Dalam keheningan yang menggantung, ia memeluk kerinduan dan kerapuhan yang tak bisa ia sembunyikan, namun perlahan belajar bahwa ringkih bukan kelemahan, dan merengkuh luka adalah bagian dari bertumbuh. Ia memilih berdamai—menyimpan kenangan dalam kotak kayu, mengganti kopi dengan teh, dan duduk ...

Bukan tentang siapa yang pergi lebih dulu, atau siapa yang tinggal paling lama— tapi tentang dua orang yang sempat berteduh di bawah hujan yang sama, dan memilih tetap di sana, meski payungnya mulai bocor perlahan.