Chapter 25:
The Triple Date
Minggu ke tiga masuk sekolah, dan minggu terakhir dari bulan Juli. Mengakhiri bulan tersebut, para guru sekolah seluruh Indonesia, termasuk Sekolah Mentari Jaya, memulai rencana untuk festival hari kemerdekaan Indonesia.
"Baiklah anak-anak, tiga minggu lagi kita ada perayaan hari kemerdekaan. Pada tanggal enam belas, kita akan mengadakan lomba, dan festival. Lalu, setelah itu, kita juga akan ada upacara bendera pada hari H. Jadi harap kerja samanya", seru seluruh guru kelas di Sekolah Mentari Jaya.
Setiap kelas berseru-seru akan adanya festival, karena festival bukanlah tradisi di sekolah lain. Ini adalah kegiatan yang dilakukan oleh Sekolah Mentari Jaya saja. Pada tanggal enam belas, tamu-tamu dari luar sekolah pun juga diundang untuk mengikuti acara tersebut.
"Uwaaa, aku tidak sabar untuk festival tahun ini."
"Nanti kira-kira band yang diundang untuk tampil malam siapa ya?"
"Festival tahun ini akan jadi festival yang paling seru!"
Disaat itu juga, seruan Arji pun juga terdengar, "Ahhh, bulan termales yang gua nggak tunggu-tunggu."
Beberapa temen kelasnya mjawabnya, "Oh, ayolah Armando, kamu kan anaknya paling fit diantara kita semua. Kenapa malah kamu yang nggak menunggu-nunggu acara ini?"
Arji menjawab, "Gua suka sama acaranya, cuman... yang gua nggak suka tuh orang-orang luar yang ikutan acaranya."
Miya yang mendengar itu, berseru pada dirinya sendiri, "Huh? Aku baru ingat Arji juga pernah bilang pas awal minggu masuk kalau dia paling benci Agustus. Kenapa ya?"
Lalu, teman Miya berseru, "Kalian sudah dekat sekali ya, sampe-sampe nggak malu ngomongin keras-keras begitu."
"Ueeeh, Jasmine. Aku... aku...", terkejut dengan perkataan temannya Miya berusaha untuk mencari alasan.
"Heh. Sudahlah, nggak apa-apa. Kalian kan udah pacaran, maaf aku sudah menggodamu Bercia."
Setelah pernyataan itu, muka Miya memerah dan kepalanya mengeluarkan asap, "Aku masih nggak kuat denger aku pacaran."
Jasmine mendengar itu berkata, "Huh? Bukannya kamu yang tawarin?"
MIya berseru, "Iya, awalnya aku merasa yakin, tapi sekarang aku merasa terpaksa."
Jasmine terkejut dengan pernyataan Miya dan ia pun menyatakan sesuatu yang membuat semua kelas terguncang, "Heeeh, kalau gitu kita tukeran tempat yuk. Aku pengen coba punya tiga pacar."
Miya bergeming setelah mendengar perkataan Jasmine. Perkataan Jasmine juga terdengar hingga seluruh kelas termasuk Arji. Mendengar itu, ia pun merespon, "Oi, jangan main-mainin hati orang, Jampret!"
Jasmine yang mendengar itu berteriak merespon, "Apa? Jampret?! Siapa yang mau pacaran sama elu, Arnjing!"
Arji tidak merespon melainkan melanjutkan percakapannya dengan yang lain.
Miya yang bergeming memecahkan keheningannya dengan berseru, "Jasmine, walau aku memang belum merasa enak dipanggil pacar Arji, tapi aku masih punya hati. Jika ada yang mengambil pacarku dariku, aku tidak akan tinggal diam. Dia sudah menjadi miliku jadi aku...", Miya berhenti di tengah perkataannya.
Jasmine terkejut lalu dia pun berseru, "Bercia... kamu?"
Miya yang baru saja mengungkapkan isi hatinya berdiri dan kabur dari kelas. Arji melihat adegan itu dan kabur mengejarnya.
"MIya! Ini belum istirahat loh! Kita masih berada di jam pergantian pelajaraan! Kenapa kamu lari?" teriak Arji.
Miya berhenti di tengah larinya dan membuat Arji dapat mendekatinya.
Miya mengeluarkan air mata dan berseru, "Arji... aku... aku melakukannya lagi. Aku keluar batas. Aku bahkan menegur... menegur... teman sebangkuku. Apa yang terjadi padaku?"
Arji tidak bisa membalas hanya bisa menenangkannya dengan menghelus rambutnya.
Guru yang akan mengajar kelas Arji dan Miya pun berjalan menuju kelas mereka. Dia menatap mereka berdua di lorong menuju kelas, "Anermia? Kenapa dia menangis, Armando? Kalian lagi bertengkar?"
Arji menjawab, "Ah, Pak Rizky. Maaf pak, Miya lagi ada masalah dan saya mencoba menenangkannya. Nanti saya akan balik ke kelas lagi. Maaf ya pak."
Pak Rizky pun mejawab, "Baiklah Armando. Bapak tidak akan mengganggu, tapi jangan berlebihan ya. Kalian masih ada dikelas bapak. Kalau kalian nggak balik lagi, absen kalian bapak kasih nihil."
Arji berseru, "Ya, pak. Tentu saja."
Pak Rizky pun berjalan menuju kelas sebelas MIPA A. Setelah Pak Rizky menjauh Miya berseru, "Arji... kita bolos yuk."
Arji terkejut dan berseru, "Bolos? Lu mau nggak naik kelas?"
Miya merespon, "Hari ini aja...", lalu menatap dengan tatapannya yang mengkilau. Arji melihat dan langsung berputar badan, Miya menlajutkan kalimatnya, "... Please! This one time."
Arji menjawab, "Miya, kita tidak boleh..."
Sebelum menyelesaikan kalimatnya, Miya memeluk Arji dan berseru dengan suara sedih, "Aku lagi nggak mood kelas."
Arji sangat tidak suka dengan hal ini, tetapi dia tetap melakukan yang terbaik untuk pacarnya, "Iya, iyaa. Kita bolos."
Sebelum mereka berdua melakukan sesuatu, Arji mengklik sesuatu di sakunya.
Miya berdiri, menarik Arji dan berseru, "Yeay, makasih, Arji."
Arji dengan muka datar berseru, "Hmm, no problem."
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Sementara itu dikelas Luna.
"Jadi bagaimana? Kita mau lakuin apa buat kelas kita nanti festival?" Seru seorang siswi berbincang dengan temannya.
"Oh, oh. Kita buat booth aja, disini kan anak cowonya banyak yang klub musik. Bagaimana kalau kita adakan musik-musik kekorean gitu-gitu."
Lalu ada lelaki berseru, "Denied. Kita nggak mau."
Beberapa siswi di kelas kecewa.
"Laaah kok gitu sih, Kevin. Kita kan bisa menangin kompetisi event kelas yang paling menarik."
Kevin menjawab sambil memberikan tangannya, "Wani piro?"
"Iiiih, Kevin! Kok kamu gitu sih!"
"Heh, Katrine. Denger ye, gua gini-gini belajar musik bukan buat pamer. Gua punya alasan sendiri."
"Apa?" Katrine berseru dengan muka meledek.
"Heh! Songong ya lu ya. Alesan gua privasi lah. Gua tampol baru tau rasa lu."
Dari kejauhan, Luna dan Linda mendengarkan percakapan tersebut.
"Enak ya, Lun. Kamu udah punya pacar, pasti nanti udah nggak ada waktu buat peduliin event kelas."
"Huh? Kok gitu? Maksudmu apa?"
"Kalian memang nggak ada buat event sendiri buat klub kalian."
"Oh, itu. Bimo bilang nggak usah karena klub kami tertutup. Nggak ada niat buat nambah member."
Linda memukul meja Luna, "Uwwwwwaaa, itu lebih sakit lagi... KAMU PUNYA WAKTU SENDIRIAN SAMA PACAR KAMU", membuat Luna kaget.
Lalu dengan kesal, Luna menatap Linda dengan muka datar, "Aerlinda Presiska!"
Linda menatap Luna ketakutan, "Uwaaa, maap emak. Maap!"
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Di kelas Ruko.
"Ki! Kamu nanti pas festival mau ngapain?" seru Ruko dengan Kiky.
Kiky terkejut dengan pertanyaannya Ruko dan berseru, "Hah? Hmm... Nggak tau deh. Paling jalan-jalan bareng pacar aku."
"Cowo-cowo disini, pada gila ya. Padahal masih Agustus, bulan kedua masuk sekolah udah mau ngebuat rumah hantu."
"Eeeh... Mereka udah ada rencana sendiri?"
"Hmm... kamu nggak nyimak?
"Mereka mau ngapain?"
Ruko menujuk ke arah siswa yang sedang berdiri di tengah kelas, "Itu si Udinto Sajarama, ketua kelas kita, mau bikin yang...", Ruko membersihkan tenggorokannya lalu berseru dengan cara memimikan suara Udin, "OuT oF ThE BoX!" sambil menggayakan isyrat tanda kutip dengan kedua tangannya.
Kiky tertawa dan berseru, "Hey, mereka kan belum ada pacar kaya kita. Biarin aja lah mereka seneng-seneng."
Ruko menentang pemikiran Kiky, "Kamu kira karena kita punya pacar, kita dibebasin dari bantu-membantu pembuatan rumah hantu di kelas ini?"
Kiky menjawab dengan muka kecewa, "Ehh? Kita nggak bisa kabur ya."
Ruko berseru ngeledek, "Jangan harap pahlawan kamu bisa nyelamatin kamu, Ki."
Please log in to leave a comment.