Chapter 13:
The Triple Date
Setiap pasangan sudah kembali ke ruang klub dan mereka merancang sedemikian rupa ruangan mereka dari siang hingga sore. Saat waktu munujukan pukul delapan sore, Bimo berseru, "Guys! Satu jam lagi gerbang sekolah bakal tutup. Semuanya udah beres kan?"
Ruko berseru dengan suara keras, "Huh? Udah jam berapa?"
Miya berseru bersamaan dengan Ruko, "Wuaaa, jam delapan. Aku harus telepon mamaku dulu", ia pun berlari keluar dari ruang klub.
Luna melihat Bimo dan berseru, "Heh, memangnya klub itu sebebas ini ya? Nggak ada guru atau siapa gitu yang lebih tua."
Bimo berseru, "Oh tentu saja ada, lantai lima banyak guru pembimbing malah."
Luna membalas, "Kita belum tahu nih, Pak Hadeki siapa? Kok kita anteng-anteng aja."
Arji berseru, "Anteng darimana? Kita kerja keras, coy. Ini udah delapan jam ruangan masih udah mulai keliatan rapih dan enak ditempati."
Luna membuang muka dari Arji dan menghadap Joko. Joko pun berseru, "Kalian kenapa lagi?"
Bimo berseru, "Tadi ada... kejadian", Bimo menghadap Ruko dan melihatnya membuat muka yang agak seram, "Iya gitu aja."
Luna berseru, "Aku yang salah... tapi aku..."
Arji menyelak dan berseru, "Iya iya. Gua ada salah juga. Seharusnya gua nggak kenalin Sijay sama lu. Lu jadi gini karena..."
Luna menyela, "Lu cuman kenalin gua, Sijay. Gua yang membuat salah. Udah gitu aja. Nggak usah sok tanggung jawab sekarang. Tanggu jawabnya pas dia belaga nggak jelas."
Ruko terkejut dan berseru, "Lu... Luna kamu..."
Luna bingung dan bertanya, "Iya? Kenapa Ruko?"
"Lu? Gua? Kamu... jadi nakal?" Ruko tersenyum lebar dan melanjutkan kalimatnya, "Cuman seharian sama Arji, kamu udah berubah?"
Muka Luna berubah jadi merah, Arji dengan cepat berseru pada Ruko, "Oi, Ruko! Jangan ikut campur. Kasian temenmu."
Ruko ingin menjawabnya tetapi Luna berseru terlebih dahulu, "Aku nggak nyangka aku bakal sepakat dua kali sama dia. Aku udah cape banget, Ruk. Sorry ya."
Mereka pun beres-beres sebelum pulang. Mereka berenam berdiri di depan pintu dari dalam. Mereka melihat ke arah ruangan dan merasa hal yang sama.
Luna berseru, "Ini bakal jadi ruang klub kita."
Ruko membalas, "Aku tidak menyangka kalau hari seperti ini akan ada."
Miya berseru, "Kita akan jadi bestie", sambil melihat ketiga laki-laki yang berada disebelah mereka.
Bimo berseru, "Mohon bantuannya ya."
Joko berseru, "Aku tidak sabar pertualangan yang akan kita tempuh."
Arji berseru, "Gue sebenernya nggak suka ngomongnya", sebelum dia melanjutkan kalimatnya ia melihat Luna. Luna membuang muka dan Arji melanjutkan, "Tapi mohon bantuannya."
~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Semua siswa-siswi yang mengikuti klub pun pulang, meninggalkan guru-guru pembimbing di sekolah untuk rapat.
"Jadi bagaimana semuanya. Anak-anak menjalankan kegiatan tambahan mereka dengan baik?" Seru tanya seorang guru laki-laki yang sangat antusias.
"Oh saya sangat senang, hari ini klub saya benar-benar melakukan banyak sekali kegiatan. Saya tidak sabar untuk minggu depan", seru guru perempuan yang tersenyum lebar.
"Oh Bu Helen, tata boga sudah mulai kegiatan?" Tanya seorang guru laki-laki yang penasaran.
Bu Helen menjawab, "Oh tentu saja. Anak-anak yang kubimbing sangatlah bertalenta. Nilai keterampilan mereka pasti akan sangat tinggi. Kalau Pak Indra sendiri bagaimana? Anak-anak Musik sudah melakukan kegiatan."
Pak Indra dengan senang berseru, "Oh tentu saja. Mereka bahkan sudah memulai latihan lagu-lagu baru."
Setiap guru pembimbing berkumpul di ruang serba guna. Di ruang tersebut terdapat ruangan yang luas berada di tengah seperi stadium tertutup. Ruangan tersebut biasa digunakan sebagai tempat penonton pentas seni yang ditayangkan di atas panggung yang menghadap ke selatan dari sekolah. Bukan hanya itu, gedung ini juga dipakai sebagai tempat olimpiade terjadi atau konser. Gedung ini memiliki 4 ruangan terpisah, salah satunya adalah backstage, tempat dimana pemain pentas seni atau konesr bersiap-siap untuk tampil. Selanjutnya, ada ruang ganti, di dalam ruangan itu terdapat beberapa ruangan lagi untuk orang-orang mengganti pakaian dan juga mandi. Ruangan ketiga adalah lobby, ruangan yang memisahkan ruangan utama dan luar gedung. Ruangan ini digunakan untuk menerima tamu.
Dan yang terakhir adalah ruang rapat yang terletak dilantai kedua. Lantai ini setara dengan lantai tiga gedung utama. Disinilah para guru pembimbing berkumpul bersama untuk rapat. Ruangan ini sangat besar tetapi tidak sebesar ruangan utama gedung serba guna. Ruangan ini terbatas hanya untuk guru-guru dan petugas kebersihan saja. Bahkan Bimo dan anggota osis pun tidak tahu tempat ini.
"Wah, bapak-bapak, ibu-ibu sudah berkumpul semua ya?" Seru seorang petugas kebersihan.
"Apa kabar, Pak Kusna? Bagaimana klub bapak?" Seru Bu Helen.
"Oh klub saya, saya biarkan saja. Mereka sudah gede-gede, saya nggak perlu atur mereka", seru Pak Kusna.
Pak Indra berseru, "Nggak bahaya pak? Saya denger dari beberapa pelajar murid bimbingan bapak minum-minum dan ngerokok di parkiran motor loh."
Pak Kusna menjawab, "Saya sudah tegur untuk tidak mengganggu pelajar lain, dan tadi siang menjelang sore, sekitar jam empat, saya juga telah mendengar bahwa seorang pelajar dari bimbingan Pak Harris telah menegur mereka dan anak bimbingan saya berhenti mendekati pelajar perempuan."
Setiap guru mendengar itu masih ragu, mereka masih tidak percaya karena guru pembimbing klub automatik, atau yang biasa disebut klub motor, dibimbing oleh seorang pekerja bersih-bersih saja.
Pak Kusna pun berseru saat melihat kegelisahan para guru, "Maaf kan saya saudara-saudari sekalian. Jika kalian sepakat, saya akan memberhentikan klub tersebut. Saya sadar kalau klub saya sudah tua dan seharusnya tidak beroprasi lagi. Tapi peminatnya setiap tahunnya selalu banyak. Saya takut saja memberhentikannya dengan paksa."
"Tidak perlu, Pak Kusna!" Seru seorang guru yang sangat mengintimidasi ruangan rapat.
Semua guru yang berkumpul disana menatap guru tersebut. Ia pun berjalan mendekati meja dari bagian yang berbeda dengan guru-guru lain.
Salah satu guru yang melihat dia berseru, "Pak Kepala Sekolah Harris?"
Pak Harris pun berseru, "Jadi guru-guru sekalian, kita berkumpul disini untuk melakukan rapat, kan? Bukannya bergosip tentang para pelajar klub masing-masing."
Pak Kusna berseru, "Pak Harris, apa maksud bapak tadi? Kenapa klub saya jangan ditutup?"
Pak Harris pun duduk di kursi putar yang sudah disediakan dan berputar sekali sebelum menghadap ke arah meja, "Oh, itu? Ya, saya hanya tidak ingin murid-murid sekolah ini tidak merasa nyaman disekolah saya. Termasuk yang bermasalah juga."
Semua guru kebingunan apa maksud dari Pak Harris, Pak Harris pun berseru, "Apa kalian tidak tahu mengapa saya jadi guru SMK untuk jalan influencer?"
Salah satu guru disana menyaut, "Karena tidak ada yang mau menjadi guru itu?"
Pak Harris menyatukan kedua telapak tangan menjadi satu dan mendekatkannya ke hidungnya. Ia pun berseru, "Tidak hanya itu. Anak-anak memiliki daya niat yang tinggi, mereka menginginkan sesuatu dan mereka mendapatkannya, terutama remaja. Aku ingin mereka merasakan rasanya dimanjakan, dan aku ingin mereka belajar dengan pengalaman sendiri. Jadi biarkan mereka merasakan namanya penyesalan dalam proses itu."
Semua guru terbingung-bingung dan bertanya-tanya maksud dari Pak Harris satu dengan yang lain. Setelah itu Pak Harris berseru, "Tenang saja kawan-kawan sepekerja. Saya, Harris Delero Quins, selaku kepala sekolah Mentari Jaya, akan bertanggung jawab jika ada pelajar sekolah ini yang berlebihan. Tidak akan ada bencana besar melanda di sekolah ini saat saya memegang kekuasaan di sekolah ini."
Quest/Goal:
Main; Having Fun
- Get a new room for the club. ✓
Side; [Redacted]
Knowledge Unlock:
Harris Delero Quins -> Hadeki
[Principal, Influencer Teacher of Mentari Jaya's Vocational School, and Trismara Club's Advisor Teacher]
Please log in to leave a comment.