Chapter 29:
The Triple Date
Hari Selasa, tanggal 30 Juli 2013.
"Sebentar, sebentar. Jadi kemarin tuh udah masuk channel kamu?" Tanya Tania kepada Terry pada pagi hari sebelum mulai pelajaran dikelas mereka.
"Lah, kamu yang bilang sendiri kan, kita buat live. Memang salah", seru Terry dengan muka bingung.
Tania mencubit bagian atas hidungnya dengan tangan kanannya dan menaruh tangan kirinya dipinggangnya. Ia menghela nafas dan berseru, "Haaah, ya sudah. Yang itu rekaman live. Nanti jadiin format video dulu. Kita tuh buatnya video, Terry. Nanti kita buat seolah olah seperti sedang live."
Terry berpikir keras sambil menyilangkan tangannya dan berseru, "Hmm, kalau gitu memang bisa sesuai ya dengan waktu kita presentasiin?"
Tania dengan muka kesal berseru, "Kemaren kita rapat telinga lu terbang kemana sih?"
Lalu murid permpuan lain mendatangi mereka berdua, berseru, "Kamu rekaman aja sama Tania, Terry. Kita udah siap ngedit kok", dan memberikan tanda jempol dengan kedua tangannya.
Tania membetulkan kacamatanya dan berseru, "Katty, udah jelasin secara simpel...", lalu ia menatap Terry dengan tajam, "... masih nggek paham juga, huh?"
Terry bertanya pada Katty, "Ehh, Katrine Yunoa kan, ya? Kamu tau video editing software?"
Katty berseru, "Oh, sudah kubilang kan. Santai aja, aku juga ngedit nggak sendiri kok."
Lalu datang lagi lah siswi yang lain, "Masih nggak paham juga, Mesum?"
Terry terkejut dengan pernyataan tersebut, "Hah? Mesum? Aku?"
"Lu masih nyalahin setting "Name Detection" di aplikasi Mituyu lu kan? Matiin juga itu! Kita berempat yang ngedit bakal susah sensor nama-nama yang tampil nanti."
Terry menyahut, "Gloria Keyshia... kan ya?" sambil mengarahkan hapenya ke muka Keke. "Sorry, ya, tapi aku belom bisa ganti settingnya. Aku perlu seribu supporter buat unlock fitur itu. Sekarang ini aku masih tujuh ratus empat belas supporter."
Ketiga perempuan yang mendengar itu terkejut.
Gloria berseru dengan patah-patah, "Waa... whaaa... What? Fitur macam apa itu? Masa harus banyak supporter dulu baru bisa dimatiin."
Terry mendekatkan hapenya kembali. Ia menjawab sambil membaca, "Tau nih. Tulisannya sih bilang, "Semakin banyak supporter sudah pasti ada rasa keamanan akan terganggu, maka dari itu fitur ini akan diperkenankan saat kamu mencapai angka supporter tertentu", gitu".
Ketiga perempuan itu menatap Terry dengan wajah kesal. Tania pun berseru, "Ter, mending rekam pake aplikasi kamera biasa. Kenapa perlu rekaman di aplikasi itu?"
Terry menggaruk bagian belakang kepalanya dan menjawab, "Ehh, aku pengen nambah supporter biar channel bisa dimonetisasi. Jadi..."
Tania memberhentikan seruan Terry dengan tatapan amuknya, "Terry!"
Tetapi seperti biasanya Terry tidak bereaksi atau ketakutan, ia justru mebalas, "Apa sih? Aku bisa dapet duit. Duit cuy! Kamu nggak...", sebelum menyelesaikan kalimatnya Tania menjewer telinga Terry, "Aahhh, aduh, aduh! Tania!"
Dua perempuan lainnya hanya bisa menyaksikan Terry dan Tania bertengkar. Katty pun berseru kepada Gloria, "Cuy. Mereka ini kenapa sih?"
Gloria pun menjawab, "Mana gua tau. Mereka udah kaya suami istri aja dah."
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
"Kita ke lantai lima buat hari ini!" seru Tania kepada Terry.
"Huh? Ruang-ruang ekskur? Kirain kita ngambil rekaman itu nanti, di hari terakhir-akhir."
"Justru kita ambil hari ini sebelum ada orang lain yang ngambil kesempatan kita untuk ngambil rekaman. Ayo!"
Sesampainya di lantai lima, Tania melemparkan roti mentega keju, "Buat makan siang. Nanti sebelum pulang kita harus lanjut lagi."
Menerima roti tersebut, Terry berseru, "Huh? Aku kira kamu beli tadi itu buat kamu sendiri. Aku nggak bakal kenyang cuman makan ini doang."
Tania langsung membalas tanpa menunggu kalimat Terry selesai, "Santai, sebagai ketua kelas aku selalu prioritaskan temanku yang lain dulu. Jadi tahan dulu pake itu. Nanti pas sebelum pulang kita makan bareng, lalu lanjut lagi."
Terry berpikir, Kita... nge-date? Dia santai banget dah.
"Woi, ayo!" Teriak Tania yang sudah berada didepan salah satu ruangan di lantai lima itu.
"Eh? Ah iya, iya", Terry pun terbangun dari lamunnya.
"Kita rekam ini dulu. Udah siap belum?"
"Sabar napa ya? Aku baru aja nyampe."
"Berjalan cepet, Ter. Kita dikejar waktu", seru Tania sambil tepuk tangannya beberapa kali.
"Aku jarang-jarang diginiin, Tan. Sabar! Aku ini nggak bisa kayak kamu yang anak kesayangan guru. Disiplin, gercep, dan...", seru Terry yang sedang menyiapkan alat rekamnya.
Di sisi lain, Tania mengeluarkan auranya saat mendengar, "Anak... kesayangan... guru...?"
Tanpa melihat langsung Tania, Terry menjawab, "Iya kan? Kamu deket banget sama Pak Jusuf sama Bu Ginang. Udah gitu apa-apa kamu melulu yang disuruh."
Sebelum marah, Tania menahannya saat mendengar apa yang Terry katakan, "Huh?"
Terry menatap Tania, "Kamu nggak berasa jadi anak kesayangan guru? Mereka minta kamu terus karena kamu ketua kelas, kan? Mana pernah kasih... siapa tuh? Wakil ketua?"
"Beni", jawab Tania.
"Nah dia! Mana ada pernah Beni di panggil buat bantu-bantu."
Tania menaruh tangan kanannya didagunya dan tangan kirinya menahan tangan kanannya, Iya kah? Masa sih?
Terry berterus terang, "Kata aku sih, tanya yang lain aja dah. Kamu dipandang kaya gimana?"
Tania berbalik badan dan melamuni pernyataan Terry, Nggak mungkin ah. Masa iya guru-guru gunain gua kayak gitu. Bukannya itu namanya...
Lamunan Tania terhentikan oleh Terry yang berseru, "Udah siap belum?"
Tania terkejut dan menatap Terry. Terry berseru lagi, "Siang-siang udah ngigok aja kamu. Ayolah, katanya pengen buru-buru."
Tania memperbaiki kacamatanya dengan telunjuknya untuk menyembunyikan kemaluannya. Ia membersihkan tenggorokannya dan berseru, "Hmm. Ayo!"
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Empat rekaman terselesaikan dalam empat puluh menit. Tania dan Terry membereskan peralatan yang digunakan. Terry menatap kedalam ruangan yang digunakan sebagai latar video terakhir dan berseru kepada Tania, "Tania!"
Tania yang sedang berjongkok, berputar untuk menatap Terry, "Iya. Kenapa?"
Terry berpendapat, "Mau gunain green screen nggak?"
Tania bingung dan bertanya, "Green... screen...?"
Terry menatap Tania, "Ah, kamu nggak tau apa itu ya?"
Tania berdiri dan menyilangkan tangannya, "Memang apaan itu?"
Terry melakukan syarat "kemari" untuk menarik perhatian Tania, "Sini deh, liat!"
Tania melihat kedalam ruangan yang ditunjuk oleh Terry, "Kain ijo?"
"Iya, tapi kegunaannya lebih dari kain biasa. Kamu bisa tanya Gloria, Katty, atau dua orang lainnya yang mau ngedit. Aku jamin kita bisa lebih cepet."
Tania menatap Terry dengan tajam, auranya pun keluar, "Kamu mau cari macem-macem lagi? Ini ruang klub seni! Mau nyuri kain mereka?"
Terry untuk ketiga kalinya tidak takut akan aura yang dipancarkan oleh Tania dan berseru, "Apaan sih? Kita tanya anggotanya lah. Masa kita ngambil paksa. Aku ini memang anak nakal, tapi aku ini tuh bukan kriminal."
Tania menenangkan auranya dan berseru, "Rekaman cewe olahraga?"
Terry terkejut dan berseru, "Eh. Tunggu dulu! Tujuanku rekam itu kan bukan buat itu! Cewe-cewenya aja yang nutupin pandangan buat pertandingan Armando dan Christoper. Kamu kira aku mesum? Aku punya akal sehat, Tan", lalu ia berpikir, kecuali buat kamu.
Tania tetap menatap Terry dengan tajam. Lalu dia berseru, "Bo'ong lu?"
Terry mulai kesal dengan perkataan itu dan dia pun berkata, "Apaan sih? Apa-apa yang aku ngomong nggak di percaya. Aku ini beneran bukan krimal, suwer dah", sambil memberi syair "peace".
Tania menghela nafas, "Ya sudahlah. Ayo kita udahan. Nanti telat masuk kelas."
Terry mengangkat barang-barangnya dan berseru, "Heh?! Weh, tunggu dulu! Ini belum beres semua ditinggal aja sih."
Tania berjalan menjauhi, "Beresin sendiri!"
"Aahhh, Tania, tunggu!"
Skill revealed:
Terry: Lover Mindset (Pola Pikir Bucin)
Ini bukanlah skill, ini hanyalah kekuatan cinta. Saat seseorang jatuh cinta, skill ini menahan semuanya. Aura marah, kesal, bahkan orang yang punya skill ini bisa manangkis skill lain yang dilontarkan kepadanya... kalau skill itu datang dari orang yang dicintainya.
Please log in to leave a comment.