Chapter 28:

Minggu pertama sebelum Hari Kemerdekaan (Bagian 1)

The Triple Date


Hari Selasa, tanggal 30 Juli 2013.
"Jaaadiiiii... Kita ber-enam ngumpul pagi-pagi ngapain? Dan kenapa kita ngumpulnya didepan gedung gini dah?" tanya Ruko kepada Bimo.
"Aku ingin tahu jadwal kita semua. Aku sudah sempat menonton sedikit dari video Terry kemarin. Aku sudah tahu sebelas IPS C mau ngapain...", Bimo berseru. Dia membetulkan kacamatanya dengan jari telunjuknya dan menatap ke lima yang lain, "... dan sekarang giliran kelas kalian."

Miya, Luna, dan Ruko merasa merinding. Joko pun berseru, "Bro, bisa nggak sih nggak kaya orang serem gitu? Kaya penguntit, tau nggak?"
Arji pun melanjutkan, "Iya. Lu nggak kasian apa ya, sama tiga cewe ini."
Luna mendekati Bimo dan menjewernya, "Kamu jangan berekspresi gitu-gitu...", Luna berhenti berseru.
"Adaw, adaw, adaw. Luna sakit", Arji dan Joko hanya bisa memalingkan muka disaat Bimo kesakitan.
Lalu Luna pun berseru kembali, "... atau nggak aku smackdown kamu."

Luna melepaskan jewerannya dan kembali ke tempatnya berdiri.
Bimo mengusap telinganya dan berseru, "Iya, iya maaf."
Setelah itu, mereka semua bertukar informasi dan saling bercakap satu sama lain.

"Huh? Kamu jadi bintang utama sama Rosa?" Tanya Luna kepada Joko.
"Mereka menunjuk Rosa karena kita berdua punya nama akhir yang hampir sama. Hehe" seru Joko sambil mengusap leher belakangnya.
"Luna, kamu ikutan berkostum nggak?" tanya Ruko.
"Nggak, nggak akan pernah aku mau jadi yang kayak gituan. Aku nggak percaya ngomong begini, tapi mendingan aku nge-date sama Arji daripada jadi karakter serem."

Arji terkejut dengan pernyataan Luna, ia pun tersenyum cekikikan. Luna mendengar itu dan menunjuk ke arah Arji, "Jangan seneng dulu, bodoh."
Bimo pun mencelah, "Jadi kelihatannya yang bebas kemana saja saat event itu, aku, Luna dan Ruko. Kalau begitu, kalian berdua bisa bantu aku patroli."
Ruko dan Luna menatap Bimo dengan muka yang malu. Bimo berseru, "Kalian nggak mau? Nggak apa-apa sih, aku selalu melakukan pekerjaan seperti ini sendirian juga."

Joko melihat Bimo dengan wajah kecewa, lalu melihat ke arah Arji yang mukanya juga terlihat kecewa. Sementara Miya dengan enggannya berseru, "Ehh, kamu gila juga ya, Bimo. Ngajak Luna dan Ruko nge-date bertiga dengan santainya."
Bimo menatap Miya dan berseru dengan tegas, "Nge-date? Darimana? Ini tugas penting, Miy. Nggak bisa aku nggak fokus..." Bimo berputar balik menatap kebelakangnya, lalu melanjutkan, "... sebagai Anggota Osis. Ini adalah tugas yang sangat diperlukan. Bahkan semua anggota osis akan sama sepertiku, berpatroli untuk memastikan semua event berjalan dengan lancar."

Miya, Luna, dan Ruko menampilkan wajah yang lelah mendengarkan Bimo yang menggunakan skillnya. Ruko meneggakkan badan dan berjalan mendekati Bimo.
"Ruko, apa yang..." Arji ingin mendekati Ruko dan menghentikannya, namun...
"Shh..." diberhentikan terlebih dahulu oleh Luna yang sambil mengisyaratkan untuk tidak berseru apa-apa.

"... Maka dari itu aku sarankan... ahh. Ruko apa yang..."
"Ahh, Bimo kamu itu selalu aja berseru tong kosong. Kalau kita berenam berkumpul jelasinnya singkat, padat saja. Kasian Miya dan Luna", seru Ruko yang sambil merangkul Bimo dengan suaranya yang berat.
Arji dan Joko penasaran akan apa yang sedang terjadi. Ruko pun melepaskan rakulannya dan berjalan kembali ke tempatnya berdiri sambil tersenyum.

Bimo terdiam sejenak, lalu ia pun kembali menatap temannya dan berseru, "Ya, intinya aku akan terbantu banget kalau Luna dan Ruko bantuin. Ini semua bukan date."
Arji dan Joko terkejut dengan pejelasan Bimo yang hanya dua kalimat.
Mereka berdua pun menatap Ruko dengan mata yang terbuka lebar, Ruko menatap mereka balik sambil menaruh tangan kirinya ke belakang kepalanya, tangan kanannya membentuk pistol mengarah ke mereka, dan menutup mata kirinya, tersenyum.

"Ba.. barusan..." Arji berusaha berseru, namun Luna mecelahnya sekali lagi.
"Kebiasaan Ruko. Dah nggak usah panjang lebar."

Setelah itu, mereka berjalan ke kegiatan mereka masing masing. Sampai akhirnya waktu istirahat pun tiba.
"Arji!" seru seorang siswi dari kelas Arji.
"Iya, iya. Velina. Gua sama Miya bakal minta-mintain hari ini. Santai", seru Arji sambil mengangkat tangan mengisyaratkan berhenti.

"Good! Anermia, kamu..."
Sebelum Velina menyelesaikan kalimatnya, Miya menyelanya sambil memberi hormat, "Siap, ketua kelas! Aku nggak bakal membuatmu kecewa!"
Velina menghela nafas lalu berseru, "Ya sudah, sana kalian cari. Jangan bermesra-mesraan kalian ya. Aku tau kalian pacaran, tapi kalau itu yang membuat kalian nggak melakukan hukuman bolos kalian, aku nggak akan diam diri."

Setelah menyatakan perintahnya, Velina berjalan menjauhi Arji dan Miya. Miya berseru, "Kemarin kita nggak mendapatkan hasil karya siapa-siapa. Kamu kenal siapa lagi, Arji."
Arji membuang muka dan mengaruk dagunya denga tangan kanannya, "Gua juga bingung sebenernya. Gua tanya Sijay dulu deh."
Miya terkejut, "Eh? Dia udah normal? Eh, maksudnya dia udah balik jadi Christoper yang lama lagi."

"Nggak tau deh, gua juga pengen memastikan", Arji membuka hapenya dan mencoba untuk mengontak Sijay yang dua hari tidak masuk tanpa alasan.
Arji menunggu respon tetapi tidak dibalas. Ia mengulangnya beberapa kali, tetapi tetap tidak dibalas.
"Ah, si kampret ini tidak ingin menjawab. Miy, lu ada kontaknya nggak?"
Miya menggelengkan kepalanya dan berseru, "Nggak. Aku nggak pernah berbincang dengan Christoper jadi aku tidak memiliki nomornya."

Arji berdiam diri dan melihat ke langit ruangan. Dia berpikir, coba tanya-tanya kelas sebelas lain dulu kali ya, sebelum nyari ke kakak kelas.
Lalu ia berdiri dan berhadapan dengan Miya, "Kita jalan-jalan ke kelas sebelas dulu deh. Seharusnya kita bisa temukan beberapa hari ini."
Miya mengubah cemberutnya menjadi senyuman manis dengan cepat, "Ah, ok. Ayo kita ke kelas yang lain."

Beberapa menit berikutnya, Arji dan Miya berkeliling menanyakan teman-teman sepangkatnya yang mengikuti ekskur atau klub tentang kegiatan mereka yang memungkinkan pernah menghasilkan penghargaan. Selama jam istirahat pun mereka secara penuh berkeliling untuk mengumpulkan data dan hasil data tersebut mengahsilkan, "Yeeeees, kita dapet dua penghargaan yang bisa dipajang!", seru Miya.

"Weh, gila. Ternyata lu bener juga ya, Miya. Susah juga nyarinya."
Miya menatap Arji dengan aura kesal, "Makanya kalo dibilangin itu jangan anggap enteng. Ego kamu seberapa tinggi sih. Kamu kira kita punya murid berpenghargaan di sekolah ini tuh ada berapa?"
Arji menyatakan salah, "Iya, iya. Sorry. Selanjutnya kita ke SMK."
Miya berseru keras, "Tunggu! Kita udah berkeliling selama empat puluh menit. Kita nggak makan dulu."
Arji dengan muka yang tersinggung menyatakan, "Huh? Sosis panggang keju tadi kemana? Roti ham mentega juga menghilang kemana? Kita berdua beli dan makan bareng-bareng loh? Masih belum kenyang?"

Miya dengan secepat kilat menyentuh hidung Arji dengan telunjuk tanga kirinya, "Kamu nggak tau yah? Kalo belom makan nasi itu berarti belum makan siang. Terus kalo nggak makan teratur bisa bikin dietku berantakan."
"Ehhh? Gitu ya", seru Arji dengan muka yang tidak serius.
"Plus bukannya kamu yang sarannin kemaren kalau jangan ngabisin energi banyak-banyak. Bukannya ini juga termasuk?"

Arji membuang muka dan berpikir, Me and my big mouth.
Arji menatap kembali Miya dan berseru, "Yowes lah. Kita nanti laporan sama Velina setelah makan. Ayo makan."
"Ah. Hore! Ayo!" Miya dengan senang menarik Arji dan berlari.
"Uwoo, Miya? Miya! Pelan-pelan, Miya!" teriak Arji yang berusaha menyeimbangi kecepatan Miya berlari.

NEW Quest/Goal:
Main: Having Fun
           - Get a new room for the club. ✓
           - Keep Luna Safe
           - Make the girls happy

           Independence Day Quest
           - Finish Preparation for Independence Day (NEW)
Side: [Redacted]

MyAnimeList iconMyAnimeList icon