Chapter 43:
The Triple Date
Sebelum melakukan kegitan kecan hari ke empat, semua anggota klu Trismara, berkumpul kembali diteas rumah Miya.
Miya pun berseru, "OKEEEE. Hari ini aku yang nentuin permainannya!"
Ibu Miya ikutan bersorak seperti anaknya, "Horeee!"
Miya dengan malu berteriak, "Ibuuuu!"
Ibu Miya cengengesan dan pergi dari tempat itu.
Joko pun bertanya, "Eh... Miya aku memang belum pernah bertanya tapi ibumu itu dulu terkenal ya?"
Miya terkejut dari pernyataan tersebut dan bertanya, "Kok bisa tahu?"
Joko menggaruk kepalanya dan berseru, "Entahlah. Aku merasa pernah melihatnya di TV."
Luna menjawab Joko, "MNC TV."
Semua menatap Luna, Luna melanjutkan, "MNC. Mariana Nessie Celestia dan dia itu model yang sering tampil di siaran MNC TV."
Miya mendekati Luna dan memegang kedua pundak Luna, "Yup. Itu dia!"
Bimo pun tersadar, "Tunggu dulu?! Kamu berarti..."
Ruko mendekati Luna dan Miya. Ia pun berpelukan membuat Miya dan Luna juga tersenyum lebar, "Iyyyeees, Dia juga model yang pernah beberapa kali tampil di siaran itu!"
Arji, Bimo, dan Joko sangat terkejut karena tidak pernah mendengar tentang fakta ini sebelumnya. Luna pun berseru, "Kalian dari mana aja, hey? Tinggal dibawah batu?"
Arji pun berseru, "Kami... banyak urusan, jadi nggak pernah buka yang berbau media sosial. Kami baru ikutan gitu-gituan tahun dua ribu sepuluh."
Miya pun menyelak dan berseru, "Sudahlah. Ibuku itu nggak penting untuk topik sekarang. Karena sekarang kita..."
Manes, Ibu Miya, mendengar apa yang dikatakan anaknya dan berseru, "Iiih, nak, kok gitu sih sama Mama? Mama sedih loh!"
Miya berteriak kembali, "MAMA!"
Manes pun cengengesan lagi dan pergi menjauhi tempat itu.
Arji pun berseru, "Ibumu sangat ceria ya, Miy. Sama kayak anaknya."
Miya tidak bisa menjawab dan hanya memegang pipinya yang memerah. Luna melihat itu dengan muka kecewa.
Luna berganti ekspresi dengan cepat dan ia pun berseru, "Udahlah, Miy. Ayo jelasin game nya. Nanti keburu siang, kita kepanasan."
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
"Dadah, kalian! Hati-hati di jalan ya!" Seru Ibu Miya dengan semangat.
"Om sudah bilang ya! Kalian laki-laki yang benar dengan anak saya dan temannya! Awas kenapa-kenapa!"
Arji, Bimo, dan Joko merasa merinding saat mendengarnya, namun Miya membalas, "Tenang saja, Pah, Mah! Arji, Bimo, dan Joko pastinya melingdungi kami! Kemarin saja kami pulang baik-baik saja kan?"
"Ayah mengerti sayang. Ayah hanya memberi peringatan sekali lagi... agar mereka tidak lupa."
Arji semakin merinding, berseru, "Baiklah, Om. Kami pergi dulu ya!" dan dengan cepat mengayuh pedal sepedanya membuat Ruko yang diboncengnya terkejut.
"Uwaaa, Arji!"
Bimo dan Joko pun mengikutinya dari belakang dan berseru pada Ayah dan Ibu Miya, "Permisi Om, Tante. Kami pergi dulu."
Ibu dan Ayah Miya menyaksikan mereka pergi dari rumah mereka.
"Mereka terlihat sangat menikmatinya ya. Sangat berbeda saat Miya hanya bersama Ryu dan Sirluna", seru Manes.
Ia menengokkan kepalanya untuk melihat suaminya dan melanjutkan, "Iya kan, sayang?"
Ayah Miya hanya terdiam dengan sebutir air matanya keluar dari mata kirinya.
Manes terkejut dan bertanya, "Sayang?! Kenapa menangis?"
"Aku tidak menangis... hanya saja... aku tidak siap anak kita punya pacar!" Ayah Miya pun benaran menangis, "Dia bertumbuh sangat cepat!"
"Samson, kamu udah gede masih nangis saja! Bukannya senang anaknya punya seseorang yang dapat membuatnya bahagia malah menagis."
Samson memeluk Manes dan berkata, "Rumah bakal, sepi, Mak. Sepi!" setelah itu mengangkatnya dengan sekuat tenaga.
Terkejut terhadap perilaku suaminya, muka Manes memerah, dan berteriak, "Iiiih, sayang! Stop! Malu sama tetangga! Turunin aku!"
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Sesi kencan klub Trismara berlanjut dan sekarang mereka berkencan di, "Matahari Mall!"
Mendengar itu, Bimo berseru, "Kau sangat menantikan ini ya, Miya."
Miya memeluk Bimo dan berseru, "Tentu saja! Apalagi karena kamu yang bakal bayar belanjaanku! Hahaha"
Bimo mengubah wajahnya dari senang menjadi resah.
"Hahaha, iya, Miya. Aku menantikannya."
Sementara itu.
"Luna, aku tahu kalian ingin kami yang bayar, tapi please, jangan lebih dari sejutaan ya. Kami perlu menabung juga", seru Joko yang merasa resah karena sedang memikirkan rencana awal yang sudah ditentukan.
Luna pun berseru, "Kalo, nggak bisa bayar, aku saja yang bayar. Lagi pula kamu kan hanya temenin aku belanja."
"Ya sudahlah. Aku juga ikut belanja", seru Joko yang mengganti tonasi suaranya.
Luna memutarkan kepalanya untuk melihat Joko yang berada dibelakangnya. Saat memalingkan kepalanya, ia melihat Joko tersenyum lebar, membuat hati LUna berdebar begitu cepat.
Luna membalas candaan Joko dengan mencubit perutnya, "Uwaaa. Luna sakit."
"Jangan bercanda kalo sama aku! Hatiku nggak kuat tahan! Ngerti nggak?"
Dan akhirnya.
"Hehehe"
"Napa lu ketawa dah", seru Arji yang merasa sangat resah mendengar Ruko tertawa di belakangnya.
"Hmm, coba ku ingat... Oh, iya... Kita janjian buat duel lagi disaat kita jadi pasangan kencan lagi, kan! Hah! Kali ini aku nggak bakal kalah!"
"Apa yang kau pikirkan, kerdil?"
"Beraninya kau memanggilku kerdil! Aku memang pendek, tapi bukan berarti aku kecil! Aku cewe yang masih kuat dari kamu!"
"Oh, benarkah? Bukannya lu waktu kepanasan, nggak kuat dari sinar matahari jam sembilan?"
"Eugh. Kita... kita balapan! Lupakan semua rencana awal! Kita balapan beli yang diinginkan masing-masing! Kalau yang bawa ke kasir lebih mahal, dia dibayar semua item!"
"Eh, Ruko. Lu..."
"Satu! Dua! Tiga! Mulai!"
"Annnnd she's gone. Tuh anak, bener-bener ya. Nggak tau dirinya kebangetan. Setiap kita kencan aja kayak gini. Ada apa sih sama gua?"
Dengan itu kencan pun berjalan seperti yang diduga. Miya dan Bimo melakukan kencan mereka tanpa gendala dan Miya dapat menikmati dirinya lebih dekat dengan Bimo. Banyak keluhc canda dan tawa dari sisi Luna dan Joko, namun kencan mereka berjalan mulus. Namun kencan Arji dan Ruko berjalan sangat berbeda dimana mereka hanya memikirkan diri mereka masing-masing.
Namun...
"Ayo dong, Bimo! Kamu juga pilih baju yang bagusan. Jangan malu!"
"Aku nggak pinter milah baju, Miya. Itu keahliannya Joko!"
"Keinginan bergaya itu hak masing-masing. Kamu tidak boleh takut memilih yang kamu suka. Atau aku saja yang pilih nih?"
Terkadang keadaan sekitar...
"Aduh..."
"Aww..."
Menjadi tidak mendukung...
"Heh? Bercia?"
"Hah? Jasmine?"
Dan membuat drama pun dimulai...
"Jasmine... Kamu ngapain sama... Siapa Itu?"
Jasmine tidak dapat berseru apa pun dan kabur meninggalkan Miya dengan laki-laki yang terlihat lebih tua dua tahun dan yang jalan-jalan bersama Jasmine beberapa waktu yang lalu.
"Eh? Jasmine! Tunggu! Kenapa kamu lari?!" Miya pun mengejar Jasmine, meninggalkan Bimo sendirian.
Bimo menatap pria itu dan bertanya, "Kamu siapanya Jasmine?"
Pria itu hanya diam saja menutup mukanya.
Bimo mendekatinya dan berseru dengan suara yang tenang, "Ayolah, bro. Bilang aja! Kamu siapanya temen pacarku?"
Pria itu terkejut dan berseru, "Kalian lagi kencan?"
Bimo membetulkan kacamatanya dan melihat ke arah MIya dan Jasmine yang sedang berlari. Ia menghela nafas dan berseru, "Mau versi panjangnya atau pendeknya?"
Pria tersebut bingung dan hanya bisa menatap Bimo, "Huh?"
Please sign in to leave a comment.