Chapter 44:

Semingguan kencan: Matahari Mall (Bagian 2)

The Triple Date


Di depan rumah Miya sebelum ke Mall
"Jadi begini gamenya. Aku pernah bermain dengan Jasmine dan yang lainnya", seru Miya dengan sangat antusias.
"Sepertinya kamu senang banget ngomongin ini, Miya", seru BImo.
"Tentu dong! Aku sering main bareng Jasmine. Dia cewe yang hebat! Selalu gampang diajak main", seru Miya dengan senyum yang lebar.

Ruko memegang pundak Miya dan menggoyangkannya dengan pelan, "Hei! Lalu kami siapanya kamu?"
Miya merasa bersalah dan berseru, "Ruko dan Luna kan... Sa... ha... bat... Eh... Teman dekat Aku. Hehehe"
Semuanya hanya menatap Miya dengan senda-gurau, namun Joko menatap Miya dengan pemikiran, Miya terganggu hanya menyebutkan Luna dan Ruko sahabatnya? Mereka itu kenapa sih?

"Sudahlah! Ayo kita mulai!"
Miya pun menjelaskan permainannya.
Permainan yang dijelaskan Miya adalah suit, namun suit yang akan dimainkan berbeda. Mereka bermain suit ganda. Suit biasa, yaitu batu, gunting, dan kertas dengan suit ala Indonesia dimana menggunakan jempol, telunjuk, dan kelingking dari jari tangan.

Cara permainannya mudah!
Keenam pemain akan memilih dua tangan dari kedua suit. Misalnya tangan kanan harus memilih antara batu, gunting dan kertas, maka tangan kiri harus memilih antara jempol, telunjuk, dan kelingking. Saat sudah menentukan keduanya cara menentukan pasangannya laki-laki dan perempuan harus sama-sama menang dan kalah. Jika tidak dapat di babak pertama game akan berjalan terus hingga pasangan ditentukan.

"Yeay! Aku senang game buatan Jasmine dan aku bisa digunakan pada saat ini", seru Miya setelah dapat pasangan dengan Bimo.
"Kalian terdengar dekat, ya?" Bimo menatap Miya yang sangat bahagia.
"Iya dong! Kami sering banget main ini saat kelas tidak ada guru", seru Miya yang masih tersenyum lebar.

Arji yang dapat pasangan Ruko langsung menyelak, "Huh? Ternyata main ini ya? Gua sering banget liat lu, Jasmine, Dina, sama Gloria main sampe hebohnya."
Miya menjadi gemas dan berdecit, "Aah, kamu ngeliat aku main, Arji? Aah, jadi malu!"
"Iih gemasnya!" Ibu Miya kembali menggoda Miya.
"IIIIIBBUUUU!"

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Saat ini
"Jasmine! Stop lah! Kita bicarakan ini dengan baik-baik! Kamu nggak perlu lari!"

Jasmine kelelahan berlari namun ia tetap terus berlari.

"Kamu kenapa sih? Bukankah kita teman?"

Dengan sekejap Jasmine seperti mengingat banyak hal terakan temannya, Miya. Ia pun berhenti lari dan Miya dapat menyusulnya.

"Hosh... Hosh... Aku... ambil... nafas... dulu..." seru Miya, yang sambil mengambil kembali nafasnya.
Jasmine pun juga menghela nafasnya.

Setelah beberapa menit, Jasmine dan Miya berbincang.
"Jasmine..."
Sebelum melanjutkan, Jasmine mengangkat tangannya untuk memberhentikan seruan Miya.
"Kamu punya pacar yang sedang menunggu. Biarkan aku selesaikan masalahku sendiri."
"Tapi Jasmine...!"
"Bercia... Kamu terlalu baik... Baik banget sama teman dekat bahkan orang asing. Aku ingin kamu  lebih pentingin diri sendiri dulu. Jangan peduliin aku dengan orang itu."

Miya tidak dapat berseru karena ini pertama kalinya ia melihat Jasmine seperti ketakutan dan sulit menuangkan kata-kata.
"Kamu ada kencan kan? Jangan bikin dia menunggu sana", Jasmine menatap Miya dengan sedihnya bahkan mengeluarkan air mata.

Disaat yang bersamaan, Arji berpapasan dengan mereka, ia pun meyapa, "Miya? Jasmine? Kalian kenapa? Kok Jasmine nangis?"
Miya kebingungan dan bertanya, "Eh? Ruko mana?"
Arji berseru dengan kesal, "Taruhan... Dia lari entah kemana."

Yang tadinya menangis, Jasmine berubah sikap karena terkejut, "Tunggu, apa maksudnya ini? Bukannya kalian pacaran? Aku baru sadar! Yang tadi bareng sama Miya itu bukan elu, Arjing?"
Tanpa peduli yang dikatakan Jasmine, Arji membalas, "Masalahnya ruwet, Jamvret. Mending lu urusin diri sendiri dulu. Udah gede masih nangis."

Miya terkejut dengan balasan Arji, ia pun mendekati Arji dan mencubit pipinya, "Iiiih, Aku kan sudah bilang jangan panggil Jasmine kaya gitu!"
Arji yang kesakitan dicubit dengan santai berseru, "Aw, aw, aw. Miya! Yang ngatain kan dia duluan. Kok gua yang kena imbasnya?"

Melihat keseruan Miya dan Arji, Jasmine berpikir, Terkadang kesel banget ngeliat orang pacaran. Kalo aja ada yang peduli gua.
Secara diam-diam, Jasmine pun pergi tanpa diketahui Arji dan Miya. Seusainya memarahi Arji, Miya menoleh, "Oh, iya. Jasmine... Eh?" dan tidak melihat Jasmine dimana-mana.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Siang hari pun tiba, keenam anggota Trismara pun kembali berkumpul untuk makan siang bersama.
"Uwaaaaa, kalah lagi", seru Ruko yang kalah taruhan dari Arji.
"Kan udah gua bilang tunggu. Ngeyel sih dibilangin. Mana ada gua beli barang ditempat ini. Mahal, cuy", seru Arji sambil menatap Ruko dengan muka solek.

Luna mengusap kepala Ruko dan berseru, "Serius deh, Ruk. Kita perlu berbicara tentang hobimu ini. Kamu jadi lemah banget sih kalo lagi kencan."
Ruko membalas Luna walau masih menagis, "Aaah! Luna! Bukannya bikin ceria malah bikin aku tambah nangis sih! Iiih sebel!"
Luna memeluk Ruko dan berseru, "Dah ah. Cup cup. Kamu ini udah gede malah nangis sih."

Saat itu terjadi, Miya merenungkan diri membuat Joko penasaran. Ia pun bertanya dengan bisiskan pada Bimo, "Miya kenapa?"
Bimo membalas dengan bisikan juga, "Aku udah tanya kepada akar masalahnya. Kamu tahu Jasmine?"
"Temen sekelas Miya dan Arji?"
"Nampaknya dia bekerja sebagai pacar sewaan. Tadi ada cowo yang lagi sewa dia dan aku tanya ternyata kepadanya. Ternyata Jasmine sedang berada di masalah yang genting sama orang tuanya. Masalah itu membuat dia perlu kerja dengan gaji cepat."

Joko kembali ke tempat semulanya dan berpikir, Miya, orang yang sangat peduli dengan orang lain, pasti sangat ingin membantu. Tapi keliahatannya dia tidak berhasil membujuk Jasmine.

Kencan mereka pun berlanjut, namun...
"Guys, gua duluan ya", seru Arji setelah selesai makan.
Joko mendekatkan mulutnya ke telinga Arji untuk berbisik, "Ke rumah sakit lagi?"
Arji mengangguk dan Joko membalasnya dengan senyuman dan jempol.
Luna penasaran dengan sikap Arji, ia pun bertanya, "Ini belum jam tiga loh. Masih jam setengah satu siang, ey."

Arji membalas, "Sorry ye. Masalah sama orang tua soalnya. Tapi gua ingetin! Kita nggak usah bahas yang gituan dulu. Masalah pribadi ini."
Dengan muka resah, Luna berseru, "Iya, iya. Ngerti, kok. Ya sudah, sana pulang! Hati-hati dijalan."
"Yo", dengan begitukencan berlajut hanya dengan lima anggota. Keadaan ini membuat Miya perlu berseru, "Kalau gitu kita jalan-jalan bareng aja yuk! Daripada lanjut kencan mending jalan-jalan sebagai teman."

Joko membalas Miya, "Ide yang bagus. Kita pun dapat mengenal lebih dekat lagi satu sama lain."
Setelah berseru itu, Miya sangat senang dengan balasan Joko, tetapi saat Joko menatap Luna, Ia melihat wajah perempuan itu resah, seperti tidak senang saat teman baiknya sangat dekat dengan orang lain selain dia.
Joko pun berpikir, Ah! Jackpot! Memang Luna nggak suka kalo salah satu dari kita jadi deket sama Miya. Biasanya yang kaya gini karena ada masalah dengan saudaranya. Aku yakin itu.

Sota
icon-reaction-1
MyAnimeList iconMyAnimeList icon