Chapter 36:

Melakukan kegiatan klub di hari yang sempit! Rencananya bagaimana?

The Triple Date


Hari Sabtu, tanggal 3 Agustus 2013
"Kita berkumpul bersama disini, untuk rapat official pertama kita!" Seru Bimo sambil berdiri tegap dan membetulkan kacamatanya.
"Kamu nggak perlu berdiri segala kali. Duduk lagi lah", seru Luna.

Beginilah rekapnya!
Selama seminggu kedepan akan ada libur Idul Fitri dan keenam murid klub Trismara perlu membuat laporan bulanan klub. Karena itu mereka berkumpul untuk mendiskusikan kegiatan klub selama liburan.

"Jadi kita cuman lakuin kencan dan tulis apa saja yang kita lakukan, kan?" tanya Miya.
"Yup, betul sekali", jawab Bimo. Ia pun melanjutkan, "Kita akan tentukan kencan selama enam hari kedepan."
"Tunggu! Enam?" Tanya Luna terkejut, "Kita akan melakukan kencan hingga hari Sabtu lagi?" Ia bertanya pertanyaan itu sambil menghentakan meja, membuat semua orang di situ terkejut.

"Oi! Mejanya bisa ancur kalo lu hentak kaya gitu", seru Arji sambil menunjuk ke arah Luna.
"Ehe, jadi maksudmu kita bakal rolling ya?" seru Joko.
Miya, Ruko, dan Luna, yang masih berdiri, bertanya, "Rolling?"
"Bolehkah?" Tanya Joko kepada Bimo.
Bimo mengangguk memberikan tanda setuju kepada Joko.

Joko pun menjelaskan, "Dua minggu yang lalu kita melakukan kencan bukan? Dan sekarang, kita akan saling bergantian pasangan setiap kencan berikutnya. Enam hari seharusnya cukup untuk mengenal satu sama lain lebih dalam lagi."

Luna kembali duduk dan memandang teman perempuan yang lain. Ia pun bertanya, "Jadi mau gimana rollingnya?"
"Kita berenam yang menentukannya!" seru Bimo dengan lantang.
Ketiga perempuan itu pun berseru, "Huh?"
Bimo pun berdiri dan menjelaskan, "Jadi begini! Kita kan berenam, jadi setiap dari kita siapkan sesuatu untuk menentukan siapa berkencan dengan siapa. Contohnya, kita akan memulai kencan seminggu kita dengan rencanaku terlebih dahulu. Yaitu, tebak warna!"

Luna ingin mengangkat tangan untuk memberhentikan penjelasan Bimo dan bertanya, namun Bimo memberikan telunjuknya kepada Luna dan melanjutkan, "Aku tahu apa yang ingin kamu tanyakan! Bagaimana caranya kan?"
Luna dengan muka kebingungan berseru, "Ehh... bukan. Aku pengen tanya, haruskah kita lakuin itu? Nggak rolling biasa aja?"

Bimo melihat Luna dengan serius, ia membetulkan kacamatanya, dan berseru, "Where's the fun in that?"
Luna menunjukan muka jijik, dan berseru, "Bim, kamu tuh kadang-kadang bikin orang merinding dah."
"Aku sering mendengar itu dari anggota osis. Mungkin aku harus mulai menurunkan antusiasku."
Ketiga perempuan itu langsung berseru dengan serentak, "Iya, tolong!"
Bimo dengan posisi yang terkejut, berseru, "Eh... baiklah. Maafkan aku kalau memang terasa tidak nyaman."

Bimo pun kembali ke posisi dan berseru, "Jadi begini cara main tebak warna. Aku, Joko, dan Arji akan memilih tiga warna dan kalian bertiga akan memilih ketiga warna itu namun kalian nggak tahu siapa yang pilih warna itu. Jadi, pada akhirnya kita akan melakukan blind date selama enam hari kedepan."

Sebelum ada yang berseru kembali Ruko mengangkat tangan, berdiri, dan condong ke depan, "AH, AH! Aku mau buat game hari kedua!"
Semuanya terkejut, begitu pun Bimo, maka ia pun berseru, "Sa... Santai Ruko. Kita bisa tentukan itu hari seninnya saja."
Dengan tegas, Ruko mempertahankan posisinya dan berseru kembali, "Tapi tetap aku yang buat ya!"

Miya dan Luna melihat satu sama lain dan berseru secara serentak, "Dia malah seru sendiri. Hehe"
"Ehh... Baiklah, Ruko. Itu terserah kamu aja", seru Bimo.
"Setelah ini...?" Miya langsung menyahut.
Bimo melirik Miya dan mendengung, "Hmm?"
"Kita pilih random. Setelah itu? Masa kita nggak tentuin aktivitasnya?"

Bimo melanjutkan penjelasanny, "He he he. Tentu saja aku punya! Tapi sebelum itu, awalnya aku sudah rencana kita melakukan roll setelah selesai melakukan setiap game kecil yang kita buat masing-masing. Namun, Ruko sudah punya rencana sendiri jadi lebih baiknya mau pilih saja sekarang? Setelah itu, aku akan jelaskan sistem kencan seminggu ini."

Luna menyilangkan kakinya, sambil menaruh siku tangan kanannya dipahanya untuk menahan dagunya, dan berseru, "Hmm... game kecil, huh? Kita bisa pilih-pilih sendiri, kan?"
Bimo menjawab, "Tentu saja."
Luna langsung bertanya kembali, "Bisakah aku membuatnya agakberbeda dengan metodemu tadi? Aku punya ide yang seru."
Bimo menjawabnya lagi, "Tentu saja, Luna. Tidak ada batasnya kok."
Luna menutup matanya dan membetulkan kacamatanya, "Hmm... menarik."

Bimo berseru kembali dan membuat Luna terkejut, "Tunggu! Aku baru ingat. Batasan kita hanya uang! Kita tidak boleh menghabiskannya begitu saja."
Luna melepaskan posisinya, duduk normal kembali, dan berseru, "Kalo pakai uang sendiri?"
Sebelum Bimo menjawab, Ruko menahan tangannya sambil berseru, "Tunggu!"

Ia mendekatkan mukanya ke kuping Luna dan bertanya dengan berbisik, "Bukannya kita udah setuju nggak ngabisin duit kita selama kencan ini?"
Luna menarik Miya untuk mendengarkan bisikannya, "Begini Miya, Ruko! Kita memang nggak bakal ngeluarin banyak-banyak tapi kita juga harus kompak sama mereka. Kalau mereka tau tujuan kita pura-pura jadi gold digger kan nanti bakal masalah."
Miya kebingungan dan berseru, "Sejak kapan kita rencanain ini?"
Miya terabaikan dan Ruko berseru, "Oh walah gitu toh. Okay, okay. Siap!"
Miya pun berseru kembali, "Eh serius. Ini kenapa topiknya begituan?"

Joko dengan santainya berseru, "Mentang-mentang kami kerja ya?"
Luna dan Ruko terkejut, lalu menatap Joko. Joko pun berseru, "Hah! Ketahuan sebelum rencana terlaksana. Kami ngerti kok. Kalian pengen tahu seberapa banyak penghasilan kami kan?"
Luna dengan muka ketakutan menunjuk Joko dan berseru dengan gagap, "Ba... ba... ba... ba..."
"Udah Jo, jangan godain mereka. Iya keren ya punya isi otak gunanya bisa sampe telepati begitu", seru Arji sambil memukul pundak Joko melalui Bimo yang duduk ditengah.

"Ah itu cuman insting kok", seru Joko merendahkan diri.
Luna menghentakan meja itu lagi dan berteriak kepada Joko, "SERIUS DEH! GIMANA BISA KAMU GITU?"
Bimo berseru, "Muncrat semua ilernya tuh!"
Dan Arji pun juga menambahkan, "Heh! Gua udah bilang nanti mejanya rusak masih nggak ngerti juga lu ya."
Luna dengan malu menyeka mulutnya, dan Joko pun berseru, "Mau aku ceritain lagi? Kencan dulu sama aku."

Biasanya peremuan akan merasa jijik saat laki-laki berseru seperti Joko tadi. Namun, apa yang terjadi malah kebalikannya. Hati Luna, Miya, dan Ruko berdebar kencang, dan mereka pun menutup muka mereka yang merah serta membuang muka dari Joko.

Bimo dan Arji hanya bisa tersenyum. Arji pun berseru, "Gile si Joko. Bisa-bisanya dia ya."
Bimo pun menanggapkan seruan Arji, "Ya begitulah Joko."
Joko pun berseru, "Ah, masa sih? Nggak ah, biasa-biasa aja tadi itu."
Arji berseru, "Biasa-biasa aja? Heh, Garda Joko Rimbawa. Membuat cewe kepek-kepek tuh nggak gampang. Yang aku bisa itu bikin mereka mimisan, dan Bimo membuat mereka eneg dengerin penjelas panjangnya."
Mendengar itu Bimo mencubit perut Arji dan membuat Arji kesakitan, "Uwaa Bimo. Sakit, sakit, sakit."

Setelah melakukan rapat mereka pun membuat game kecil mereka masing-masing dan mejelaskan game mereka kepada satu sama lain.
Bimo sudah menjelaskan gamenya, Ruko pun menentukan game kecil bereikutnya.

Ruko berseru, "Pudding! Kalian bertiga harus coba pudding yang baru itu!"
Miya dan Luna menatap Ruko dengan tajam, Luna pun berseru, "Ruk, belom nyerah juga nih?"
Ruko pun membalas, "Oho ho, tentu saja! Aku ingin tahu mereka bertiga sukanya yang mana."

Setelah itu, Arji menentukan game ketiga.
Arji tertawa membuat Luna kesal, "Napa ketawa dah."
Arji pun berseru, "Gua punya usul lebih baik", membuat semuanya menjadi penasaran.
Arji melanjutkan seruannya, "Quiz!"
Mendengar itu, muka Ruko dan Miya pun berubah menjadi murung.
"Hey! Jangan murung gitu napa ya. Kita ada ulangan selesai libur ini. Sekalian aja belajarnya, ya kan?"

Dari seluruh siswa didalam klub tersebut, hanya Luna yang setuju dengan Arji. Membuat dia kesal dan berseru, "Aku nggak suka kamu blak-blakan jujur gitu melulu. Kesel tahu kalo kamu bener."
Arji tersenyum dan berseru, "Heh! Detailnya nanti aja pas hari h-nya."

Setelah Arji menjelaskan, Miya meminta agar dirinya yang membuat game kecil selanjutnya.
Miya pun berseru, "Karena Arji membuat hari Rabu sebagai hari belajar. Maka aku membuat hari Kamis hari santai."
Arji menatap Miya dengan wajah tidak percaya, ia pun berseru, "Miy?! Kalo hasil ulanganmu merah sama kayak tes dadakan minggu ini, awas loh ya!"
Miya dengan penuh kepercayaan berseru sambil menunjuk Arji, "Kamu bukan bokap/nyokap aku. Aku bebas milih lah!"

Luna, untuk pertama kalinya, menggoda Miya dan Arji, "Cieh. Kalian tambah deket aja."
Joko langsung tankap dan berseru menggoda Luna, "Hooh? Apa ini? Luna mulai menurunkan ketegangannya? Kamu sudah terima fakta?"
Muka Luna memerah, hatinya berdebar, dan ia pun berkata, "Apa sih, Joko!"
Arji pun tertawa, sedangkan Bimo menahan tawanya. Miya dan Ruko hanya bisa tersenyum saja.

Setelah itu, untuk dua game kecil terakhir akan dibuat oleh Joko dan Luna. Joko membuatnya terlebih dahulu, maka dari itu ia pun berseru, "Aku telah berdeduksi dari banyaknya game kecil di dunia ini dan hasil yang kudapat hanyalah..."
Joko membuat suasana menjadi tegang karena berhenti berseru sejenak. Lalu ia pun melanjutkannya, "Sebenarnya aku masih belum punya rencana."
Semuanya pun menamparkan wajahnya masing-masing.
Untuk mengembalikan suasana, Joko berseru, "Tenang saja, aku akan mencarinya selagi kita bersenang-senang. Maksudku kencan yang ditentukan olehku itu kan Jumat. Jadi aku akan membentuknya sebelum hari itu."

Dan semuanya pun berakhir pada Luna. Ia pun berseru, "Karaoke!"
Semuanya terkejut dengan pilihan Luna. Luna pun menjelaskan, "Biar aku jelasin! Kita berenam akan pesan tiga booth dan kalian bertiga pilih antara tiga booth tersebut. Nanti kami pilih antar 3 booth itu! Siapa pun didalamnya kami terima tanpa menolak!"
Bimo dan Joko terkesan, Arji memberikan muka terpukau, Miya dan Ruko terkejut.
Luna menyilangkan tangannya dan kakinya. Ia tersenyum dan berseru, "Huhuhu. Bagaimana? Blind date beneran, kan?"

Miya mendekatkan mukanya kepada Luna dan berbisik, "Kamu terlalu antusias lagi, Luna. Kamu suka banget ya yang kaya ginian sama mereka?"
Muka Luna pun memerah dan ia berseru dalam hatinya, Ah tai lah, aku sudah percaya diri malah dipecah sama Miya.

MyAnimeList iconMyAnimeList icon