Chapter 35:
The Triple Date
Hai, kawan-kawan pembaca TDD yang setia. Gimana ceritanya sejauh ini?
Parah banget ya, authornya ninggalin kalian selama sebulan dan nggak update, parah sih. Hahahaha
Sebenarnya ini bukan salah author juga sih. Dia bilang sendiri kalau tiap hari nulis juga bakal cepet burnout. Jadi sesekali bakal ada hiatus, jadi tolong maklum kan ya.
Anyway, kalau belom tahu, siapa yang bicara ini. Aku Ryuruko Kamala, panggil aja Ryu atau Ruko atau Ruka, terserah yang kalian paling suka mana. Senang bertemu dengan kalian. Gimana kabarnya setelah sebulan nggak ketemu. Aman kan? Sehat-sehat aja kan? Kangen, nggak?
Jadi kita kembali ke sesi ini untuk membahas aku dan kedua temanku, Miya dan Luna.
Mari kita mulai dari yang pertama. Diriku sendiri.
Kalian udah tau namaku jadi aku langsung aja jelasin tentang diriku.
Tinggiku seratus empat puluh tujuh centi. Iya, aku pendek. Apa? Mau aku smackdown kalian?
Beratku empat puluh empat kilo. Aku beramput coklat pendek setelinga. Aku juga punya kulit yang sedikit coklat karena banyak olah raga.
(Melirik badannya)
Dan badanku punya belang matahari. Gosh, nggak enak banget liatnya.
Anyway, kalian nggak perlu tahu hobiku yang kalian perlu tahu sekolah aku selalu pake seragam sekolah tanpa rompi. Dan aku nggak pake rok selutut. Itu terlalu feminim. Aku pakenya celana selutut.
Aku terkenal... tunggu. Nggak jadi, kalian nggak perlu tahu aku terkenal karena apa.
Lanjut...
Huh? Suara dari mana itu? Bukankah aku udah kunci author dan yang lain dari ruangan ini?
(Luna bersuara dari belakang Ruko) Ruko!
Uwaaaa.
(Luna) Aku nggak akan biarin kamu dengan entengnya ngasih tahu berat aku. Awas kamu!
... (Ruko dan Luna kejar-kejaran)
... (Luna terpeleset dan pingsan)
HA HA HA HA HA
Oke, guys. Kita buru-buru ya. Langsung aja kita bahas Luna.
Sirluna Wirlanjueng. Suka dipanggil Luna dan Kanjueng dirumah. Iya, itu beneran.
Dia yang paling tinggi dari kita bertiga. Tingginya seratus enam puluh empat.
Dan dia juga yang paling berat. Beratnya...
(Luna berteriak) RUUUUKOOOO
Beratnya enam puluh tujuh. Uwaaa...
... (Luna mencubit pipi Ruko)
(Luna) Aku udah diet. Aku sekarang berkurang enam kilo.
(Ruko) Serius?
(Luna) Serius! Udaaah aaah. Kamu ini enteng banget ngasih tau yang kaya gitu-gituan sih.
(Ruko) Angka doang juga. Memang bakal dijelek-jelekin? Nggak kan. Malah kamu bakal terinspirasi buat krusin badan. Buktinya kamu yang bilang sendiri kan? Kurang enam kilo.
(Luna) Iya sih, tapi...
Kamu nggak akan mikirin aku dan menahan yang lain masuk kedalam ruang rekaman. Kamu teman baik aku kan, Luna?
(Luna) Ya sudahlah, Ruk. Aku keluar. Jangan gegabah yang kamu.
Ok! Dah, Luna.
... (Luna keluar dan Ruko mengunci pintu)
Baiklah kalau begitu, kita lanjut.
Luna punya hobi baca manga dan light novel. Denger-denger dia nggak suka nonton anime, lebih ke K-drama doang.
Terus dia terkenal karena... Well, simpel! Dia itu juara pertama berturut-turut dari kecil. Mencetak beberapa mendali dan pengahargaan untuk sekolah kami. Keren kan?
Dia tuh banyak banget penggemarnya dari dalam sekolah bahkan ke sekolah lain. Aku iri banget.
Kalau ngomongin Luna, dia tuh sebenarnya hanyalah perempuan biasa. Pake seragam dan rok sesuai peraturan. Rambut hitam yang panjangnya sampai ke pundak. Dibagian kiri rambutnya ia menguncirnya dengan pita merah dan bagian depan kanan rambutnya dia menggunakan hairpin merah.
Oke, sekarang kita bahas Miya!
Anermia Bercia Celestia. Dia tuh... punya banyak nama panggilan. Miya, Nermi, Bercia, ABC kecap manis, Ceceh, dan lain sebagainya.
Sebagai anak satu-satunya di keluarganya, dia itu sangat disayang oleh orang tuanya.
Ehh... Hmm...
Aku langsung ke sini dulu deh.
Miya terkenal karena dia itu model. Bukan pekerjaan tetap, tapi setiap mamanya minta bantuan pastinya dia ikutan.
Jadi sekarang kalian mengerti kan, mengapa dia itu sangat terkenal! Aku iri...
Anyway! Tinggi Miya seratus enam puluh. Berat badannya lima puluh lima.
Rambutnya kuning dan sering dia gonta-ganti stylenya. Dia pernah mengucir rambutnya dengan kunciran ekor kuda, twintale, two bun, buntail, dan lain-lain.
Untuk penampilannya, setiap sekolah ia selalu menganti celananya. Kadang-kadang dia menggunakan rok sekolah yang selutut, dilain waktu dia pernah menggunakan rok sepaha. Dia juga suka menggunaka celana ketat.
Kalo baju ia selalu pakai seragam putih, namun ia tidak menggunakan rompi. Dia menggunakan jaket... well, nggak digunain juga sih. Dia hanya mengikatnya dipinggannya. Aku heran itu jaket jadi gunanya apa dah.
Itu aja sih ya, tapi aku nggak yakin ini sudah seribu kata-kata di webnovelnya.
Hmm...
Aku mau masukin apa lagi ya. Author dan yang lain, aku kunci diluar ruangan. Nggak bisa aku buat topik menarik tanpa mereka.
Hmmm...
... (Ruko melihat keluar jendela ruangan ke luar gedung)
... (Ruko mondar-mandir dari depan ruangan sampai ruangan berisi mixer dan monitor kamera)
... (Ruko memainkan mic dengan menyalah matikannya)
Hah?
Oh, iya! Astaga aku lupa aku masih rekaman.
Wait?! Kok, author bisa masuk ke sini?
Oh... Gitu ya... ha ha ha
Aku baru tahu kalo author tahu jalan masuk yang lain ke ruangan ini.
Tapi bukannya cuman satu ya pintu masuknya?
Huh? Liat ke luar jendela?
... (Berlari, membuka jendela, dan melihat sekeliling)
HUUUUH? LANTAI LIMA LOH!? PAKE TANGGA NAIK KE SINI?
Tapi bukannya author takut tinggi?
Ini kan... bukan emergency. Kenapa sampai segitunya dah?
Aku? Aku jadi masalahnya? Kenapa?
Rahasia? Kok, gitu sih? Kenapa aku jadi masalahnya? Aku nggak ngapa-ngapain loh!
Lanjut aja?
Kasih tahu detail? Ya udah deh.
Jadi guys, author pengen aku ceritain beberapa fun fact.
Pertama, kalian mungkin sadar selama cerita ini berlangsung, semua hari nggak terlewatkan, kecuali Minggu.
Mau tahu kenapa? Kata author karena alasan agama.
Semua yang kalian tahu di sekolah ini tuh Kristen, dan hanya beberapa saja yang berbeda agama.
Author tidak ingin memasukan cerita pada hari minggu karena sangat berpengaruh terhadap tema cerita.
Apa maksudnya?
Jadi gini! Kalau setiap kali ada cerita yang perlu diceritakan pada hari minggu diceritakan maka dengan secara otomatis author akan menyingung pergi ke gereja. Seakan-akan memaksakan cerita bertema agama masuk ke cerita ini.
Author ingin menghindari itu karena setiap cerita yang pernah terbit di Indonesia jarang menceritakan adanya gereja atau masjid atau lain-lainnya.
Ehh...
Maaf menyinggung agama pada bonus penjelasan hari ini. Aku tidak berpikir aku yang harus menceritakan alasannya. Semoga kalian mengerti, dan tidak tersinggung akan keputusan author ini.
Setelah itu, author juga ingin menyampaikan bahwa akan ada chapter tetap.
Apakah itu?
Kalian akan ter-update dengan chapter ini karena setiap info baru yang tampil dicerita akan ter-record pada chapter tersebut.
Jadi setiap kali kalian tidak ingat akan karakter, skill, atau status dari setiap karakter, atau bahkan fun fact, kalian bisa baca chapter tersebut dan membantu ingat cerita ini.
Itu sa... Uwaaaaa
Author, kok...?
(Miya) Iiiih Ruko! Kok kunciin kita siiih! Kamu jahat!
(Luna) Kamu baru aja sihir aku lagi ya! Kamu itu ya!
... (Luna dan Miya mengayunkan Ruko ke depan dan belakang secara berirama membuat Ruko pusing)
(Arji) Seharusnya kita tadi dobrak aja dah. Kenapa sih nggak boleh?
(Bimo) Ruangan ini masih dipake buat rekaman klub seni, Ji. Kamu mau ganti rugi?
(Joko) Plus, apa untungnya kita dobrak? Nanti kita kena amuk sama guru lagi. Kamu mau?
(Arji) Huff, iye, iye sorry buat kasih sugesti yang tidak baik.
Please log in to leave a comment.