Chapter 41:
The Triple Date
"Jadi begini!" Seru Arji yang sedang memegang sekumpulan kertas dan pencil sambil berdiri di depan rumah Miya.
"Sebentar!" Seru Bimo, "Aku belum ngucapin selamat ulang tahun pada Miya."
Bimo pun memberi selamat ulang tahun kepada Miya dengan berjabat tangan dan berseru, Happy Birthday, Miya. Panjang umur, sehat selalu, dan Tuhan Yesus Memberkati!"
Stelah Bimo selesai, giliran Joko memberikan selamat dengan berjabat tangan dan berseru, "Selamat Ultah, ya, Miya. Sorry kita berdua nggak tahu jadi telat ngucapin."
Sebelum Miya meresponi kedua laki-laki itu, Luna menarik Miya dan berbisik, "Kamu kasih tahu mereka?"
Miya menjawab dengan bisikan juga, serunya, "Nggak. Mungkin saja Arji yang nyebar."
Luna berbisik lagi, "Kamu yakin mau kasih info-info kaya gini ke mereka?"
Joko mengerti situasi tersebut, maka ia pun berseru, "Aku, sepuluh Juli. Bimo, lima September. Arji, enam belas November."
Luna menatap Joko dengan muka agak kesal, Arji berseru, "Kenapa? Kesel karena Joko menggunakan instingnya lagi?"
Luna menghela nafas dalam-dalam dan berseru, "Kalian udah tahu Miya. Lalu, aku, empat belas Februari dan Ruko, tiga puluh Mei."
Joko dengan santai menyahut, "Naaah, jadi gini kan kita nggak rahasia-rahasiaan."
"Kalian masih punya banyak rahasia kan?" Seru Luna dengan tegas.
"Kata perempuan yang juga punya banyak rahasia", seru Arji dengan senyum lebar.
Luna menjadi tambah kesel, namun Ruko dan Miya menenangkannya.
"Ya sudah. Tanggal ultah udah pada tahu ya. Sekarang gua pengen buat grup di Adapa dulu nih! Kita punya klub tapi nggak punya grup chatnya. Gua perlu grup buat game gua nih, soalnya." Seru Arji.
Mereka pun saling bertukar nomor dan membuat grup chat dengan nama Klub Trismara.
Arji berseru, "Ok, sudah jadi ya. Sekarang kita mulai sesi kencan kita."
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
"Matematika!" seru Miya dan Joko.
"Bahasa Indonesia", seru Luna dan Arji.
"Bahasa Inggris", seru Ruko dan Bimo.
Mereka melihat pasangan mereka dan saling berbagi emosi. Miya dan Joko terlihat senang, sedangkan Luna dan Arji bertatapan dengan aura gelap. Lalu ada Ruko yang membuang muka dari Bimo yang melihat Ruko dengan kebingungan.
Menarik nafas dengan kencang, Arji menyerukan, "Huff, kalian sudah mengerti kan?"
Miya menjawab, "Berdasarkan mata pelajaran yang kita dapat, sebagai pasangan kita beli buku buat pembelajaran ulangan nanti."
Arji tersenyum dan mengelus kepala Miya, "Bagus. Kalau Miya ngerti berarti semua udah ngerti ya."
Miya merasa senang seketika saja, namun saat mendengar apa yang Arji baru saja katakan membuatnya sedih, "Kamu kok gitu sih?"
"Hmm?"
Miya pun memukul pelan Arji, "Aku nggak bodoh-bodoh banget, Arji! Kenapa konklusi kamu kayak gitu?"
Melihat betapa dekatnya Miya dan Arji, Luna merasa resah. Dia menatap mereka dengan serius karena ada perasaan tersembunyi yang bukan cemburu.
Joko pun berseru kepada Luna, "Kamu cemburu?"
Memalingkan mukanya, Luna membalas Joko, "Siapa yang bakal cemburu sama orang narsis?"
Melihat sikap Luna seperti itu, Joko berpikir, Mungkin aku bisa bicarakan dengan baik-baik saat kita berdua kencan lagi. Kelihatan sekali kalau Luna tidak ingin Miya lebih dekat dengan Arji.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Setelah perancangan rencana mereka pun berangkat dengan menggunakan sepeda para laki-laki. Namun sebelum berangkat, ibu dan ayah Miya keluar dari rumah dan berseru, "Hati-hati dijalan ya! Selamat bersenang-senang."
Semua perempuan melambaikan tangan dan berseru, "Dadah, Mama/Tante."
Ayah Miya berseru dengan keras sebelum mereka bersepeda terlalu jauh, "OI! Kalian bertiga. Jaga anak saya dan teman-temannya dengan baik ya! Awas kalau kenapa-napa!"
Seketika itu juga ketiga laki-laki itu mengeluarkan keringat dingin dan merasa tekanan yang sangat dahsyat.
Joko berseru selagi bersepeda, "Sepertinya kita berada di situasi yang agak mengerikan ya."
Bimo menyahut kepada Miya, "Bapa kamu galak ya, Miya?" Dan tertawa kecil.
Miya, yang duduk di boncengan Joko, menjawab seruan Bimo dengan membalas tawaannya, "Hehehe, ya begitulah."
Ruko, yang duduk di boncengan Bimo, mencengkram pedua pundak Bimo dan berseru, "Udah, Bim. Fokus gowes sepedanya dulu. Kalau nabrak aja, nanti aku celaka."
Bimo menjawab, "HUH? Kamu nggak peduli dengan keselamatan akau?"
Ruko mendekatkan kepalanya kepada Bimo, ia masih mencengkram pundak Bimo dan berseru, "Kan kalau celaka itu salah kamu. Ya sukurin kalau kamu jatoh, masa aku juga ikut salah?"
Sementara itu, Luna dan Arji bersepeda lebih santai di belakang Joko, Miya, Bimo dan Ruko tanpa banyak bicara. Mereka yang menyaksikan adegan keempat temannya dengan muka yang suram.
Luna pun berseru, "Awas lu!"
Arji berseru, "Iye, cuk. Ini kan gua pelan-pelan."
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Sesampainya di Gramedia Mall yang tidak jauh dari rumah Miya, mereka pun langsung bergegas mencari buku-buku tersebut. Luna dan Arji mencari berbahasa Indonesia dengan serius, Miya dan Joko mencari buku Matematika sambil bersenang-senang.
Bimo dan Ruko...
"Bimo... Kita kencan benaran yuk", seru Ruko yang memegang kedua tangan Bimo.
"Heh? Kenapa tiba-tiba?"
"Kamu... Ini kan persis seperti kencan pertama. Kita berpasangan, Miya berpasangan dengan Joko dan Arji berpasangan dengan Luna. Benar kan?
"I... Iya, memang benar... Tapi..."
"Awal-awal juga kita nggak mesra-mesraan. Jadi..."
"Kamu kenapa tiba-tiba jadi bucin gini, Ruko?"
Sebelum melanjutkan keromantisan tersebut, Ruko terkejut, "Heh? Bimo?"
"Kenapa?"
"Kamu... ngerti Bucin?"
"Iya... Budak Cinta, kan? Arji sering pake kata-kata itu saat dia pamer dan alhasil dari pamer itu adalah cewe-cewe itu seperti berada di bawah pengaruh mind control-nya Arji."
Ruko terdiam sejenak sambil menelaah seruan Bimo.
Saat tersadar kembali, Ruko menggelengkan kepalanya dan menarik kedua tangan Bimo, membuatnya dapat menggunakan bisikan liciknya dengan Bimo, "Nggak usah pikirin yang kayak gituan. Ruko ingin sekali bermesraan denganmu, Bimo. Lakukan saja kemauannya."
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Setelah berjalan berkeliling, Arji berseru kepada Luna, "Kita beli lima buku? Duit kita memangnya pas beli segini banyak?"
Luna dengan santai berseru, "Udah jangan bawel. Kalau nggak pas nanti pake kartu kredit aku saja."
Arji bernada rendah mengatakan, "Orang kaya!"
Sesampainya di depan kasir, Arji tidak sengaja melihat Bimo dan Ruko, "Ueh? Bimo?"
Mendengar seruan Arji, Luna melirik ke arah dimana suara Arji mengarah, "EEEEEHHHHH??!"
Dari kejauhan, Bimo terlihat sedang mengelus-elus kepala Ruko, menggoda Ruko dengan cubit pipinya, dan memeluk Ruko tanpa ragu.
Luna merasa terkejut melihat adegan tersebut, namun ia lebih terkejut saat melihat ekspresi Arji yang membuka mulutnya sangat lebar.
"Ru... Ruko... Apa yang kau lakukan dengan sahabat gua?" Arji hampir tidak bisa berbicara dengan suaranya yang normal.
Luna hanya bisa berseru, "Nan... nanti aku dan Ruko akan berbicara. Kamu nggak usah pikirkan mereka."
Mendengar jawaban Luna, tubuh Arji memanas seperti ingin mengeluarkan api dari kepalanya. Ia berteriak, "RUUUUUKOOOOO."
Ruko mendengar teriakan tersebut, ia memutarkan kepalanay untuk mencari asal suara itu, melihat Arji dan Luna sedang menatapnya. Disekeliling Arji dan Luna banyak yang menatap mereka karena teriakan Arji yang kencang tadi.
Luna berseru, "Oi! anjir lah, Ji. Kita jadinya dipantengin. Malu tau!"
Dengan cepat, Ruko menjentikan jarinya didepan muka Bimo dan Bimo pun tersadar dari pengaruh bisikan Ruko.
Bimo pun berseru, "Awww, kepalaku. Ruko kamu bikin aku kena sihirmu lagi ya."
Ruko berseru, "Maaf".
Knowledge unlocked:
Arji's Birthday: November 16th
Bimo's Birthday: September 5th
Joko's Birthday: July 10th
Luna's Birthday: February 14th
Ruko's Birthday: May 30th
Please sign in to leave a comment.