Chapter 31:

Minggu pertama sebelum Hari Kemerdekaan (Bagian 4)

The Triple Date


Hari Selasa, tanggal 30 Juli 2013, setelah keenam karakter utama mengadakan rapat
Sebelum berpisah ke kelas masing-masing, Joko menghentikan jalan Luna dengan memegang bahunya dan berseru kepada Luna, "Luna, jelasin yang tadi! Ruko ngapain?"
Luna yang bermuka lelah, berseru, "Huh? Anaknya masih didepan situ", dan menunjuk Ruko yang berjalan lebih depan dari semuanya, "Kenapa nggak nanya langsung ke dia."
Joko pun berseru, "Kamu kira aku nggak tau sikap dia gimana kalo aku tanyain? Jawab Luna!"

Luna mulai kesal dengan sikap Joko yang begitu persuasif. Luna medorong tangan Joko dari pundaknya, menyilangkan tangannya dan berseru, "Kamu biasanya yang paling rasional. Kenapa kamu..."
Sebelum selesai berbicara, Joko menyela, "Luna, serius! Bimo itu otaknya nggak stabil. Dia gampang stress. Kalau dimainin kaya gitu nanti nasibnya gimana?"
Luna terkejut dengan pernyataan Joko, ia pun menatap Bimo, "Dia... apa?"
Joko menatap Luna dengan semakin serius, "Jadi bagaimana Luna? Kamu bakal jelasin atau nggak? Ruko ngapain Bimo?"

Hati Luna berdebar-debar dan ia berpikir, Eughh Kenapa selalu begini sih kalau sama dia?
Luna pun berseru, "Ya sudah, aku jelasin nanti pas istirahat."
Sebelum Luna berjalan jauh, Joko berseru, "Luna...", Luna menengok ke belakangnya dan Joko melanjutkan seruannya, "... Terima kasih", Joko pun bersinar di kelopak mata Luna.
Disaat melihat Joko, hati Luna semakin berdebar-debar. Akal budinya pun menurun.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Saat dikelas Luna berusaha fokus, tetapi otaknya masih memikirkan Joko.
Luna... Terima Kasih.
Tanpa sadar, Luna pun berteriak ditengah jam pelajaran, "Wuaaaa, keluar dari kepalaku!"
Semua murid dikelasnya menatap dia, termasuk gurunya. Bu Helen melihat tingkah Luna dan berseru, "Sirluna! Apa yang kamu teriaki?"
Luna menjawab dengan malu, "Uaah. Maaf, Bu Helen. Aku nggak sengaja teriak."
Bu Helen kebingungan dan berseru, "Kamu lagi mikirin salah satu pacarmu ya?"
"Uaah. Saya... saya nggak mikirin apa-apa kok. Serius."
"Sirluna, mana ada di dunia ini yang nggak sengaja teriak, kecuali dirinya sedang mengigaui tentang pacarnya atau lagi stress."
Luna dengan muka kesal berpikir, Mateng aku.
Bu Helen pun berseru, "Sana ke toilet dulu, cuci muka!"

Luna pun berjalan keluar dari kelasnya. Lalu, di saat ia menutup ruang kelasnya, ia terjatuh duduk dengan kaki yang berbentuk M dan berseru, "Eeegh, kesel! Kenapa dia selalu bikin nyangkut dikepala sih?"
Tidak lama kemudian dia berdiri dan berjalan menuju toilet.

Sesampainya ditoilet, ia mencuci mukanya dan memandangi cermin, "Aku ini peringkat pertama di sekolah, bisa-bisanya jatuh hati sama cowo gamer kaya Joko? Kenapa bisa dia... Oh jangan-jangan..." Luna pun berjalan berputar-putar kamar mandi itu, "... Apa dia juga punya hal mistis seperti Ruko, Miya, dan Arji, Iya, mungkin gitu ya. Hmm."
Analisa Luna tersela saat mendengar suara perempuan lain yang berada di slot toilet, "Ehh, Sirluna, suaru kedengeran banget dari sini. Tolong dong jangan ngomong-ngomong sendiri. Ngeri aku."
Luna terkejut dan langsung berminta maaf, "Eh, ma... ma... maaf! Maaf ngeganggu kamu!"

Saat Luna keluar dari ruang toilet, ia melihat seorang siswa yang sedang berjalan, "Huh? Joko?"
Dia pun mendekatinya dan berteriak, "Joko!"
Siswa itu memutarkan kepalanya dan berseru, "Huh? Joko?"
Luna berhenti dan mematung, "Ekkkk"
"Oh, Sirluna. Maaf ya, aku bukan Garda. Namaku Bowo,"
Tanpa berseru apa-apa, Luna berjalan mundur. Saat Bowo tidak terlihat lagi ia berlari dan berpikir, AAAAHHHH MALUUU.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

"Pffft!" Joko berusaha tidak tertawa.
"Heh, jangan songong ketawa kamu!" Seru Luna yang baru saja membagikan cerita yang ia alami beberapa jam sebelumnya.
"Maaf Lun. Nggak nyangka kamu malah kepikiran aku."
Luna berapi-api ingin marah, tapi dicelah oleh Joko, "Aku senang udah dipikirin, tapi aku juga minta maaf ya. Gara-gara aku, kamu jadi kepikiran, dan malah jadi beban di otak."
Luna melihat itu disaat meminum teh melalui sedotan. Hatinya berdebar kencang, lalu secara refleks dia memuntahkan teh itu, dan muncrat ke atas seperti air mancur.

Saat itu, Joko dan Luna bearada di kantin di saat jam istirahat. Sayangnya, Miya, Ruko, Arji, dan Bimo sedang sibuk dengan pekerjaan event kelasnya, maka yang dapat bertemu di kantin hanya Joko dan Luna.
Joko terkejut dan mendekati Luna, "LUNA! Luna! Kamu...", Joko berusaha menenangkan Luna.
Namun, Luna menangkis tangan Joko dan berseru, "Uhuk... uhuk... nggak. Jangan mendekat. Kamu bener-bener parah banget. Ngemainin hati cewe gini."

Joko langsung paham situasinya dan langsung ke intinya.
Setelah Luna bebersih, Joko langsung berseru, "Ok, aku tadi udah meminta untuk sharing rahasia Ruko, kan?"
Luna berseru, "Aku jadi nggak yakin..."
Joko menahan seruan Luna dengan tangannya, "Tenang. Aku tahu apa yang kamu mau."
"Huh?"
"Jadi gini... aku akan memberikan harga yang setimpal. Sepertinya kamu sangat ingin mengetahui rahasiaku. Ya kan?"
Luna terkejut dan berseru, "Ehh, itu..."
Lagi-lagi Luna dicela, "Nggak usah banyak basa-basi. Aku akan kasih tahu apa yang kamu rasa kan tadi dan kamu jelasin "kekuatannya" Ruko."

Luna merasa tertarik dan berseru, "Kamu... serius?"
"Serius lah."
"Baiklah kalau begitu. Aku bakal kasih tahu... tapi kamu duluan!"
"Ah... baiklah."

Dengan itu pun, Joko memulai ceritanya.
"Simplenya aku ini orangnya banyak sengsara. Dulu sering diejek, dicaci maki, bahkan dibully. Tapi penyelamat pun datang. Arji membantuku dalam masa susah itu, aku pun akhirnya dapat berjalan ke jalan yang tepat. Arji pun menunjukan cara agar aku nggak sengsara seperti yang dulu. Dan disitulah... "Kekuatanku" mulai berkembang..."
Luna fokus dan terkunci mendengarkan cerita Joko. Namun...
"... saat aku memainkan Visual Novel."
Muka Luna langsung lesuh mendengarkan jawaban Joko.
"Lah kok, pucet gitu. Suwer dah. Memang gitu ceritanya."

Luna ingin meninggalkan Joko, namun Joko berseru, "Kamu nggak yakin? Lalu, yang kamu rasain sekarang ini apa?"
Luna yang berdiri, kembali duduk lagi setelah merasakan hatinya yang berdebar sangat kuat.
Luna pun berseru, "Gi... gitu doang?"
Joko tersenyum, "Sebenarnya masih panjang cerita aku, tapi aku akan katakan sekali lagi. Aku, Bimo, dan Arji nggak bakal cerita sebelum kita berenam mempererat pertemanan kita."
Luna sempat merasa empati, maka dari itu ia menceritakan rahasia Ruko, "Ruko itu suka menggoda cowo. Aku baru kenal dia dua tahun yang lalu, dan kurun waktu sekian, aku melihat dia sering membuat cowo-cowo sekelasnya beprkepak-kepak seperti jadi budak cintanya. Dia bilang dia begitu iseng-iseng doang, soalnya seru."

Joko tersenyum menunggu kelanjutannya, tapi, "Huh? Gitu aja?"
Luna menyilangkan tangannya dan berseru, "Kamu mau apa lagi? Aku dan Ruko tuh baru kenal dua tahun. Kami juga cuman temenan doang belum sahabatan kaya kalian."
Joko terdiam dan akhirnya paham, "Baiklah. Terima kasih sudah sharing, Luna. Kita ketemuan lagi besok ya. Kencannya seru", ia pun meninggalkan Luna dan membayar makanannya dan Luna.
Luna awalnya hanya berseru, "Hmm, sama-sama...", lalu ia tersadar, "... heh? Kencan?"
Ia pun memerah dan berteriak, "AAAPPPPAAAAAA?"

MyAnimeList iconMyAnimeList icon