Chapter 33:
The Triple Date
Hari Kamis, tanggal 1 Agustus 2013
"Jadi anak-anak sekalian, itulah jadwal kita setelah libur Idul Fitri. Hari senin, tanggal dua belas, sampai hari rabu, tanggal empat belas kita akan ada ulangan pertama kita. Tolong diingat ya materi-materi yang sudah dipelajari", seru semua guru di kelas sebelas di masing-masing kelas.
Semua murid ribut, dan banyak yang panik.
"Kalian masih berada disuasana liburan, kan? Uwaaa, aku masih merasa pengen libur."
"Kalau saja tidak pernah ada ulangan. Kita bakal enak banget."
"Hey, adakah dari kalian punya aplikasi nyontek? Brainly, gitu?"
"Jangan macem-macem, cuy. Lu mau kena hukum pakai gituan?"
Di kelas Miya, Arji, dan Sijay.
"Masuk juga lu akhirnya. Ngapain aja lu?" tanya Arji kepada Sijay.
Sijay, dengan rawut muka yang sedih, berseru, "Bukan urusan kamu!"
Arji membalas Sijay dengan menggodanya sedikit, "Hehe, jubah putihmu kemana, Jay?"
Sijay berusaha dengan keras untuk tidak tergoda dengan ucapan Arji, "Udah dibilang, bukan urusanmu."
Arji menuruti kata-kata Sijay dan mengganti topik, "Hey, by the way, klub elu pernah dapet penghargaan atau semacamnya nggak?"
Sijay akhirnya menatap Arji, "Hah?"
"Jangan, hah, aja. Penghargaan! Ada pernah menang sesuatu nggak? Atau dapet medali gitu? Kelas kita mau nampilin penghargaan itu di festival tujuh belas-an."
Sijay terkejut atas pertanyaan itu, dia pun berseru, "Klub wibu mana ada dapet penghargaan."
Arji menjawab, "Ya kali, bisa aja kan kalian menang buat novel atau manga di internet. Itu kan bisa ditampilin di sini."
Sijay teringat sesuatu, "Heh? Menang buat novel?"
Arji duduk dengan tegap dan bertanya, "Oh beneran ada kah?"
Membuang muka, Sijay menjawab, "A... aku harus tanya dulu. Soalnya bukan novel aku."
Dengan senang, Arji berteriak, "Yeaaas. Miya! Kita dapet satu lagi."
Miya yang medengar itu, berputar badan menatap Arji dan Sijay, "Ah?! Benarkah? Yeay!" dia pun dengan wajah yang sangat cerah, berterima kasih kepada Sijay, "Makasih, Christoper."
Muka Sijay pun bersinar melihat Miya membuat Arji berkomentar, "Jay... awas lu..."
Sijay menyela perkataan Arji, "Nggak... aku nggak bakal."
Arji terkejut dengan balas itu, tetapi sebelum Arji berkata apa-apa, Sijay melanjutkan kalimatnya, "Tapi... aku bakal tetap jadi rivalmu."
Mendengar pernyataan tersebut, Arji dengan muka lelah menjawab, "Haah? Masih aja?"
Sijay berdiri dan menunjuk Arji. Dengan bergairah berseru, "Banyak cewe suka sama aku sekarang, maka dari itu aku menyatakan jadi rivalmu! Untuk menentukan siapa yang paling ganteng di sekolah ini."
Di kepala Arji, berteriak, Astaga Tuhan Yesus. Ini anak masih aja nggak kapok.
"Aku nggak bakal ngejar ke tiga cewemu! Aku hanya ingin buktiin kalau aku bisa sepertimu!"
Arji mendapatkan kesempatan membakar Sijay, dan dia ambil kesempatan itu, "Seperti apa? Nilaimu di Matematika aja jelek."
Sijay membuang muka dan berseru, "Ugh, hentikan!"
Tanpa ada drama lagi, mereka pun langsung berbaikan.
Dari kejauhan, Miya dan Jasmine ngobrol.
Jasmine berseru, "Wehehe, selamat ya. Sekarang kamu udah ada tujuh penghargaan terkumpulkan."
Miya pun membalas, "Terima kasih, Jassy."
Melihat keakraban Arji dan Sijay, Jasmine bertanya, "Mereka memang sedeket itu ya?"
Miya memutarkan badannya sekali lagi untuk melihat mereka, "Nggak kok. Itu cuman karena Arji gampang berbaur dengan siapa aja."
Jasmine hanya bisa membalas, "Heeeeh."
Miya bertanya, "Memang kenapa? Kamu nggak pernah akrab dengan Arji?"
Jasmine melototi Miya, "Dia selalu panggil aku Jampret, Bercia."
Miya ketakutan dengan pandangan yang dia liat dan mengangkat kedua tangannya, "Wuaah. Maaf, aku lupa. Hehehe."
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
"Arji bisa nggak kamu panggil, Jasmine... Jasmine?" tanya Miya pada jam istirahat.
"Hmm?"
"Dia kan temen sebangkuku, aku merasa...", Arji langsung mengangkat tangannya didepan muka MIya.
Ia pun berseru, "Iya, santai. Aku nggak bakal panggil dia Jampret lagi", lalu menurunkan tangannya.
Miya membalas, "Oh, ok. Kalau gitu aku kasih tau...", kalimat Miya dicelah lagi.
"Walaupun aku nggak pernah merujuk namanya dengan kata kampret."
Kebingungan, Miya pun bertanya, "A... apa maksudmu?"
"Jasmine Faletina. Jasm, Falet. Jampret."
Muka Miya yang awalnya senang karena Arji berhenti memanggil temannya Jampret, malah sekarang merasa cemas, "Oh... itu alasan kamu manggil dia dengan nama itu."
"Dahlah, topiknya kenapa malah itu sih? Kita baru dapet tujuh loh. Masih perlu banyak lagi. Untungnya, Sijay gampang diprovokasi, jadi dia ikutan cari."
"Heh? Christoper ikut bantu kita cari?"
"Hm, hmm. Dia bilang dia bakal tanya guru SD pas pulang sekolah."
"Heh? Bukankah SD jarang menang apa-apa?"
Arji menatap Miya dengan serius, "Pikiran kita sama, tapi Sijay memaksa, dan bilang kalau kelas enam yang sekarang-sekarang ini banyak yang ikut olimpiade, makanya dia pengen tanya-tanyain."
Sementara itu, disaat yang bersamaan, Luna mendengar pembicaraan, Miya dan Arji, "Heh? Si paling norak, udah masuk sekolah lagi?"
Arji menjawab, "Santai! Dia nggak bakal kejar kalian bertiga lagi."
Dengan malu, Luna memeberikan rasa syukur malu-malu, "Te... thank you, Arji. Maaf udah ngerepotin."
"Nggak apa-apa. Lu udah punya gua, pastinya gua akan..." sebelum menyelesaikan kalimat itu, Luna menjewer telinga Arji.
Dia berseru, "Aku bukan milikmu!"
"Aaah, waaah. Luna, sakit!"
Miya yang berada disamping mereka hanya dapat tertawa.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
"Dari kelas sepuluh, kita dapet tiga lagi nih", seru Luna yang baru saja kembali dari pencariannya untuk membantu Arji dan Miya.
"Dia beneran bantuin gua dan Miya? Dan lebih hebat dari gua? Agh!" seru Arji yang berbicara kepada diri sendiri sambil memalingkan muka dari Luna.
"Hoh? Kamu tertantang, heh?" seru Luna dengan muka yang bengis.
Miya yang berada ditengah-tengah mereka berusaha menenangkan, "Eh. Guys, kita nggak perlu berantem cuman karena ini kan?"
Arji dan Luna tidak mendengarkan Miya. Arji berbalik muka untuk menjawab Luna, "Oh, jadi lu mau nantang gua?"
Luna menjawab dengan tegas, "Ini mah kecil. Bagaimana kalau... heh. Bagaimana kalau nilai ulangan nanti?!"
Miya berseru, "Loh, loh, loh. Kok jadi kesana?"
Arji dengan senyum lebar, "Gua terima! Ayo kita lihat dari pelajar tingkat atas laki-laki dan perempuan, mana yang paling atas dari keduanya?"
Luna berseru, "Heh, aku hampir lupa", Luna pun menganti rawut wajahnya menjadi seorang maniak, "Kamu selalu top dua dari setiap pelajaran MIPA."
Dengan kepanasan ini, Arji berdiri dan berseru, "Jangan sok pinter ya. Mentang-mentang lu selalu peringkat satu, bukan berarti gua nggak bisa ambil peringkat itu."
Miya menjadi kebingungan dan berseru, "Guys tolonglah! Vibenya jadi nggak ceria ini."
Luna berhenti berantem dengan Arji karena melihat Miya yang hampir kecewa. Dia langsung memeluk Miya dan berseru, "Ohh, kamu sampai begitunya, Miy. Abis diapain sama Arji?"
Arji kesal dan berteriak, "Woooi!"
Luna sambil memeluk Miya menatap Arji dan tersenyum lebar.
Arji menerima tatapan itu dan tersenyum dengan lebar juga.
New Quest/Goal:
Main: Having Fun
- Get a room for the club ✓
- Keep Luna Safe ✓
- Make the girls happy
Independence Day Quest
- Finish Preparation for Independence Day
1v1
- Arji vs Luna: Top One
Side: [Redacted]
Please log in to leave a comment.