Chapter 30:

Minggu pertama sebelum Hari Kemerdekaan (Bagian 3)

The Triple Date


Hari Selasa, tanggal 30 Juli 2013, setelah keenam karakter utama mengadakan rapat
"Jadi kelas kita berdua sama-sama ngadain kafe?" tanya Ruko.
"Yup, tapi tenang aja, kita kan beda tema. Nggak bakal kok kita nyontek-nyontek project kalian."
Ruko menatap Bimo sambil menaruh kedua tangannya di belakang kepalanya, "Kalian di kelas memang ada siapa aja yang masak?"
Bimo menatap balik Ruko, "Hm? Kamu mau aku..."
Sebelum Bimo berseru Ruko menutup mulutnya, "Sorry. Salah nanya."

Arji dan Miya melambaikan tangan sebelum ke kelas mereka, Luna dan Joko pun juga melambaikan tangan dan berjalan ke kelasnya masing-masing.
"Ruko, kamu nggak..."
Sebelum Bimo menyelesaikan kalimatnya, Ruko bertanya, "Hey... eh... Kamu nggak ngerasain apa-apa kan?" lalu Ruko berpikir, Aduh tolol lah Ruko. Kenapa tadi dengan entengnya kasih spell lagi ke dia? Ini udah yang kedua kali.
Bimo bingung dan bertanya, "Apa maksudmu?"
Ruko dengan grogi menjawab, "Eh, ah, itu", Ia tidak dapat menjawab dan berlari sambil melambikan tangannya, "Udah yah. Kita ketemuan lagi pas istirahat."
Bimo berteriak, "RUKO! Jangan lari-lari di lorong."

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

"Eh? Gantian?" tanya seorang siswi di kelas Ruko.
"Maaf ya, Rin. Aku nggak tau kalau aku ada rencana jalan-jalan sama keluarga", seru dari seorang siswi lainnya di kelas Ruko.
"Ahh, ya sudahlah. Tapi lain kali kamu traktir aku ya, Joan."
"YES!! Makasih ya, Ririn."

Dari kejauhan Ruko dan Kiky menatapi perbincangn Ririn dan Joan. Kiky pun berseru, "Ngerasa takut nggak kamu nanti ada yang mau gantian sama kamu?"
Ruko menjawab dengan tegas dan percaya diri, "Sorry, nih ya. Bimo udah minta bantuan. Kalau pun ada yang minta gantian, aku bisa menolak."
Kiky memutar mukanya dan menatap Ruko dengan wajah kesal, "Mentang-mentang Bimo osis nih ya. Nggak solid banget kamu, Ruk. Kemaren songong pula."
Ruko memberi senyum yang lebar dan mengeluarkan lidahnya.

"Ruko, Kiky. Kalian ada luang kan dua minggu ini?" seru seorang siswa yang tiba-tiba berada tepat depan Ruko dan Kiky.
"Kyaaa!" Ruko dan Kiky, berteriak terkejut.
"Gimana?"
Ruko marah dan berseru, "Heh, Udin. Kalo ada apa-apa tuh jangan nakutin napa. Kaget tau nggak!"
Kiky menambahkan, "Iya dah! Napa sih? Sampe segitunya?"
Udin menjawab, "Kalian berdua ekskur olahraga kan? Bisa tolong minta peralatan buat event kelas kita nggak?"

Ruko dan Kiky memandang satu sama lain. Ruko berseru, "Ya sudah, nanti aku tanya Pak Gentong."
Kiky menambahkan, "Aku juga bakal tanya Bu Merlin di gedung SMK."
Udin tersenyum dan memberi jempol, "Sip. Thank you, yah."
Ruko dan Kiky berseru secara spontan, "Yok, sama-sama."

Ruko menyatakan pertanyaan, "Kamu serius mau nanya Bu Merlin?"
Kiky menjawab, "Lah napa memangnya? Mamaku pasti bolehin lah."
Ruko berseru, "Enak ya, emaknya guru olahraga jadi nggak dapet pelanggaran ke gedung SMK pas istirahat."
Kiky tersenyum dengan gigi yang berkilaunya sambil menampilkan jempol tangan kanan.
Ruko berseru, "Tutup mulutmu! Silau tau."

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

"Loh? Bimo?" Ruko bertemu dengan Bimo di ruang olahraga pada jam istirahat.
"Eh, Ruko. Apa kabar?" Seru Bimo dengan santainya.
"Iiiyaaa, baik."
"Untuk menjawab pertanyaanmu, aku lagi ijin ngambil peralatan dan barang-barang yang perlu buat event kelasku."
Ruko membuang pandangan dan berpikir, Bener juga ya. Kita kan punya event yang serupa.

Sementara Bimo kesulitan mengangkat barang-barang, Ruko mengambil barang-barang yang ia perlukan dengan mudah.
Sebelum Ruko mengangkat semua barang-barang yang dia perlukan kembali ke kelasnya, ia merasa kasihan melihat Bimo yang berusaha terlalu keras hanya karena tidak dapat mengangkat beberapa barang.
Ruko pun menghela nafas, "Bim. Jangan sok gitu napa ya. Aku kan disini."
Bimo dengan percaya diri menyahut, "A... ku... bi... sa... sen... di... ri..."
Ruko dengan rawut wajah yang kesal, "Kenapa sih? Tinggal minta bantuan aja, susahnya minta ampun."

Ruko mengangkat barang-barang yang akan dipakai Bimo dan sekelasnya serta barang-barang yang ia dan sekelasnya pakai juga dengan mudah.
Bimo berseru sambil menarik nafas untuk mengembalikan energinya, "Hah... kok... bisa... sekuat... itu... kamu..."
Ruko dengan soknya berseru, "Mudah. O... lah... ra... ga...!"
Masih menghela nafasnya, Bimo berseru, "Wow... kamu... memangnya... olah raga apa aja... sampai sekuat... itu."
"Yang melatih otot tangan lah", seru Ruko sambil berjalan bersama Bimo menuju tangga lantai dasar gedung utama.

Dalam perjalanan menuju lantai tiga, Bimo berseru kepada Ruko, "Eh... Ruko."
"Hm?"
"Tadi aku berbincang dengan Joko. Aku ingin tahu."
Ruko membalikan badannya dengan panik dan menatap muka Bimo dengan melotot.
Bimo bertanya, "Kamu tadi pagi ngapain aku ya? Joko bilang aku jadi bukan seperti aku setelah kamu berisikin sesuatu. Aku bahkan nggak inget kapan kamu membisikan aku sesuatu."

Joko! Kamu ngapain kasih tau dia sih?
"Ruko?"
"Ahh. Ehh. Aku... aku jelasin nanti Sabtu!" Ruko punlari dengan barang-barangnya dan barang-barang Bimo.
"Ehhh? Ruko! Jangan lari-lari di tangga!"

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

"Eh? Perlukah aku bertanya kenapa mukamu merah begitu?" Tanya Kiky yang penasaran setelah jam istirahat berbunyi.
"Nggak! Nggak perlu", jawab Ruko yang duduk dengan muka yang merah dan mata yang berbentuk spiral.
"Hmm, ok, aku nggak nanya", Kiky berjalan menuju tempat duduknya yang berada di depan Ruko dan duduk dengan tenang.
Ruko menhantam meja, "Bimo tau kalau aku udah ngedaliin pemikirannya."
Kiky dengan muka moai berpikir, Malah langsung jawab, uey.
Kiky berputar badan untuk menghadap Ruko, "Bukannya yang kaya gitu kamu bilang nggak bakal pernah ketauan."
Ruko mengeluarkan air mata dan menaruh kepalanya ke meja, "Joko cepu cuy. Dia ngobrol sama Bimo."

Kiky melihat Ruko denga muka yang resah, "Kamu nggak jelasin aja? Mereka berdua kan udah jadi cowomu. Masa nggak mau jujur aja."
Ruko berseru, "Kalo gitu... Hobiku?"
Kiky menjawab dengan kilat, "Malah mikirin cowo lain. Gimana sih?"
Ruko kembali menjawab, "Kalo Bimo tau, aku takut apa yang dia bakal ngomong ke aku. Aku merasa bersalah. Eh..."
Kiky menatap Ruko dengan kebingungan, "Eh? Kenapa, "eh"?"
Dengan senyum licik, "Walau seru sih ngeliat dia bisaku manipulasi."
Kiky mejawab dengan kilat lagi, "Kamu itu serius dengan relasimu sama mereka nggak sih?"

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Setelah sekolah, Ruko menelpon Bimo untuk bertemu di kantin. Mereka pun bertemu dan berbincang di salah satu meja yang ada.
"Aku... langsung ke intinya aja deh ya", seru Ruko.
"Bahwa kamu memanipulasi otakku?" Tanya Bimo.
"Iy... a..."
"Tadi siang aku sempet nanya Luna. Dia bilang kamu suka ngegodain cowok ya?"
Heh?
"Nggak apa-apa kok, Ruko. Aku nggak bakal menghakimimu."
Huh?
"Justru aku mau kita saling memahami."
Hoh?
"Kalau aku bertindak, tidak sesuai dengan..."
Ruko berteriak dan mendorong Bimo, "Aaaaaaaaaaah!"

Di sisi lain kantin terdengar suara perempuan, "HEY BERISIK! Kenapa teriak teriak sih."
Bimo yang terjatuh dari bangku berdiri dan berusaha menenagkan Ruko, "Uwaa, aku salah ngomong apa, Ruko? Maaf, aku..."
"Bimo... Aku yang minta maaf", seru Ruko yang menaru kepalanya ke meja secara menyamping dengan mata yang berspiral lagi.
Bimo hanya bisa menatap Ruko dengan bingung dan tidak tahu harus berbuat apa.

Beberapa detik kemudian, perempuan yang tadi bersuara mendekati dengan laki-laki yang membawa alat-alat rekam.
Bimo menatap mereka dan berseru, "Oh, Tania, Terry. Maaf ya, kami... eh... anu... Jelasinnya gimana ya?"
Tania berseru, "Get a room, kalian. Kalau pengen ngobrol aneh-aneh jadi nggak kedengeran orang lain pas berteriak. Berisik tahu!"
Bimo tidak bisa menjawab pernyataan Tania. Tania pun melanjutkan seruannya, "Udahlah, ayo Terry! Kita ke lantai lima lagi masih banyak tugas nih."
"Ah, iya. Siap!" seru Terry dengan semangat.

"BImo..." seru Ruko yang masih menidurkan kepalanya, "Mau ikut aku sebentar, nggak? Aku teraktir makan deh. Aku perlu jelasin semuanya dulu."
Bimo tersenyum dan berseru, "Tentu saja Ruko."

MyAnimeList iconMyAnimeList icon