kebingungan dan berseru pada dirinya sendiri, "Tuh anak kenapa dah?"
Ruko berjongkok didepan ruang klub dengan muka merah serta mengeluarkan asap, dan berseru pada dirinya sendiri, "Aku harus berhenti menggoda cowo-cowo disekolah ini. Hobiku ini nggak bener banget sih."
Stat revealed:
Bimo's weakness: Too Plain (Kebangetan Polos)
Ruko's hobby: Seducing Guy (Menggoda Cowok)
Ruko's advantage: Strong
Skill revealed:
Ruko: Devilish Whisperer (Bisikan Licik/Setan)
Pengguna skill ini dapat dengan mudah mengubah pola pikir seseorang. Saat dibisikan sesuatu, orang tersebut akan membatu dan tidak dapat bergerak sebelum sang pembisik selesai memberikan perintah.
Please log in to leave a comment.