Chapter 42:

Semingguan kencan: Gramedia Mall (Bagian 2)

The Triple Date


Seusai sesi kencan, mereka pun berkumpul untuk makan siang.
Joko and Arji menatap Ruko dengan aura yang seram, membuat Ruko menciut ketakutan.
Bimo berusaha menenangkan kedua temannya, "Oh ayolah guys. Aku nggak kenapa-napa kok? Lihat sendiri kan?"
Luna dan Miya hanya bisa melihat satu sama lain.

"Guys, sudahlah. Ruko hanya ingin diperhatiin. Salah aku juga pas kencan pertama kita, aku hanya fokus kerjaan saja."
Ruko menutup mukanya dengan cara menyilangkan tangannya, menaruhnya di meja, dan menundukkan kepalanya diatas tangannya yang disilang.
Luna menyunamkan diri dalam percakapan itu, "Ruko. Kita benar-benar harus membicarakan hobimu."

Makanan mereka pun datang dan keenam murid tersebut makan makanan mereka dengan canggung. Didalam hatinya Ruko berseru, Kalau saja aku tidak haus akan perasaan ini, kita semua nggak bakal canggung kaya begini. Aku benar-benar bodoh.

Seusainya makan siang, disaat Bimo pergi untuk mencuci tangannya di wastafel umum, Ruko datang mendekati. Bimo melihatnya dengan wajah yang sangat murung. Di dalam pikiran Bimo hanya ada lukisan wajah kucing yang bersalah tertera dimuka Ruko.
Perempuan itu pun mendekat dan berseru, "Bimo... Aku..."
Bimo menyela dengan mengangkat tangannya, "Kalau kamu mau minta maaf, kan tadi sudah. Lebih baik, kita bicara baik-baik tentang ini sambil membuat soal tes Bahasa Inggris, ya."

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

"... Jadi itulah rencananya", seru Arji selesai menjelaskan rencana akhirnya dengan lesuh.
"Kita membuat grup chat untuk klub... karena kita akan sharing soal-soal ulangan?" tanya Miya kebingungan.
Arji sudah lelah menjelaskan, "Lun, jelasin lagi tuh ke Miya. Gua udah berbusa ngomong tiga kali, nggak ngerti-ngerti juga tuh cewe."

Luna pun membalas dengan kritikan, "Tidak disangka. Walau memang eneg dengerin Bimo jelasin, tapi memang lebih baik Bimo yang jelasin sesuatu ke kita, daripada kamu."
Arji menerima kritikan tersebut dengan muka datar dan menerimanya dengan baik.

"Jadi begini, Miya. Kamu dan Joko belajar Matematika. Setelah kamu mengerti setiap bahan yang ditentukan untuk ulangan nanti, kamu dan Joko membuat soal matematika sesuai dengan bahan layaknya ulangan sebanyak-banyaknya. Setelah itu kalian membuat soal itu dalam bentuk PDF dan mengirimnya ke grup chat klub Trismara. Kamu mengerti?"

Dengan muka yang masih kebingungan, Miya berseru, "Eh... sepertinya aku belajar seperti biasa saja deh dengan Joko. Sisanya aku berikan pada Joko."
Mendengar pernyataan tersebut, Joko berseru, "Tenang saja, Miya. Serahkan saja padaku."
Joko pun menatap Arji dan memberinya Jempol. Arji pun membalasnya dengan memberi Jempol juga.

Setelah itu, Arji mengalihkan pandangannya kepada Ruko yang sedang membuang pandangannya dari kelompok tersebut dan Bimo yang menatap Ruko dengan muka yang datar.
"Kalau kalian bagaimana? Aman kan?"
Bimo menjawab, "Ya... Kami... Seharusnya sudah ok sih."
Arji pun mengakhirinya dengan berseru, "Sip. Mantap."

Saat semua itu terjadi Ruko berpikir, Mereka... sangat dekat ya... Aku jadi... iri.
"... iya kan, Ruko?"
Ruko terkejut saat Bimo berseru kepadanya, "Ruko?"
"Huh? Kenapa? Ada apa?"
"Kita bisa membuatnya lebih cepat dari mereka kan? Arji ingin membuat ini menjadi pertandingan."

Setelah itu ia menatap Arji yang sedang tersenyum berenergi, seperti sedang bersiap melakuan pacuan kuda. Ruko pun membuat wajah yang serius dan berseru, "Iya! Kita bisa!"

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Kegiatan itu pun berjalan selama empat jam dan dalam kisaran waktu tersebut, secara mengejutkan, kelompok Miya dan Joko menyelesaikannya lebih cepat.

Arji dengan muka kesal berseru, "Eugggh, Joko dapetnya Matematika sih. Ngebuat soalnya lebih cepet."
Mendengar itu, Luna memberikan pukulan pelan ke kepalanya Arji dan berseru, "Ruko dan Bimo belom. Jangan banyak cerewet, dan selesain."

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Satu jam pun berlalu, dan disayangkan, Arji dan Luna ternyata menyelasikannya terakhir.
Bimo menepuk bahu Arji dan berseru, "Sorry ya, Bro. Lain kali."
Luna, yang memiliki perasaan yang sama dengan Arji saat kalah dalam pertandingan atau kompetisi, juga ikutan kesal. Namun, ia menargetkan amarahnya kepada Arji, "Kamunya yang bodoh sih! Kenapa juga harus jadi kompetisi? Sekarang kita berdua harus bayar makan sore!"

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Waktu pun berjalan dan jam menandai pukul enam sore. Mereka berenam pun kembali ke rumah masing-masing.

Di Rumah Miya
"Jadi... kalian pacaran?" seru ibu Miya yang duduk di sofa ruang tamu.
"Uwee? Nggak mah! Aku sama mereka cuman temang belajar dan klub saja. Nggak lebih dari itu!"
"Oh iya, kah? Kalau memang cuman teman kenapa kamu peluk erat teman cowo mu itu?"
Dengan malu Miya menjawab dengan jujur, "Aku... merasa nyaman memeluknya."

Ibunya memasang wajah jutek dan berseru, "Ohhhh"
Miya dengan malu berseru, "IBUUUUU!"

Di Rumah Luna
"Jadi, kerja kelompoknya gimana, Luna?" seru Ayahnya yang juga baru pulang dari kerja.
Luna menatap ayahnya dengan terkejut. Ia pun berseru, "Tumben, perhatian."
Ayahnya dengan santai bertanya, "Tentu saja ayah perhatian. Kamu kira ayah ini apa?"
Sambil membuang wajah, Luna berseru, "Lalu... kalau ayah berperihatian, kenapa Ibu bisa cerai dengan Ayah?"

Ayah Luna tidak dapat berseru apa-apa selain, "Sudahlah naik ke kamarmu. Tidur yang nyenyak dan jangan begadang. Besok Ayah ada banyak janji tamu dengan banyak pasien."
Luna berseru dengan suara kecil, "Ih. Malah ganti topik, sih."

Di Rumah Ruko
"Bagaimana hari ini sayang?" Tanya Ibu Ruko.
Ruko tidak menjawab, dan memperhatikan sekitar rumahnya. Lalu ia berseru, "Ayah, Kak Ribka, dan Pangkas, belum pulang?"
Ibunya pun menjawab, "Nak... kan ibu udah bilang. Mereka itu lagi tanding ke luar negeri, kami yang sabar ya."

Ruko dengan kesal berseru, "Terus janji mereka kapan ditepati? Ini udah lebih dari tiga tahun, mak!"
Dengan muak dia lari keruangannya.

Di Rumah Bimo
"Kakak! Kita berdua abis menggambar bersama Bu Nadia. Coba lihat deh, gambarku", seru salah satu adik kembar Bimo.
"Iiih, Beni! Aku mau kasih tahu kak Bimo duluan!" seru adik kembar yang lain.
"Apa sih, Bella? Kita kan bisa kasih unjuk bareng-bareng."

Bimo pun berseru, "Sudah-sudah! Kalian cepetan mandi, sikat gigi, ganti baju dan tidur. Nanti Om Komar, dateng lagi loh!"
Bella dan Beni pun berteriak, "Ahhh! Om Jembut bakal dateng."

Di Rumah Arji
*Clang*
Arji mengintip dari depan jendelanya melihat kedalam rumahnya. Ia pun berseru dalam hatinya, Ah tai lah, si mabok balik lagi ke rumah. Kedengaran banget pula abis pecahin botol alkohol. Besok harus rapihin lagi.

"Aku harus nginap di rumah sakit lagi sama ibu", ia pun menghela nafas dalam-dalam.
Dan bergegas menggowes sepedanya kembali dan kembali pergi ke rumah sakit.
"Maaf, bu. Aku nggak bisa dan nggak bakal akur sama dia saat ini."

Di Suatu Tempat
"Hmm... Salah satu tasku diculik lagi. Harus cari ke siapa ya?" Seru Joko yang masih menunggangi sepedanya sambil berpaling ke seluruh arah.
"Mungkin aku bisa cari barang bagus di dekat rumah Pak Herman", dia pun menggowes sepeda dan dengan cepat menuju rumah seseorang yang ia kenal.

Sesampainya disana, "Ah... nice. Pak Herman siapin tempat buat tidur aku hari ini. Aku nggak perlu selimut baru."
Joko pun membereskan barang-barangnya dan bersiap untuk tidur di belakang rumah Pak Herman.
"Ah, senangnya ada yang masih peduli denganku. Aku berharap... suatu hari nanti aku bisa ketemuan sama Bunda dan anak panti asuhan yang lain lagi... Aku... kangen", setelah Itu Joko langsung tertidur dengan pulas.

Mysteries discovered:
Trismara Club's Livelihood

Sota
icon-reaction-1
MyAnimeList iconMyAnimeList icon