Chapter 26:
The Triple Date
"BIIIMOOOO!!" Teriak salah satu siswi yang berada di kelas sebelas IPS A.
"Aduh Chika, kenapa harus teriak sih?" Seru Bimo yang duduk tepat didepan Chika.
"Kenapa kita harus lakuin ini buat festival? Kamu gila ya?" seru Chika sambil menampilkan kertas yang Bimo sebar untuk seluruh kelas.
"Sebagai ketua kelas dan anak osis, aku ada hak menentukan event kelas. Kalau kalian ada saran, silahkan kasih tahu. Kamu nggak perlu teriak-teriak."
Lalu siswi yang duduk sebelah kanan Bimo berseru, "Ya udah kalau gitu. Kita ganti event kita, cewe-cewe sini mana mau cosplay jadi pelayan kelinci. Kamu gila ya."
Bimo membetulkan kacamatanya dan berseru, "Kalau begitu, yang pakai pakaian itu para laki-laki saja."
Terkejut pada komentar Bimo, siswa yang duduk di sebelah kiri Bimo berdiri dan menghantam mejanya. Ia berkomentar, "Eh, lu beneran gila ya, Bim. Apa maksudnya tadi?"
Bimo bergeming dan angin sepoi bertiup di kelas IPS A. Bimo pun berseru, "Kalian nggak mau kelas kita menang? Maid kafe kaya gini kan lagi nge-trend di Jepang, bahkan di Indonesia juga."
Semuanya melihat Bimo dengan muka jijik, tapi mood mereka berganti cepat saat Bimo berkata, "Walau aku nggak ngerti kenapa?"
Lalu seorang siswa beranjak dari mejanya untuk berhadapan dengan Bimo. Ia berseru dengan suara lantang, "Lu itu ketua kelas atau badut kelas sih? Aneh banget sih lu."
Bimo melihat siswa itu dan berseru, "Oh, Kiel. Maaf ya. Saranmu untuk membuat maid kafe tidak tercapai. Kita harus mencari event lain."
Kiel langsung menciut dan berjalan balik ke bangkunya dengan cepat. Sesampainya di tempat duduknya, semua murid di kelas IPS A menatapnya. Teman sebangkunya yang berada di sebalah kirinya bertanya, "Bro, lu mencoba bikin kewibuan lu keluar habitat ya."
Kiel berseru, "Enggak bro. Gua cuman... pengen jadi keren mengkritik Bimo, tapi Bimo malah blak-blakan."
Dengan muka datar, temannya berseru, "Bo'ong lu ya."
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Sementara itu di kelas Joko.
"Yo, Jo. Kita udah nentuin event kelas. Lu siap nggak jadi bintang utamanya?" seru salah satu siswa dikelas itu.
Joko yang melamun terbangun dari lamunannya dan bertanya, "Jadi apa?"
Temannya berseru kembali, "Lu jadi pemain utama. Kita mau bikin game center gitu disini."
Joko dengan mata berkelip, berseru, "Kita mau buat game center? Game console apa?"
Temannya mengecewakan Joko dengan berseru, "Ehh, maaf, bro, bukan game console, tapi game buatan dari kardus dan plastik."
Mendengar itu, Joko tidak kecewa, melainkan tersenyum lebar dan dia pun berkata, "Baiklah aku siap, apa pun yang kalian mau buat."
"Perfect. Kita tinggal cari cewe yang perfect buat kamu", temannya berseru dengan santai.
"Eh? Kulin... Cewe?" Joko terkejut dari apa yang diserukan oleh Kulin.
"Iya, kita perlu pasangan untukmu", sekali lagi Kulin berseru dengan santainya.
"Breh, aku udah punya pacar loh", seru Joko sambil memegang bahu Kulin.
Otak Kulin berhenti bekerja untuk sesaat, lalu ia tersadar kalau ia membuat kesalahan, "Oh astaga, kamu yang lagi dirumorin pacaran sama tiga cewe lain ya?"
Joko memandang Kulin dengan wajah kebingungan, "Ehh... kamu kemana aja, Lin? Apa jangan-jangan kamu nggak sadar kalau salah satu dari tiga cowo yang dirumorin itu aku."
Kulin membalas Joko, "Enggak sih bro. Aku nggak peduli aja."
Joko berseru dipikirannya, Huh? Kulin ternyata orang yang nggak pedulian, ya. Ah, aku lega.
Lalu Kulin berseru, "Jadi Anermia tuh orangnya bagaimana?"
"Huh?"
"Anermia. Si ABC kecap manis. Dia gimana anaknya? Dia cewe tercantik sepangkatan, aku sedikit penasaran dengan cewe itu. Sifat saat tidak banyak murid disekitarnya gitu loh."
Joko berubah pikiran, Never mind, dia ternyata memang nggak tahu aja tiga cowo yang jadi pacar tiga cewe dari rumor itu.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Lalu akhirnya di kelas Terry.
"TERRY! Gua mau lu untuk nggak jadi beban buat event tujuh-belasan nanti. Rekaman tuh, rekam yang standard-standard aja. Kalau gua sampe harus tegur lu lagi, awas lu ya. Sebagai ketua kelas, gua nggak bakal diem aja", seru Tania setelah guru pelajaran pertama keluar dari kelas.
Tania berseru begitu langsung ke Terry karena mereka berdua duduk bersampingan. Terry pun terkejut dan berseru, "Ih napa sih? Namanya kan juga jurnalis. Kamu emang nggak liat apa ya sebagaimana percaya dirinya reporter di TV itu? Mereka itu selalu ngeliput apa aja dari sudut mana aja."
Tania menatap tanjam Terry dengan kacamatanya yang berkilau, memantulkan sinar matahari dari jendela kelas. Terry menutup matanya karena takut kena amuk dan karena sinar matahari yang terpantulkan kacamata Tania.
Tania berseru, "Ok... Tapi lu bakal jadi bintang utama event tujuh-belasan kelas kita."
Mendengar itu semua murid dikelas langsung berseru, "HUUUUUUH?"
Seluruh siswa langsung tidak berhenti berbincang, bertanya kepada Tania.
"Weh Tan, gile ya. Mana ada yang nerima Terry jadi bintang utama!"
"Jangan, Tania. Kita bakal kalah kalau Terry jadi bintang utama."
"Nggak terima. Kita nggak terima kalau Terry jadi bintang utama."
Keributan mengerumungi kelas sebelas IPS C, tetapi saat Tania mengangkat tangannya sepantaran kepalanya dan menutupnya dengan kencang. Aura sekitarnya keluar membentuk gelombang yang membuat semua orang merinding dan berhenti berbicara.
"Kalian nggak mau gua ngamuk", seru Tania dengan aura yang sangat menyeramkan. Semua murid di dalam kelas langsung terintimidasi akan keseraman Tania.
Sedangkan Terry merasa biasa-biasa saja, bahkan berseru, "Tan... kamu serius mau jadiin aku bintang utama? Semua temen kelas kita pada nggak setuju tuh."
Tania mendekati Terry dan menghantam mejanya, lalu ia berkata, "Lu kira lu ngomong sama siapa? Sejak kapan gua bohong?"
Semua murid dikelas menatap Terry dengan kesal, disaat yang bersamaan, Terry menatap teman-teman sekelasnya dengan muka yang sangat kecewa.
Tania kembali ke tempat duduknya dan berseru kepada seluruh kelas, "Kalian tentukan temanya saja... kalau Terry... biar gua yang urus dia."
Dalam pikiran setiap laki-laki di kelas, Anjing lu, Terry. Kok malah dia yang dapet perhatian Tania. Kenapa bukan gua?
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Jam pelajaran kedua. Guru matematika, Pak Rizky sedang mengajar di kelas MIPA A, tetapi Miya dan Arji sedang absen.
Mereka berdua berjalan-jalan mengelilingi gedung sekolah tidak bertukar kata sedikit pun hingga sampai di klub mereka. Miya melihat kedalam dari jendela tembok ruangan itu.
Miya berseru, "Aku masih nggak nyaka kalau kita bakal membentuk klub ini", lalu menatap Arji.
MIya mengubah wajahnya dari ceria jadi bingung saat melihat Arji yang menatap ke atas dari jendela tersebut. Miya mengikuti arahannya dan bertanya, "Kamu kenapa ngeliat ke atas?"
Arji menjawab, "Gua baru sadar, kalau klub kita masih terbuka. Kita harus pasang gorden agar orang lain nggak ngeliat isi ruangan klub kita."
Miya berseru sembil tersenyum, "Ehh... bener juga ya."
Arji berseru, "Miya... Gua boleh nanya nggak?" sambil berpegangan jendela, menatap kedalam.
Miya menatap Arji dengan bergairah dan menyahut, "Iya?"
Arji tetap menyandarkan tangannya di jendela dan memutarkan kepalanya untuk berhadapan dengan Miya. Ia bertanya, "El... Kamu... Kenapa kamu bersaran kita jadi pacar saat waktu itu?"
Miya membuka matanya dengan lebar dan tersanjung akan pengataran pertanyaan yang Arji tanyakan dengan gaya penyampaiannya.
Miya memegang dadanya yang berdebar dan berusaha menjawab, "A... aku... aku..."
Arji mendekatinya dan menepuk kepala Miya. Ia berseru, "Kalo belum siap jawab, nggak apa-apa kok. Aku bisa tunggu."
Hati Miya berdebar lebih keras dan dia pun berseru, "Ini... ini hal sangat memalukan. Tetapi... Aku sebenarnya tidak mau jadi pacarmu..."
Arji terkejut dan melepaskan tangannya dari kepala Miya. Miya pun melanjutkan kalimatnya, "Aku nggak pernah mau jadi pacar Bimo ataupun Joko, tapi... hatiku sudah terlajur berseru dan aku kecepolsan berseru gitu. Aku berusaha meluruskan masalah dengan Luna, tetapi... aku... takut."
Arji masih tidak mengerti apa yang dibicarakan Miya. Miya melanjutkan kalimatnya, "Dari awal aku pikir... kalian tidak akan menerima kami, tetapi saat waktu itu kamu menahanku pulang dan bertanya jika aku bisa membawa Luna ke kelas Joko. Aku merasa terpojok. Lalu saat Joko bertukar pendapat dengan Luna tentang rumor itu... aku... merasa semakin terpojok... lalu... aku berusaha untuk minta maaf... Luna sudah terjerumus dan menerima kenyataan... dan aku pun... sudah... tidak bisa berseru lagi... aku... tidak bisa menolak lagi."
Arji menatap ke lantai dan berusaha untuk menenangkan dirinya. Dia menutup mata dan menghirup nafas dalam-dalam. Miya terkejut dengan tarikan nafasnya, "Uwaaa, kamu... nggak apa-apa Arji?"
Arji menjawab... tetapi jawabannya buka untuk pertanyaan yang terakhir, tetapi ia menjawab untuk curhatan Miya yang tadi, "Miya, gua minta maaf buat kelakuan gua yang waktu itu...", lalu dia menghadapkan badannya dengan Miya dan memegang kedua pundaknya dan berseru dengan tegas, "... untuk membalas perbuatan salah gua. Gua akan berusaha penuh untuk membuat lu bahagia sebagai pacar gua. Gua akan pastiin itu. Nggak cuman lu doang, gua bakal membuat kalian bertiga, lu, Luna, sama Ruko, menjadi bahagia seumur hidup kalian."
Miya terpesona akan Arji, lalu Arji melanjukan kalimatnya, "Terima kasih, Miya. Udah mau jujur sama gua. Gua harap lu nggak nyalahin semuanya sama diri lu sendiri. Joko udah kasih tau gua sama Bimo kalau lu nyalahin semuanya yang terjadi sama diri lu sendiri. Itu salah! Kita semua yang salah, jadi jangan banyak pikiran kalau lu yang cuman berada di situasi ini. Kita BERENEM yang ada di situasi ini. Oke."
Miya tidak bisa berseru dan hanya dapat menganggukan kepalanya menyatakan pernerimaan.
Arji pun memegang tangan Miya dan berseru, "Nah sekarang...", mood yang sekarang itu terasa sangat romantis tetapi..., "Ayo balik! Gua nggak mau nggak naik kelas", mood-nya pun berubah setelah Arji menyerukan itu. Walau moodnya berubah, Miya dan Arji tetap tertawa dan gembira karena mereka menikmati bolos kelas mereka bersama.
Knowledge unlocked:
Tania's Skill: The Aura of Those Who Rule (Aura Sang Penguasa)
Skill ini seharusnya dimiliki oleh semua orang yang berkuasa seperti ketua kelas. Namun, dari antara semua yang memiliki role sebagai ketua, hanya beberapa yang dapat menggunakannya dengan sempurna. Orang-orang tersebutlah yang dapat membuat semua orang selain dirinya merasa takut, tunduk, bahkan pingsan.
NEW Quest/Goal:
Main: Having Fun
- Get a new room for the club. ✓
- Keep Luna Safe ✓
- Make the girls happy (NEW)
Side: [Redacted]
Affection:
Arji to Miya: ↟ 30
Please sign in to leave a comment.