Chapter 12:

Kencan Pertama: Bimo x Ruko (Bagian 2)

The Triple Date


"Bimo! Kamu udah bisa lepasin tanganku. Sakit tau!" Seru Ruko setelah tangannya ditarik oleh Bimo.
Bimo melepaskan tangannya dan berseru, "Oke sekarang kita akan lanjut ke sesi berikutnya."
Ruko berseru dipikirannya, Uwaaa, dia pegang tangan aku, dia pegang tangan aku. Dia polos banget siiiih.
Bimo berseru, "Ruko, kamu denger nggak?"

Ruko terbangun dari lamunnya dan berseru, "Huh?"
Bimo menyarankan, "Kita pilih-pilih dulu barang yang kita mau pakai setelah itu kita keluarin barang-barang itu. Kalau udah semua, kita masukin barang-barang yang udah nggak kepake ini kedalam gudang."
Ruko memberi hormat dan berseru, "Ah... siap boss."

Bimo dan Ruko pun memasuki ruang gudang. Apa yang sedang mereka lihat tidak nampak seperti gudang. Ruko pun berseru, "Lah ini rapih amat. Gudangnya malah lebih bersih dari ruang klub kita."
Bimo menjawab dengan tidak percaya diri dan berandai-andai, "Mungkin petugas kebersihan selalu bersihin ruangan ini."
Ruko menatap Bimo dan bertanya, "Kenapa?"
Bimo menjawab, "Ya... walau memang ini gudang barang lama, tapi semua orang masih sering ke sini buat ambil-ambil barang", Bimo sudah mulai berjalan lebih dalam lagi ke dalam gudang tersebut, dan ia melanjutkan kalimatnya, "Maksudku, kita aja ke sini buat liat ada barang yang masih bisa ke pake atau nggak, kan?"

Setelah pembicaraan tersebut, Ruko dan Bimo berkeliling gudang itu. Saat berada di dalam mereka menemukan banyak hal yang menarik.
Ruko berteriak, "Uwwoooo, ini kan kumpulan kartu game di Game Center, lalu ada game console lama juga. Bimo ini ruangan apaan dah, kok ada barang bekas kaya gini?"
Bimo dengan santai menjawab tetapi dengan ragu, "...aku juga baru pertama kali ke sini, Ruko. Yang hanya aku tau ruangan ini udah jadi tempat "lost and found" dan penempatan barang bekas selama bertahun-tahun sekolah kita berdiri."

Ruko terkagum dan berseru, "Eehhh? Gile juga ya ada yang berani bawa kaya ginian ke sekolah."
Lalu Bimo menjawab, "Ya mau gimana lagi emang klub mereka, klub gamer. Tentu kaya gituan bisa dibawa ke sekolah."
Ruko dengan muka datar menatap lurus kedepan lalu melihat ke arah Bimo, "Hah? klub gamer? Kok dibolehin?"
Bimo berseru dengan suara sarkas, "Kamu kira klub kita ini normal?"
Ruko menjawab, "... nggak salah sih."

Mereka pun mulai membuat daftar setiap barang-barang yang ingin digunakan dari gudang tersebut. Walau gudang itu seperti surga barang bekas, ruang tersebut tidak memiliki ventilasi atau ac jadi saat berada di dalam ruangan itu terlalu lama akan terasa panas.
Ruko berseru kepada Bimo, "Ketua... Boss... Bimo"
Bimo menatap Ruko dan berseru, "Nggak usah gitu manggil aku. Panggil nama aja sih."
Ruko berseru kembali, "Aku... keluar... dulu ya... Panas ue."

Ruko keluar dari ruangan tersebut dan meneduh sebentar. Tidak lama kemudian dia bertemu dengan Luna dan Arji.
Ruko menyapa dengan girang, "Yahoo, gimana kencan kalian?"
Dari perpektif Ruko, ia menatap Arji secara langsung tanpa mendengar jawaban dari Luna, ia bertanya kepada Arji, "Lah, Arji. Celana kamu kenapa?"
Arji menjawab, "... Abis kebanjiran ember"
Ruko berpikir, Ehhh, dikirain dia abis ngitu sama Luna. Kaget aku.

Setelah itu, Bimo keluar dari ruang gudang itu dan melihat celana Arji. Ia memberikan celana panjangnya kepada Arji. Setelah itu, Luna menahannya dan bertanya kepadanya tentang berbagi celana.
Luna berseru, "Kalian itu sedekat apa sih? Tadi Arji sampai serius banget jawab aku tentang persahabatan kalian."
Bimo berdiam sebentar dan menjawab, " Ah... cerita itu... berlangsung pada saat kami bertiga masih umur 11. Seperti yang dikatakan Arji. Dia, aku dan Joko, nggak mau cerita dulu sebelum kita berenam lebih dekat satu sama lain."

Luna semakin penasaran, Ruko pun berbisik ke Luna, "Kamu kenapa sih? Kayanya pengen banget tahu cerita mereka."
Luna berbisik menjawab Ruko, "Kamu nggak penasaran apa? Joko literally trauma dumping ke kita bertiga. Aku nggak mau semua ini berakhir dengan kita dipaksa pacaran. Aku mau tahu alasan asli mereka apa. Kamu seharusnya juga gitu Ruk. Bahkan tadi pagi kalian berdua merasa anteng-anteng aja. Kamu oke-oke aja memangnya?"
Ruko membuang muka dan hanya bisa tertawa genit sambil bergoyang pelan-pelan.
Luna berseru, "Aku lupa kalau kamu hobi genit sama cowo."

Sambil menunggu Arji kembali, Luna, Ruko dan Bimo kembali ke ruang klub mereka. Luna berseru kepada Bimo, "Hey, aku udah buat nama klub kita. Menurutmu bagaimana?"
Bimo dan Ruko menghampiri Luna untuk melihat nama klub mereka, Ruko dan Bimo berseru secara bersamaan, "Trismara?"
Luna dengan bangga berseru, "Yup. Tri itu tiga kan? Dan aku gunakan kata asmara sebagai kata sambungnya."
Bimo berseru, "Hmm, boleh saja. Ini sudah cukup bagus."

Setelah Bimo selesai berbicara, Ruko merangkul Luna secara cepat dan berbisik, "Aku kira kamu nggak mau melakukan ini dengan serius. Kok kasih namanya sebagus itu sih?"
Luna baru sadar dan mukanya memerah. Ruko berbisik kembali, "Keceplosan ya? Saking suka buat nama-nama singkatan, ship dan tanpa sadar kamu jadi keterusan."
Luna pun berseru, "Ah elah. Aku ini bodoh sekali."
Ruko hanya membalasnya dengan tawa canda.

Luna pun dengan gugup berseru, "Eh, kalau begitu, aku pasang di depan sekarang saja ya."
Bimo menjawab, "Oh ok. Tolong taronya yang bener ya. Kalau tidak, itu gampang jatoh."
Luna berseru, "Tentu", dan setelah itu berjalan ke depan ruangan.
Ruko mendekati Bimo dan bertanya, "Kamu enggak nanya, kenapa Miya bikin namanya seperti itu?"
Bimo kebingungan dan berseru, "Udah dijelasin kan tadi. Tri itu tiga dan digabung dengan kata asmara."
Ruko menatap Bimo dengan kesal, "Kamu sepolos apa sih? Bisa-bisanya nggak ngerti hal sesimpel itu!"
Bimo berseru, "Oh, ada arti tersiratnya ya? Maaf, Ruko, aku nggak sepintar Joko yang bisa lihat keingingan seseorang atau arti tersirat dari hal-hal seperti itu. Aku lebih mengerti sesuatu jika aku sudah pernah membaca atau melakukannya."

Sebelum Ruko membalas Bimo, mereka mendengar suara teriakan Luna, "AAAARRRRRJIIIIIII."
Bimo dan Ruko berlari keluar ruang klub dan melihat mereka berada di posisi yang menegangkan.
"Ada apa dengan Arji?" Bimo bertanya.
"Apa yang kamu lakukan kepada Luna, Arji?" Ruko pun juga bertanya dengan waktu yang bersamaan dengan Bimo.

"Kayanya Luna hari ini sangat overload ya. Udah tiga kali dia marah kayak gini sama gua. Padahal dua kali setelah tadi pagi bersama Rendy, itu salah dia", Arji mecoba untuk menjawab pertanyaan Ruko dan Bimo seraya berada di posisi tersebut.
"Bimo kamu pegang Arji, aku akan menenangkan Luna", seru Ruko yang langsung bergegas membantu Arji dan Luna. Tetapi sebelum Ruko dan Bimo membatu mereka, Luna lari sambil menarik kerah baju Arji.

"EEEEHHHH? LUNA KENAPA KAMU LARI?" Teriak Ruko sambil merentangkan tangan kanannya.
"Hmm?" Bimo berseru membuat Ruko melihat ke arahnya, "Entah kenapa aku melihat muka Luna merah. Apa itu artinya... ada sesuatu yang terjadi... dengan mereka?"
Ruko terkejut dan berpikir, Ehhh? Dia ngerti yang gitu-gitu?
Bimo melanjutkan kalimatnya, "Atau mungkin dia keceplosan lagi dengan orang lain bahwa dia suka yang berbau Jepang."
Ruko berseru dipikirannya, Dia lambat banget, tapi masih paham situasi kaya gini, huh?
Lalu Bimo berseru kepada Ruko, "Iya nggak sih?"
"Huh?"
"Dia suka yang berbau Jepang, kan? Soalnya aku ingat ada anak bernama Christoper Jonathan yang ikut klub wibu di lantai lima."
Dengan wajah penasaran, Ruko bertanya, "Masalahnya sama dia kenapa?"
Bimo menjawab, "Hmm... hanya spekulasi, karena aku tau jam dia dateng setiap dia masuk sekolah buat ikut klub, dan aku tahu kalau Arji orangnya suka asal ceplos dan memperkenalkan orang-orang yang dia kenal kepada teman barunya. Instingku berkata Sijay dan Luna bertemu, setelah itu Luna tidak sengaja mebeberkan rahasianya. Lalu bukannya merefleksikan diri, Luna malah salahin Arji. Iya nggak sih?"

Ruko membatu mendengarkan penjelasan itu lalu dia berseru, "Bi... Bim... Bimo. Kamu tahu... jam berapa... temanmu masuk sekolah?"
Dengan santai, Bimo berseru, "Iya. Aku selalu masukan ke buku absensiku. Aku juga udah tulis absensi kita dan..."
Ruko menahan mulut Bimo dan berseru, "Udah cukup! Kamu terdengar seperti stalker", lalu ia melepaskan kedua tangannya dari Bimo dan melanjutkan, "Aku kira kamu polos ternyata kamu orangnya kayak gitu ya."
Bimo membalasnya dengan santai lagi, "Aku kan udah bilang kalau aku bagian dari osis. Ini hal yang normal tahu."
Ruko membalas, "Ini bukan hal yang normal, bodoh. Apa yang kamu tahu selain jam-jam kita dateng?"
Bimo sekali lagi dengan santainya berseru, "Aku tahu nama setiap siswa-siswi di setiap kelas sebelas. Aku tahu nama orang tua semua murid di kelas sebelas. Aku tahu jadwal kegiatan setiap klub. Aku..."
Ruko menutup mulut Bimo sekali lagi dan berseru, "Kamu stalker terbesar yang aku pernah denger dan kamu bersikap seperti semua yang kamu lakuin itu normal. Kamu harus benerin perilakumu itu dan jangan sampe Luna atau Miya tahu tentang ini."

Stat revealed:
Bimo's Hobby: Collecting Information

MyAnimeList iconMyAnimeList icon